unescoworldheritagesites.com

Sinergi Stakeholders Dorong Akselerasi Pengembangan Industri Pengolahan Sagu, Menperin AGK: Pacu Ekonomi Rakyat Makin Kuat! - News

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) didampingi Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika (kiri) dan Irjen M. Rum membuka acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di gedung Kementerian Perindustrian (AG Sofyan)

: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu agar dapat meningkatkan nilai tambah dan memacu penyerapan tenaga kerja dalam negeri yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) sinergi stakeholders atau pemangku kepentingan berperan mendorong akselerasi pengembangan industri pengolahan sagu dan memacu ekonomi rakyat semakin kuat. 
 
“Pengoptimalan pemanfaatan dan pengembangan komoditas sagu dapat turut berkontribusi dalam penguatan perekonomian masyarakat Indonesia,” ujar Menperin AGK dalam sambutannya pada Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Jakarta, Senin (29/7/2024).
 
 
Menperin AGK dalam kesempatan tersebut didampingi Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika, Dirjen IKMA Reni Yanita, Irjen Kemenperin Muhammad Rum, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Masrokhan. 
 
Menperin AGK menjelaskan komoditas sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat dan nilai industrinya dapat dikembangkan agar Indonesia menjadi salah satu pemasok pati terbesar di dunia. 
 
“Perlu masyarakat ketahui Indonesia sendiri pada tahun 2023 menduduki posisi ke-2, dengan nilai ekspor sekitar USD9 juta,” ungkapnya. 
 
 
Tercatat Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia. Dari 6,5 juta ha lahan sagu di seluruh dunia, sekitar 5,5 juta ha atau 85%-nya berada di Indonesia. Sebaran lahan sagu terluas, sekitar 5,2 juta ha berada di Papua, yang saat ini pemanfaatannya masih rendah. 
 
Menperin AGK lalu menunjuk data Business Research Insight yang pada tahun 2031, pertumbuhan pasar pati sagu secara global diproyeksikan mencapai USD 557,13 juta. 
 
Menperin AGK didampingi Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika, Dirjen IKMA Reni Yanita, Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Yedi Sabaryadi mengunjungi stand pameran Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu sambil mencicipi makanan hasil olahan sagu Sagolicious kelolaan Jenny Widjaja
Menperin AGK didampingi Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika, Dirjen IKMA Reni Yanita, Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Yedi Sabaryadi mengunjungi stand pameran Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu sambil mencicipi makanan hasil olahan sagu Sagolicious kelolaan Jenny Widjaja (AG Sofyan)
“Hilirisasi industri sagu diharapkan tidak hanya berhenti sampai di pati sagu, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan produk hilir lainnya,” tutur AGK. 
 
 
Saat sekarang sagu dapat diolah menjadi beragam produk, mulai dari produk pangan seperti pati sagu, mi, beras analog, modified starch, sampai dengan produk non-pangan seperti bio packaging. 
 
"Penguatan riset dan inovasi produk diharapkan juga dapat mendukung pengembangan hilirisasi sagu," tandasnya.
 
Menperin AGK menyebut sagu merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan guna mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. 
 
Selain itu, sagu adalah tanaman asli Indonesia yang menghasilkan pati paling besar dibandingkan dengan tanaman penghasil pati lainnya. 
 
 
“Sagu juga merupakan komoditas yang ramah lingkungan karena memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, sehingga menjadi salah satu kontributor perlambatan global warming,” terangnya. 
 
Oleh karenanya, Kemenperin berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu melalui pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu. 
 
Selain itu, Kementerian Perindustrian berupaya untuk selalu bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya, dari pusat maupun daerah, sebagai langkah mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu. 
 
 

Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyaksikan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pengembangan Beras Analog Sagu Instan oleh Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kemenperin Dyan Garneta dengan Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyaksikan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pengembangan Beras Analog Sagu Instan oleh Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kemenperin Dyan Garneta dengan Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (AG Sofyan)
“Kami sangat terbuka terhadap usulan-usalan kebijakan agar industri pengolahan sagu dapat terus tumbuh di Indonesia,” tegas Menperin AGK. 

Sebagai host, Dirjen Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika memaparkan kegiatan Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu ini melibatkan 14 narasumber yang berasal dari instansi pemerintah, akademisi dan praktisi.
 
Selain itu, juga diadakan pameran yang berlokasi di Plaza Pameran Industri dan diikuti oleh 21 peserta yang terdiri dari 3 instansi pusat, 5 instansi daerah, dan 13 pelaku usaha pengolahan sagu.
 
 
Pada momentum yang tak kalah penting adalah penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pengembangan Beras Analog Sagu Instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, Kementerian Perindustrian dengan Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 
 
“Penandatanganan ini merupakan bentuk komitmen dan keseriusan dari pemerintah untuk mendorong hilirisasi pengembangan industri pengolahan sagu, dalam hal ini beras analog berbasis sagu,” tandas Dirjen Putu. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat