: Bendera Merah Putih sepanjang 1.000 meter dibentangkan mengeliling kawasan Keraton Surakarta yang berada di Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Senin (28/10/2024), bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Acara yang digelar Keraton Surakarta Hadiningrat bersama Yayasan Mataram Joyo Binangun tersebut melibatkan ratusan pelajar, TNI/Polri, prajurit keraton, serta elemen masyarakat lainnya.
Sebelum membentangkan Bendera Merah Putih sepanjang 1.000 meter tersebut, dilakukan upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda di Kamandungan Keraton Surakarta. Upacara Bendera Hari Sumpah Pemuda tersebut baru pertama kalinya digelar Keraton Surakarta.
Baca Juga: Jelang Hari Sumpah Pemuda, Volunteer Diajak Aksi Membantu Masyarakat
Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo, GKR Koes Moertiyah Wandansari (Gusti Moeng).
"Upacara Hari Sumpah Pemuda yang ke-96 ni diselenggarakan Keraton Surakarta bersama Yayasan Mataram Joyo Binangun dengan melibatkan pelajar, Korem, Polresta, Polsek, Pemkot Solo," jelas Gusti Moeng.
Melalui kegiatan tersebut, dirinya mengajak generasi muda untuk tetap menjaga Merah Putih. Karena bendera ini adalah lambang keberadaan NKRI di dunia.
Baca Juga: Prosesi Adat, Dibunyikannya Gamelan Sekaten Keraton Surakarta Diwarnai Kericuhan
"Awalnya bendera ini dipakai oleh negara yang berdaulat adalah Kerajaan Mataram Surakarta ke atas sampai Majapahit. Ini yang membikin kita tergugah untuk bagaimana mulai lagi dan mengingatkan kembali kepada khalayak," jelasnya lagi.
Terutama kepada pemerintah pemegang kekuasaan bahwa jas merah (jangan melupakan sejarah). Menurut Gusti Moeng, tidak bisa dipungkiri bahwa Keraton Surakarta adalah awal sebelum Republik Indonesia.
"Sejak 200 tahun lalu, tempat ini menjadi pusat pemerintahan . Hari ini yang memiliki kami untuk selalu mengingatkan supaya negara ini tetap utuh," katanya.
Gusti Moeng juga mengatakan, terbentuknya NKRI juga tidak lepas dari peran Raja Keraton Surakarta, Paku Buwono (PB) X. Dimana dia pernah menjalankan perjalan dari Ende hingga Nias untuk menyatukan tekad membuat perubahan dalam kehidupan di Nusantara mendirikan sebuah negara yang berdaulat.
"Hal ini yang bersama-sama disetujui oleh kerajaan-kerajaan lain. Kemudan diteruskan oleh PB XI yang turut membentuk BPUPKI dan PB XII sebagai Raja Keraton Surakarta melalui maklumat menyatakan menggabungkan wilayahnya ke NKRI," paparnya.