Oleh: Yus Dharman
: Judul diatas adalah terjemahan dari "let,s kill all the lawyer" penggalan obrolan pengemis, tukang jagal sapi dan buruh tani dalam Drama sandiwara yang berjudul Henry the sixth, karya William Shakespeare di Inggris pada thn 1596. merupakan kritik kalangan kelas bawah terhadap pengacara borjuis yang hanya memilih orang-orang kaya sebagai kliennya,
Pada waktu itu.
Karakter Dick the butcher, Jack Cade buruh tani dan smith Pengemis adalah pemberontak yg berencana akan menggulingkan King Henry Raja Inggris saat itu, serta merampas harta kelas atas yang dianggap telah menindas Rakyat kecil, serta ingin menjungkirbalikkan tatanan negara yang sudah mapan. Dick menyadari bahwa pengacara berpotensi menghalangi mereka. "Let's kill all the lawyers" pekiknya.
Kebencian Cade, Dick dan Smith terhadap Pengacara dalam cerita itu, harus dipahami dalam konteks pemberontakan kelas proletar di Inggris pada masa kekuasaan Henry VI
merupakan pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat jelata, seperti petani, buruh, pengrajin, penjahit, tukang daging, penenun, tukang kayu, penyamak kulit, pengemis, dsb, yang sangat banyak jumlahnya, melawan penguasa dan kroni-kroni nya yang borjouis yang hobby pesta pora pamer kemewahan di tengah kemiskinan yang melanda mayoritas Rakyat Inggris pada waktu itu.
Cade sang komandan pemberontak, menjelaskan pada rekan-rekannya bahwa kita berjuang untuk mendapatkan kembali hak-hak kita yang dirampas oleh kaum borjouis, jika kita berhasil, maka kita tidak lagi harus "hidup dalam perbudakan kaum bangsawan yang Zhalim.
Baca Juga: Teruslah Berbohong, Sehingga Orang Percaya
Cade, Dick dan Smith, dalam lakon itu, sangat anti-intelektual; mereka membunuh siapa saja yang bisa membaca dan membakar semua buku dan dokumen yang mereka temui. Mereka mengira bahwa mereka hanya akan mampu mengambil alih populasi yang bodoh dengan lebih mudah daripada populasi terpelajar ,Yang akan dibela Pengacara.
Seperti yang terjadi di Kamboja pada tahun 1975, dari 600 pengacara yang ada, dalam rentang waktu 4 tahun kekuasaan nya, dari 1975 s/d 1979, khmer merah pimpinan Polpot telah membunuh 582 pengacara, tersisa 12 orang yg masih hidup pada januari 1979 (sumber, Dolores Donovan, 1992) Mungkin Polpot terinspirasi dari sandiwara karya Shakespeare tersebut.
Baca Juga: Third Termism / Termise Ketiga Konsep Basi
Rupanya dari dulu sampai sekarang, cerita hukum tumpul keatas tajam kebawah, dan banyak oknum pengacara menjadi bagian dari mafia peradilan bukan berita hoax.
Pengacara, sering berada di persimpangan jalan, di hadapkan pada pilihan sulit yang dilematis antara membela yang benar atau membela yang bayar?
Sebagai manusia biasa yg tidak luput dari godaan gaya hidup hedonis, ditambah tuntutan Pasar yang menggiring Seorang Pengacara berpenampilan glamor dengan mengendarai Ferari atau Lamborgini untuk membiayai gaya hidupnya, mau tidak mau akan membela yang berani bayar mahal, biasanya yang berani bayar mahal adalah koruptor.
Apakah pengacara melambangkan kejahatan atau kebaikan, silakan tanya rumput yang bergoyang.
makna dalam artikel ini yang terpenting
adalah Fiat Justitia Roeat Coelum artinya hukum harus ditegakan meskipun langit runtuh.
Hidup Advokat Indonesia !***
YUS DHARMAN,SH.,MM.,M.Kn
ADVOKAT/KETUA DEWAS FAPRI ( Forum Advokat & Pengacara Republik Indonesia