: Obesitas pada anak tidak ada hubungannya sama sekali dengan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat. Obesitas pada anak itu terutama disebabkan asupan makanan yang berlebih dan kurangnya aktivitas fisik anak tersebut.
Demikian penegasan Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr.dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), kepada media menanggapi keterkaitan obesitas pada anak dengan AMDK galon polikarbonat.
“Penyebab obesitas pada anak ada dua hal utama, yaitu asupan makanan yang berlebih dan kurangnya aktivitas fisik. Jadi, tidak ada kaitannya sama sekali dengan air minum galon polikarbonat,” ujar Prof Rini Sekartini kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (10/8/2024).
Menurutnya, asupan makan pada anak seharusnya sesuai kebutuhan yang biasanya digunakan sebagai patokan adalah berdasarkan usia anak.
Pada anak prasekolah, kebutuhannya sekitar 100-110 kalori per kilogram berat badan (kal/ kg BB), di mana berat badan yang dipakai adalah berat badan ideal sesuai usia anak.
Sedangkan pada anak usia sekolah, rekomendasi aktivitas fisik sekitar 30-60 menit/ hari, 3 kali seminggu.
Biasanya, kata Prof Rini, aktivitas fisik tergolong aktifitas aerobik.
“Tapi, faktor genetik juga memiliki peranan sebagai risiko anak menjadi obesitas,” tuturnya.
Jadi, tegasnya, tidak ada hubungannya obesitas pada anak ini dengan mengonsumsi air galon polikarbonat.
“Secara umum, air sendiri juga tidak mengandung komponen yang menjadi faktor risiko obesitas,” tegasnya.
Jangan Percaya Berita Tak Berdasar Fakta
Sementara di tempat terpisah, Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) juga mengutarakan hal serupa.
Karenanya, dia meminta masyarakat untuk tidak begitu saja percaya terhadap berita-berita yang menyudutkan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon polikarbonat.
“Sebelum ada rekomendasi dari kolegumnya, jangan dipercaya dulu isu-isu tersebut. Pedomannya begitu. Kalau cuma isu-isu saja, ya itu tidak bisa jadi pedoman,” bebernya.
Sebab, katanya, dalam dunia kedokteran itu, suatu makanan atau minuman itu bisa dianggap merugikan jika sudah ada bukti meta-analisa atau teknik statistika untuk menggabungkan dua atau lebih penelitian orisinil yang dapat digabungkan. Artinya, kalau sudah ada bukti meta-analisa atau statistical review antar center penelitian.
“Maksudnya, misalkan ada center penelitian di Australia, Amerika, China, dan Asia yang menelitinya dan hasilnya sama. Nah, itu baru menjadi rekomendasi. Tapi, kan belum ada yang menunjukkan hasil yang seperti itu hingga saat ini,” jelasnya.
Makanya, terkait isu air galon polikarbonat yang dikatakan bisa menyebabkan obesitas pada anak itu belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Istilahnya, tegas Dr Hasto, belum bisa dijadikan pedoman untuk melakukan pelarangan.
“Jadi, perlu ada bukti-bukti dari kolegium yang merekomendasikan untuk melarang menggunakan air galon polikarbonat itu,” tegasnya. ***