unescoworldheritagesites.com

Upaya Keraton Surakarta Lestarikan Budaya Jawa Lewat Prosesi Pernikahan Cucu PB XII - News

Kirab kereta kuda di prosesi pernikahan cucu Raja Keraton Surakarta Paku Buwono (PB) XII (Endang Kusumastuti)

Keraton Surakarta terus berupaya melestarikan kebudayaan Jawa, salah satunya melalui acara adat pernikahan. Seperti yang dilakukan di pernikahan cucu Raja Keraton Surakarta, Paku Buwono (PB) XII, BRAj Wangi Pamor Kusumo, yang merupakan anak dari KGPH Madu Kusumo Negoro, Sabtu (31/8/2024) malam.

Prosesi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa Keraton Surakarta itu, juga menarik perhatian warga dan wisatawan yang berada di sekitar Keraton Surakarta.

Salah satunya  adalah kirab kereta kuda. Pengantin wanita dan pengantin pria dikirab dengan menggunakan dua kereta kuda, dari Sasana Mulyo keliling kawasan Keraton Surakarta dan kembali ke Sasana Mulyo.

Baca Juga: Jakarta Film Night Jadi Pembuka Indonesian Film Festival New York

"Malam sebelum acara temu di acara resepsi, pengantin dikirab muter Baluwarti. Harapannya semoga apa yang dilakukan malam ini akan terus ada sepanjang masa. Khususnya keluarga Keraton Surakarta," jelas salah satu keluarg Keraton Surakarta, GKR Koes Moertiyah Wandansari  (Gusti Moeng).

Menurut Gusti Moeng, keluarga keraton baik anak-anak raja maupun cucu-cucu raja menggunakan Sasana Mulyo untuk acara adat. 

"Ini juga pertana dilakukan di Sasana Mulyo  setelah selesai direnovasi," katanya..

Baca Juga: Keluarga Keraton Surakarta Ingatkan Generasi Muda Pentingnya Menjaga Sejarah

Prosesi adat pernikahan keluarga Keraton Surakarta, BRAj Wangi Pamor Kusumo dengan Adhieka Octavian Nur Zamman tersebut dimulai sejak Selasa (27/8/2024) dengan menggelar wilujengan atau doa sebelum memulai acara. Dilanjutkan dengan memasang bleketepe, siraman dan menjual dawet pada Jumat (30/8/2024).

Bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang dianyam dan dipasang di depan rumah sebagai tanda dilakukan acara pernikahan. Bleketepe ini memiliki sejumlah makna, diantaranya simbol dimulainya hajatan, hingga tolak bala dan harapan kebahagian.

"Untuk proses siraman dilakukan oleh kedua orangtuanya kemudian dari keluarga dan sesepuh. Kemudian malamnya ada midodareni," jelasnya lagi.

Baca Juga: Alun-Alun Direvitalisasi, Keraton Surakarta Tetap Gelar Tradisi Sekaten

Midodareni dilakukan malam hari menjelang acara temu pengantin. Acara ini juga disebut sebagai malam terakhir masa lajang bagi calon pengantin.

"Dilanjutkan Sabtu pagi acara ijab qobul dan malamnya resepsi yang dimulai dengan kirab kereta kuda," kata Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat