unescoworldheritagesites.com

Rembang Melawan Trending, Inilah MPR yang Berani Bersuara Mengungkap Nepotisme Kekuasaan Dipertontonkan Tanpa Rasa Malu - News

Sejumlah tokoh bangsa bertemu dengan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).  (Ist)

: Hari ini, Senin (13/11/2023) tengah trending tagar #RembangMelawan di twitter setelah sejumlah tokoh membentuk Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR) sowan ke kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, Minggu (12/11/2023).

Kehadiran sejumlah tokoh MPR itu ke ndalem Gus Mus untuk mengadu bahkan sampai menangis.tentang kondisi bangsa saat ini.

Usai pertemuan itu, MPR inilah yang berani bersuara mengungkap kondisi bangsa saat ini terutama tersorengnya nilai-nilai luhur demokrasi dan cita-cita reformasi yang diperjuangkan Gerakan Reformasi 98.

Para tokoh yang hadir antara lain istri mendiang Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Omi Komariah Madjid. Kemudian mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, budayawan Goenawan Mohamad, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, hingga Antonius Benny Susetyo.

Tampak menyambut kehadiran rombongan itu salah satu menantu Gus Mus, Wahyu Salvana yang mempersilahkan para tokoh tersebut masuk ke ruang utama dan menemui mertuanya.

Berdasarkan pantauan media, RM.id  melansir, pertemuan berlangsung selama 1,5 jam lebih dan digelar secara tertutup. Setelah selesai sowan, para tokoh ini menggelar konferensi pers di tempat terpisah.

Sambil duduk berjejer dengan latar belakang kain warna hitam, koordinator acara Alif Iman Nurlambang menyampaikan intisari pertemuan para tokoh dengan Gus Mus. Dia menjelaskan, para tokoh punya pandangan yang sama mengenai situasi politik bangsa yang memprihatinkan. Salah satu yang disorot adalah intervensi terhadap Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka khawatir hal itu mengancam asas jujur dan adil dalam Pemilu 2024.

"Mengutip puisi Gus Mus, kita tengah menghadapi materi dengan rasa yang beda. Termasuk materi republik dengan rasa kerajaan,” ungkap Alif.

Dia mengatakan, para tokoh lintas budaya dan ilmu ini sepakat, proses politik itu harus berdasarkan nilai-nilai budaya yang luhur. Gus Mus bahkan berpesan, politik harus mementingkan etika dan moral, bukan mementingkan diri sendiri. Oleh karenanya, MPR akan terus menyuarakan pendapatnya agar pemimpin bangsa bersikap arif dan bijaksana.

“Pesan Gus Mus untuk terus memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua,” tandasnya.

Omi Komariah Madjid mengungkapkan kekesalan dan kesedihannya terhadap situasi nasional yang terjadi belakangan ini. Saat curhat dengan Gus Mus, Omi tak bisa menahan tangisnya.

Dia mengatakan, saat ini pemberantasan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang diperjuangkan Gerakan Reformasi 98, tidak dijalankan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah. Bahkan, KKN justru semakin menggurita.

“Sangat memprihatinkan sekali, bahkan nepotisme kekuasaan Anda lihat sendiri. Ditunjukkan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu dan salah sama sekali. Itu yang membuat saya menangis,” katanya. “Ke mana hati nurani pemimpin kita itu? Jadi, kekuasaan itu menjadi menjadikan orang tertutup hati nuraninya,” sambungnya.

Goenawan Mohamad menyatakan ikut pertemuan karena ingin berbagi rasa dan saling menularkan semangat. Sebab, saat ini semua bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. “Suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli. Sehingga yang ikhlas sudah mengalami erosi yang berat di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat