unescoworldheritagesites.com

Dikecam, Penganiayaan Dokter dan Perawat di Papua - News

Ilustrasi kegiatan di RSU Mamberamo (RSUD Mamberamo Papua Pegunungan)


: Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat sangat dibutuhkan di Pedalaman Papua.

Di sisi lain dokter dan perawat ini menjadi sasaran penganiayaan di Papua bahkan pelakunya ada yang pejabat juga.

Menurut pemuda OAP, Daniel, kondisi ini bisa merugikan warga Papua di Pedalaman karena ke depan dokter atau perawat takut ke daerah terpencil jika tak aman.

"Kalau begini terus kondisi di Papua, lama-lama dokter, perawat bahkan guru takut mengabdi di daerah terpencil  apalagi pedalaman Papua," kata Daniel.

Baca Juga: BRI Cabang Sorong Gelar Undian Simpedes 2024

Nah, yang sengsara adalah warga pedalaman Papua, lanjut Daniel, ketika sakit termasuk melahirkan bayi mau ke mana.

Menurut Daniel hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Daerah.

Jangan hal ini penyelesaiannya diserahkan ke aparat keamanan saja.

Pemerintah Daerah harus juga bertanggung jawab.

Contoh kasus. Pekan ini Yordani Sumomba, dokter di Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan, dianiaya pejabat daerah setempat.

Yordani dianiaya di RSUD Lukas Enembe, Distrik Kobakma, Mamberamo Tengah, Selasa (5/11/2024) lalu.

Pelakunya adalah Asisten III Sekretariat Daerah Mamberamo Tengah Yuyur Yikwa.

Baca Juga: Sebagai Calon Petahana, Tri Adhianto Dinilai Mampu Lanjutkan Pembangunan Berkelanjutan di Bekasi

Di tempat terpisah,  Zulhaida, perawat di RSUD di Mulia, Papua Tengah, dianiaya dan juga percobaan pemerkosaan oleh orang tak dikenal.

”Kami sudah komunikasi dengan Penjabat Bupati (Mamberamo Tengah)," kata  Kepala Dinas Kesehatan Mamberamo Tengah Dotius Doga, dalam siaran persnya, Rabu (13/11/2024).

Doga,  menyebut proses hukum yang berjalan sepenuhnya diserahkan kepada kepolisian.

Penganiayaan itu bermula saat pelaku meminta obat ke ruang apotek RSUD Lukas Enembe.

Saat itu, pelaku juga meminta diprioritaskan sambil menyebutkan jabatannya di Pemkab Mamberamo Tengah.

”Padahal, waktu dokter mau menyarankan untuk pemeriksaan dulu. Namun, pelaku langsung marah dan memukul dokter dengan balok kayu,” ujar Rahman.

Baca Juga: Video Dukungan Prabowo untuk Luthfi - Gus Yasin Beredar, Pengamat Politik Sebut Tak Langgar Etika

Akibatnya, korban mengalami sejumlah luka di pipi kanan, punggung, dan keluar darah melalui hidung.

Korban dirawat RSUD Wamena, Jayawijaya, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan.

Yordani ketika dihubungi wartawan, Minggu (10/11/2024)  mengatakan, kondisinya makin membaik seusai operasi.

Dokter yang telah mengabdi di RSUD Mamberamo Tengah sejak 2021 ini berencana memulihkan diri di rumahnya di Makassar hingga akhir tahun ini.

Rencana dokter Yordani, tahun depan ia mengikuti tes PPDS (program pendidikan dokter spesialis) dan mungkin sambil menunggu tes.

"Sambil menunggu  pengumuman, awal tahun depan saya akan kembali terlebih dahulu mengabdi di Mamberamo Tengah,” katanya.

Hal yang sama dialami perawat Zulhaida di Puncak Papua.

Baca Juga: Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Pemerintah Pastikan Kecepatan Penanganan Korban Bencana 

Zulhaida mengalami penganiayaan dan percobaan pemerkosaan di Puncak Jaya
Jumat (8/11/2024) lalu.

Kejadian ini diceritakan Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Papua James May.

James menuturkan, insiden ini berlangsung di rumah korban di Distrik Mulia, ibu kota Puncak Jaya.

Pada Jumat siang, korban yang sedang berada di rumah didatangi tiga orang tidak dikenal.

”Para pelaku mendatangi korban dengan membawa senjata. Saya belum pastikan itu senjata api atau senjata tajam, tapi intinya mereka bawa senjata. Dia mengira mereka cuma mau mencuri, ternyata mau coba perkosa juga,” ujar James.

Saat itu, lanjut James, salah seorang pelaku mencoba memerkosa korban di kamarnya. Korban yang melawan lalu dianiaya oleh pelaku.

Korban mampu melarikan diri dan meminta pertolongan kepada warga. ”Warga datang dan para pelaku lari ke hutan. Korban mengalami luka memar termasuk di bagian mata. Saat ini korban masih dirawat di RS Bhayangkara Jayapura,” kata James.

Baca Juga: Duta Pasar Modal Solo Raya Borong Juara di CMSE 2024

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mohammad Adib Khumaidi turut mengecam insiden ini.

Khumaidi  meminta seluruh tenaga kesehatan di wilayah Papua mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Jika melihat data IDI Papua, sejak 2019 hingga Maret 2023, empat dokter menjadi korban kekerasan. Tiga dokter spesialis tewas dan satu dokter umum terluka berat.

Salah satu kasus terbaru menimpa dokter Mawartih Susanti yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Nabire, Papua Tengah, 9 Maret 2023.

Baca Juga: Dandim 1710 Mimika Pimpin Apel Gelar Pasukan Pengamanan Kunjungan Kerja Kepala Staf Angkatan Darat

Mawartih yang merupakan satu-satunya dokter spesialis paru di Nabire dibunuh seorang petugas kebersihan rumah sakit.

Berdasarkan pengakuan pelaku, motif kejahatan itu karena sakit hati dengan pemotongan insentif dana penanganan Covid-19.

Menurut Pakar Hukum Jitan, perhelatan pesta demokrasi membuat potensi konflik semakin tinggi.

Dengan begitu, pemerintah harus mampu memberikan kepastian keamanan kepada para tenaga kesehatan. ***

Baca Juga: BRI Cabang Sorong Gelar Undian Simpedes 2024

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat