unescoworldheritagesites.com

Bandara Letung Akses ke Pulau Terluar di Kepulauan Anambas - News

Bandara Letung.

 

: Bandar Udara Letung di Pulau Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Bandara ini satu dari sekian bandara yang dibangun sebagai wujud kehadiran pemerintah di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal, dan Perbatasan (3TP). Dibangun pada tahun 2014 dan mulai beroperasi 2016. Bandara ini diresmikan pada 14 Oktober 2019 oleh Menteri Perhubungan Indonesia, Budi Karya Sumadi.

Kehadiran Bandara Letung diharapkan dapat mempermudah mobilitas masyarakat dari dan menuju Kepulauan Anambas serta menjadi roda penggerak perekonomian dan membantu dalam pengembangan sosial, budaya serta pariwisata.

Baca Juga: Trem Otonom Siap Diujicobakan di IKN, di Wilayah 3TP Ratusan Trayek Berkesinambungan

"Saat ini Bandara Letung memiliki runway 1600 meter x 30 meter, dan dapat di darati pesawat ATR-72, guna meningkatkan pelayanan dan keamanan di Bandara Letung," ungkap Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Letung, Andy Hendra Suryaka, Minggu (11/8/2024).

Andy menjelaskan bahwa terminal bandara diperluas dari 600m2 menjadi 1200m2, sehingga mampu menampung sekitar 150 penumpang. Terminal baru didesain dengan memasukkan unsur kearifan lokal, seperti bentuk bangunan menyerupai sampan atau perahu, dan ornamen ukiran menyerupai ikan napoleon dan batik gonggong yang mencerminkan kekhasan Kepulauan Anambas.

"Bandara Letung kini melayani penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah dengan rute Letung-Tanjung Pinang, frekuensi 2 x seminggu, dan penerbangan komersial rute Letung-Batam frekuensi penerbangan 5 x seminggu," jelasnya.

Baca Juga: Menhub Budi Karya Sumadi Dorong Pelni Tingkatan Konektivitas Daerah 3TP

Data lima tahun terakhir terjadi peningkatan pesawat yang beroperasi, penumpang dan serta muatan bagasi. Pada 2019, terdapat 185 pergerakan pesawat, meningkat menjadi 282 pergerakan di tahun 2023. Begitupun dengan pergerakan penumpang, dari 15.272 penumpang di tahun 2019 meningkat menjadi 19.844 penumpang di tahun 2023. Penurunan pergerakan pesawat dan penumpang hanya terjadi  ketika pandemi Covid-19 melanda, dan mulai pulih di tahun 2022.

Menurutnya kehadiran Bandara Letung memiliki multiplier effect yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk industri pariwisata, ekonomi, dan sosial. Dari segi pariwisata, bandara ini mempermudah akses wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah. Destinasi-destinasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses, menarik minat lebih banyak wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan alam serta budaya lokal.

Baca Juga: Ditjen Hubla Evaluasi Layanan Kapal Rede untuk Optimalkan Konektivitas di 3TP

Secara ekonomi, bandara ini mendorong pertumbuhan sektor terkait lainnya seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, permintaan akan akomodasi, transportasi lokal, dan layanan kuliner pun meningkat, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Peningkatan aktivitas ekonomi ini juga memberikan efek domino yang positif bagi usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor-sektor tersebut, sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

"Sebelum adanya bandara, masyarakat mengandalkan jalur laut yang cenderung memakan waktu lebih lama, biasanya mencapai 8-9 jam melalui kapal laut, sedangkan melalui jalur udara dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan saja dengan pesawat udara," tuturnya.

Gangguan cuaca buruk serta ombak tinggi tersebut menjadikan jalur udara sebagai alternatif bagi masyarakat dan wisatawan menuju Anambas dengan lebih cepat, selamat, aman, dan nyaman.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat