unescoworldheritagesites.com

Tak Lelah Suarakan Pemanfaatan Obat Herbal Dunia Medis, Irwan Hidayat: Saatnya Jadi Tuan Rumah Negeri Sendiri! - News

Direktur SidoMuncul Irwan Hidayat tak lelah untuk menyuarakan pemanfaatan obat herbal di dunia medis sehingga betul-betul nyata jamu menjadi tuan rumah berdaulat di negeri sendiri (AG Sofyan )

: Direktur SidoMuncul Irwan Hidayat tak lelah untuk menyuarakan pemanfaatan obat herbal di dunia medis
 
Meski bukan berprofesi sebagai dokter, rupanya Irwan justru acap kali diminta jadi narasumber atau kalau tidak terlalu berlebihan dijadikan referensi bagi kalangan dokter terkait pengalamannya sebagai "dokter jamu" sebagai pilihan  untuk mengobati penyakit yang diderita masyarakat.
 
Pada momentum itu, Tolak Angin SidoMuncul bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK)  Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar seminar bertajuk Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat.
 
Kegiatan ini diikuti kurang lebih 300 mahasiswa dan digelar di Aula gedung Prof dr H Azwar Agoes Fakultas Kedokteran  Universitas Sriwijaya di komplek FK Unsri, Jalan Sekip Madang, Palembang, Kamis (31/8/2023).
 
 
"Saya beberapa kali datang diundang di beberapa Perguruan Tinggi. Diundang jadi narasumber di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia. Dan yang ke-49 kali ini, saya diminta bicara di Fakultas Kedokteran Unsri," ujar Irwan Hidayat kepada .
 
Dengan seminar ini, ungkap Irwan, SidoMuncul mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadikan jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri, berdaulat di tanah negeri sendiri dan menjadi kebanggaan kekayaan Indonesia. Terutama para dokter mau meresepkan obat herbal kepada pasien-pasiennya.
 
"Sampai hari ini rasanya kok menjadi kendala. Bahwa sering sekali kita dengar jamu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jargon itu saya mendengar dari tahun 1990 yaitu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.  Tapi ironisnya sampai hari ini obat-obat jamu tidak menjadi tuan rumah di negerinya sendiri," bebernya kritis.
 
 
Dorong Pemanfaatan Bahan Herbal untuk Obat
 
Menurut Irwan, ada beberapa hal yang membuat tekad patriotik, menjadikan tuan rumah itu tidak terlaksana. Pertama, karena di industri jamu, obat-obat alami ini tidak ada pengobatanya. 
 
"Para dokter tidak paham mengenai jamu dan tidak mempelajari tentang kekhasiatan, kegunaan, dan penggunaan bahan-bahan obat alami untuk pengobatan," tandasnya.
 
Kedua, tentang bahan-bahan alam yang digunakan. Lalu ketiga, yang dibutuhkan adalah bahan yang sudah terstandardisasi.
 
"Jadi dari sini (seminar-red) dokter akan paham soal bahan alam. Kemudian SidoMuncul sudah mengeluarkan obat-obat herbal dari  misalnya kunyit, jahe, daun dewa, dan bahan-bahan lain yang terstandardisasi dan yang ketiga adalah uji toksisitas.  Minimalnya dengan pengujian toksisitas dapat menentukan dosis yang tepat bagi pasien. Saya rasa obsesi jamu obat herbal menjadi tuan rumah di negeri sendiri akan terwujud," tegas sulung dari 5 bersaudara generasi kedua SidoMuncul masing-masing Irwan Hidayat, J Sofjan Hidajat, Johan Hidayat, Sandra Hidayat, dan David Hidayat ini.
 
 
Syaratnya, lanjut Irwan, kalau ada tiga hal. Yakni dokternya harus belajar tentang obat-obat alam, kedua standardisasi, dan ketiga uji toksisitas.
 
Untuk mendorong pemahaman tentang obat herbal, SidoMuncul pun mengadakan seminar di setiap fakultas kedokteran untuk mensosialisasikan fungsi jamu dan tanaman herbal.
 
Direktur SidoMuncul Irwan Hidayat menjadi narsum utama di seminar bertajuk:  Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat yang diikuti kurang lebih 300 mahasiswa dan digelar di Aula gedung Prof dr H Azwar Agoes Fakultas Kedokteran  Universitas Sriwijaya di komplek FK Unsri, Palembang
Direktur SidoMuncul Irwan Hidayat menjadi narsum utama di seminar bertajuk: Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat yang diikuti kurang lebih 300 mahasiswa dan digelar di Aula gedung Prof dr H Azwar Agoes Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya di komplek FK Unsri, Palembang (AG Sofyan )
Sementara Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unsri Profesor Dr. M Said mengatakan bahwa penggunaan obat herbal dalam dunia medis adalah sebagai salah satu bentuk upaya seluruh anak bangsa menuju Indonesia sehat.
 
Sebab obat medis yang selama ini digunakan oleh dokter hanya berasal dari bahan kimia, yang dalam waktu panjang bisa menimbulkan efek buruk terhadap manusia.
 
 
"Sebenarnya herbal ini yang paling diminati masyarakat dibandingkan obat kimia lainnya. Agak mengerikan memang kalau berbicara tentang kimia," bebernya saat membuka acara seminar Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat tersebut.
 
Prof Said mengaku bahwa Unsri pada tahun 2006 telah menyusun road map penelitian terkait tanaman herbal yang ada di Sumatera Selatan (Sumsel). Dari hasil penelitian di 10 kabupaten/kota, terdapat 150 jenis tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat.
 
Namun, katanya, tanaman herbal itu tidak dibudidayakan secara massal karena kurangnya pemahaman masyarakat terkait khasiat dari tanaman tersebut.
 
 
"Di Muara Enim, Ogan Ilir, OKI, kami (Unsri-red) melihat tanaman obat masih ditanam di pekarangan rumah. Ada juga di sela-sela kebun. Artinya masyarakat belum terlalu fokus menyiapkan lahan sendiri untuk tanaman obat. Pemakainya rata-rata adalah dukun kampung," ungkapnya.
 
Dengan hasil penelitian tersebut, kata Prof Said, Unsri siap bekerja sama dengan SidoMuncul untuk mendorong budidaya tanaman obat herbal di masyarakat sehingga tanaman itu dapat dibudidayakan lebih masif  lagi.
 
"Kampus di Indralaya (Unsri) ini luasnya ada 740 hektare dan ada lima embung. Lahannya masih tersedia bisa digunakan untuk tanaman obat. Nanti akan dituangkan MoU dari hulu sampai hilirnya agar dapat dibudidayakan lebih lanjut dan lebih cepat realisasinya," ucap Prof Said.
 
 
Sementara itu di tempat terpisah saat menyampaikan materi diskusi melalui zoom, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen, Kesehatan dan Kosmetik BPOM, Reni Indriani mengatakan di Indonesia terdapat 3.000 spesies tumbuhan obat tradisional.
 
Obat tradisional selama ini hanya dikenal masyarakat sebagai jamu. Namun, seiring perkembangan teknologi, penggunaan jamu itu sebenarnya dapat dikemas menjadi lebih baik, karena sari tanaman diekstrak dalam bentuk sachet sehingga bisa dinikmati semua kalangan.
 
"Jamu adalah identitas lokal Indonesia yang secara turun temurun memiliki multi manfaat. Setiap tahun, teknologi terus berkembang, sehingga penyajian jamu ini tidak lagi sulit dikembangkan. Maka perlu inovasi dan kreativitas untuk pengembangan sehingga bisa diterima publik secara masif," tegas Reni. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat