: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), menggelar pelatihan Strategi Pemasaran Digital kepada pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Pelatihan oleh SIG ini diikuti 42 pelaku UMK dari bidang fesyen, kuliner, hingga kerajinan (craft). Mereka dipilih berdasarkan rekomendasi Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Gresik.
Peserta pelatihan UMKM oleh SIG ini berasal dari 4 kecamatan di kabupaten Gresik, yaitu Kecamatan Kebomas, Gresik, Cerme dan Manyar. Sementara pelatihan digelar di Grand Ballroom Hotel Horison, kabupaten Gresik.
Baca Juga: SIG dan BTN Sepakat Berkolaborasi Bangun Ramah Lingkungan
Koordinator Bidang TJSL Kementerian BUMN, Fahrudin Mustamin yang turut hadir dalam kegiatan memberikan apresiasi positif kepada SIG atas penyelenggaraan pelatihan strategi pemanfaatan digital kepada para pelaku UMK yang hadir.
Fahrudin menyebutkan, SIG sebagai perusahaan BUMN menjalankan fungsi agen pembangunan dan membantu pemerintah dalam menyejahterakan masyarakat.
“SIG sebagai value creator harus mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat agar lebih memiliki nilai tambah,” ujar Fahrudin.
Baca Juga: SIG Raih Penghargaan di Ajang SPEx2 Award
Menurut Fahrudin, saat ini UMKM di Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti peningkatan kapasitas, mutu dan skill (access to capabilities) serta peningkatan pasar (access to market) sehingga para pelaku UMKM terbatas dalam mengembangkan usahanya.
Pihaknya mengaku, pelatihan seperti yang dilakukan SIG ini mampu menjawab tantangan UMKM di Indonesia. “Kami harap pelatihan ini mampu menjadi sarana belajar dan berkembang bersama," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, SIG juga memberikan bantuan 1 alat memasak kue berupa oven kepada peserta dari kelurahan Gending, kecamatan Kebomas, Nunuk Sovi Yuniarti (47 tahun), pelaku UMK kuliner pastel kering dengan merek Paz-Q.
Baca Juga: Kementerian BUMN Apresiasi SIG Pembina UKM Peningkat TKDN
Nunuk mengakui, keterbatasan alat menjadi penghambat dalam memenuhi permintaan konsumennya yang semakin banyak.
“Setiap pesanan memang bisa saya kerjakan sendiri hanya dengan bantuan dari anak-anak saya di rumah. Tapi sudah lama oven memang rusak, jadi untuk produksi dalam jumlah banyak tidak memungkinkan,” ujar Nunuk.