: Para ibu yang menyusui anaknya dengan ASI eksklusif selama 0-6 bulan, selain mencegah anak stunting juga bisa menekan hormon kesuburan.
Ibu menyusui ASI eksklusif pun tetap dianjurkan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi. KB pasca persalinan penting sekali. Hati-hati ibu bapak kalau tidak sering menyusui secara eksklusif aktif, itu sering mudah hamil.
"Jadi salah satu kepentingan menyusui ASI eksklusif itu adalah mencegah kehamilan,” ujar Kepala BKKBN dokter Hasto, saat imembuka acara Kelas Tim Pendamping Keluarga yang Handal, Berempati dan Bersahabat (TPK Hebat) Seri III Tahun 2024 secara daring melalui aplikasi _zoom meeting_ dan disiarkan langsung di akun Youtube BKKBNOfficial, Selasa (6/8/2024).
Dokter Hasto menyebutkan, air susu produktif akan menekan hormon kesuburan. _Follicle-stimulating hormone_ (FSH) dan _luteinizing hormone_ (LH) yang dikeluarkan oleh otak akan ditekan oleh hormon yang keluar ketika menyusui yaitu hormon oksitosin dan prolaktin.
Sehingga, ketika ibu-ibu menyusui insya Allah dia tidak subur. Tapi ingat, yang menyusuinya tidak sukses, kadang-kadang/tidak frekuen, tidak sering sekali, sering kebobolan, ini subur.
"Ibu-ibu yang baru melahirkan ini kan sering ada yang nanti ajalah KB-nya. Maka, hati-hati meskipun menyusui, KB-lah, misalnya pakai kondom. Atau sekarang ada suntik dan pil KB yang tidak mengurangi air susu. Kemudian ada susuk yang bisa langsung dipasang setelah melahirkan. Semuanya bisa gratis," ungkap dokter Hasto.
Dokter Hasto juga menyebutkan, menyusui harus rutin. Teorinya, semakin sering menyusui produksi ASI akan bagus.
Hendaknya juga saat menyusui dilakukan bergantian dari payudara kanan dan kiri. Bila hanya satu payudara kiri saja atau kanan saja, cara ini akan merangsang radang atau infeksi karena air susu pada payudara sisi lain tidak keluar dan tertampung terus.
“Ini tolonglah ibu-ibu. Jadi saya titip pada Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk selalu mendekati, mengonseling para ibu yang baru saja melahirkan untuk menyusui dengan sukses ASI eksklusif dan juga melakukan kontrasepsi,” tuturnya.
Baca Juga: Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, Kemenko PMK Gelar Rakor Selaraskan Strategi dan Langkah Jonkret
Di bagian lain, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden Dr Ir Suprayoga Hadi MSP selaku Keynote Speech pada acara itu menekankan pemberian ASI Eksklusif dan penggunaan KB Pasca Persalinan sebagai dua intervensi prioritas dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“ASI eksklusif, pemberian ASI saja telah cukup memenuhi asupan gizi anak usia 0 - 6 bulan. Berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), cakupan ASI eksklusif mengalami kenaikan dari 44,4 persen pada 2018 menjadi 73,97 perden pada 2023,” jelasnya.
Dia berharap cakupan pemberian ASI eksklusif bisa ditingkatkan menjadi di atas 90 persen. Menurutnya, juga pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) saat anak berusia 6 bulan ke atas perlu ditingkatkan.
Dia mengatakan, cakupan dan kualitas MPASI pangan lokal perlu ditingkatkan, saat ini baru 59,3 persen. Diketahui, di lapangan petugas tidak menggunakan pangan lokal dan posyandu menjadi ajang pemasaran produk tertentu.
"Perlu ada edukasi dan pengawasan dari petugas kesehatan,” tambahnya.
Suprayoga juga mendorong penggunaan KB Pasca Persalinan untuk mencegah kehamilan baru atau menjarangkan jarak antar kelahiran. Sehingga, ibu dan ayah (orangtua) bisa fokus memenuhi kebutuhan gizi dan kebutuhan anak serta menjaga kesehatan diri.
Baca Juga: Bertemu Petani Jagung di Ponorogo, Menko PMK Dorong Pemda Lakukan Intervensi Kendalikan Harga
Sementata itu, dr Widya Dwi Astuti Sp OG dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada menyebutkan manfaat ASI untuk bayi dan ibu.
Bagi bayi, minum ASI dapat mencegah infeksi telinga, diare dan keluhan pada pencernaan. ASI juga non alergenik; dapat mencegah asma; mencegah 'boneloss' di kehidupan selanjutnya; menurunkan risiko SIDS, diabetes dan obesitas.
Selain itu, memberikan bayi kekuatan tulang dan gigi yang lebih kuat; memberikan perkembangan otak yang lebih baik dan IQ yang lebih tinggi; memberikan kemungkinan tekanan darah dan kolesterol yang lebih rendah di kemudian hari.
Sedangkan, bagi sang ibu, menyusui dapat mencegah kanker payudara dan kanker ovarium; mencegah depresi postpartum; menurunkan risiko kadar besi yang rendah.
“Membantu mengambalikan ukuran uterus; membantu menurunkan berat badan; menurunkan beban keuangan karena bayi lebih sehat, jarang sakit; dan memberikan kedekatan dengan ibu,” ucapnya.***