Oleh Yacob Nauly
: Pertamina terus meningkatkan kemampuan produksi BBM termasuk di Kilang RU VII Kasim.
Pasalnya kebutuhan BBM dalam negeri termasuk di kawasan timur Indonesia khususnya Papua dan Maluku terus meningkat.
Karena itu kehadiran Kilang Kasim, bertujuan memenuhi kebutuhan BBM untuk daerah Papua dan Maluku, yang sebelumnya didatangkan dari luar dua daerah ini terus berkembang maju.
Baca Juga: KPU Tetapkan Jumlah DPT 435.812 Pada Pilgub PBD 2024
Multiplier effect Kilang Pertamina RU VII Kasim bagi
Pembangunan Kawasan Timur Indonesia cukup banyak.
Antara lain mengurangi Biaya Transportasi. Lalu meningkatkan Security Of Supply.
Termasuk mendukung program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga di 150 titik di Papua dan Maluku hingga akhir 2024.
Ini tentu memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi di daerah Papua dan Maluku.
Bicara soal dampak berganda produksi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar.
Beragam jenis industri di Papua dan Maluku dapat berkembang baik itu berkat dukungan BBM.
Baca Juga: Deklarasi Kampanye Damai Pilkada Kota Bekasi 2024: Paslon Bang Heri-Bang Sholihin Dikawal BM SWARA
Apa lagi Papua dan Maluku terdiri dari kepulauan yang diakses melalui transportasi laut sangat tergantung pada BBM.
Di Papua dan Maluku belakangan ini Industri Makanan dan Minuman maju pesat.
Dua daerah ini juga telah berkembang berbagai jenis industri yang belum ada sebelumnya.
Antara lain industri farmasi, industri kimia, industri Logam dan Mesin, industri Tekstil & Pakaian. Juga Industri Otomotif, Industri Elektronik dan sebagainya.
Dunia ekonomi di kawasan timur Indonesia khususnya Papua dan Maluku membutuhkan dukungan energi minyak dan gas cukup tinggi.
Karena itu Kilang Kasim menyediakan sumber energi baru untuk membangun perekonomian di Papua dan Maluku.
Sebelum tahun 1997 kebutuhan energi di Papua dan Maluku, dipasok dari luar kedua daerah ini.
Baca Juga: Pengurus Masjid dan Musholla se Kecamatan Menteng Menjadi Peserta BPJamsostek
Untuk diketahui, Kilang Pertamina RU VII Kasim berada di Kampung Klayas, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Luas tanah yang digunakan Kilang Kasim ini 80 hektar dan resmi produk perdana terhitung Juli 1997.
Data saat ini Kilang BBM Kasim berkapasitas pengolahan sebesar 10.000 barel per hari, diharapkan tentu untuk memenuhi kebutuhan BBM di Maluku dan Papua.
Nah karena berjalan dengan waktu, minyak dan gas (migas) di Papua dan Maluku, butuh sumber energi baru.
Untuk maksud di atas kini PT Kilang Kasim tengah mencari sumber-sumber pasokan minyak baru untuk diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Baca Juga: PPPSRS Se Jabodetabek Bersatu Tolak PPN-IPL Rusun
Pencarian sumber-sumber minyak baru itu bakal dilakukan dengan skema open access.
Atau tak lagi menggantungkan sumber minyak mentah kepada satu pemasok saja.
Itu ditujukan agar pengolahan minyak mentah di kilang tersebut dapat mencapai titik kapasitas optimum.
Petrogas sebagai pemasok utama di Papua ini mulai berkurang produksinya.
Parahnya Petrogas hanya dapat memproduksi 6 ribu barel minyak mentah per hari ke Kilang Kasim.
Persoalannya total kapasitas Kilang Kasim 10 ribu barel per hari.
Baca Juga: Didanai APBD, Belasan Ribu Perangkat LKD se Kabupaten Mojokerto Kini Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Karena itu PT Kilang Kasim punya program baru guna menambah pasokan minyak mentah (supply crude).
"Jadi pihaknya tidak tergantung pada supplier dari Petrogas saja," kata Engineering Development RU VII Kasim Muhammad Falah Saputra kepada wartawan di Klayas, Senin (16/9/2024) dua pekan lalu.
Itu namanya progam atau proyek open access, yakni untuk menambah pasokan atau supply crude.
"Jadi pasokan boleh dari mana saja. Saat Petrogas kian berkurang maka kita bisa beli dari yang lain," ujarnya.
Program itu, disebutkan masih dalam perencanaan dan persiapan.
Beberapa hal yang disiapkan di antaranya pembangunan tangki, infrastruktur perpipaan, hingga dermaga baru.
Menurut rencana tahun depan tangki baru diestimasi bisa tersambung dengan pipa pengalir.
Pipa pengalir itu sebagai sarana dasar pengolahan minyak mentah.
Baca Juga: Wujudkan Pilkada Damai, Polda Metro Jaya Gelar Program Satu Jam Mengaji
Meski begitu, ia belum dapat memastikan kapan infrastruktur dasar tersebut selesai dan siap menerima pasokan yang lebih besar.
" Itu salah satu crude-nya saja. Mungkin kalau ada crude yang tipikal dan itu bisa diolah di area Papua-Maluku, bisa juga pakai crude tersebut," ujar Falah.
Terkait Kilang Kasim mengolah minyak mentah menjadi BBM jenis Pertalite RON 90 dan Biosolar.
Dikatakan Produk tersebut difokuskan untuk pemenuhan kebutuhan BBM di wilayah Papua-Maluku (Pamalu).
BBM yang dihasilkan di Kilang Kasim ditampung di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Wayame dan Tual.
Paling tidak , Kilang Kasim mampu memenuhi 8% dari total kebutuhan Pertalite dan BioSolar di wilayah Pamalu.
Baca Juga: Tim Hotman 911, Kawal Kasus Tewasnya Santri Ponpes di Sukoharjo
Seperti Agustus 2024, kebutuhan Pertalite di Pamalu mencapai 88.700 kilo liter (kl) dan BioSolar sebanyak 239.000 kl.
Kilang Kasim hanya bisa memproduksi BBM dengan RON 88.
Tetapi karena ada penghapusan BBM jenis Premium maka dilakukan inovasi dan pengembangan agar kilang tersebut mampu mengolah BBM RON 90.
Dijelaskan secara kilang, itu desainnya hanya RON 88. Pihaknya untuk trial, trial, trial. Atau mencoba dan mencoba program ini.
Kilang Kasim bisa menaikkan reaksinya agar dapat memproduksi Pertalite.
Sehingga dengan komposisi blending tertentu, campuran bisa menghasilkan Research Octane Number (RON) 90 untuk Pertalite-nya.
Baca Juga: Apa Komentar Mereka Tentang Kekalahan Joshua dari Dubois? Ada yang Bilang Joshua Harus Pensiun, Ada Juga yang Dukung
Kini Kilang Kasim tengah menyusun gambar atau peta akses agar menghasilkan BBM RON 92, atau Pertamax.
Cara lain adalah memperbarui bagian katalis pengolah oktan.
Soal jenjang engineering design, pihaknya berupaya agar rencana ini terealisasi ke depan.
Ini bukti. Multiplier Effect Kilang Pertamina RU VII Kasim bagi Pembangunan di Papua dan Maluku, kawasan timur Indonesia. ***
Sumber: Liputan Lapangan dan Referensi Lain.
Yacob Nauly, wartawan