: Dalam mengatasi masalah masyarakat 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) perlu upaya berkelanjutan. Ada 3 hal utama yang saling berkaitan demi mengatasi masalah di daerah 3T, yaitu pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Apabila terjalin sinergi berkelanjutan dalam 3 bidang ini niscaya, masalah yang ada di daerah 3T bisa diatasi dengan baik.
Hal itu disampaikan tokoh masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Fransiscus Go usai menyampaikan materi diskusi di kantin Kendal, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (29/12) kemarin. Pria yang akrab disapa Frans ini merupakan salah satu figur yang dinilai kuat menjadi calon Gubernur NTT pada 2024 mendatang.
"Sinergi antara pemerintah daerah dan pihak swasta bisa menghadirkan perpaduan yang harmonis dalam mengembangkan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Sinergi tersebut juga terbuka bagi siapa pun putra-putri terbaik NTT yang memiliki solusi dan niat baik untuk mengatasi setiap permasalahan yang ada dalam lingkup terkecil di sekitar mereka," kata Frans dikutip Sabtu (30/12/2023).
Baca Juga: Peredaran Gelap Narkotika Menjelang Tahun Baru 2024
Frans yang kesehariannya merupakan seorang pebisnis di Jakarta ini pun menuturkan, salah satu cara untuk mengubah nasib seseorang adalah melalui pendidikan. Namun, kata Frans, berdasar pemetaan permasalahan pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diselesaikan.
Frans menilai bahwa tantangan pertama tidak semua anak memperoleh kesempatan untuk menempuh pendidikan. Alasannya, lanjutnya, orang tua membutuhkan tenaga mereka untuk membantu pekerjaan saat berkebun atau tidak ada fasilitas sekolah di daerah mereka.
"Anak-anak yang tidak memperoleh akses pendidikan tentunya tidak memperoleh wawasan dan kemampuan memadai dalam menyambut masa depannya," jelasnya.
Lebih lanjut Frans menjelaskan, jumlah partisipasi usia sekolah SD-SMP di NTT sebenarnya sudah mencapai angka 80%, namun anak yang menempuh pendidikan SMA dan pendidikan tinggi hanya sekitar 20%. Menurutnya, jumlah partisipasi anak yang menempuh SMA dan pendidikan tinggi inilah yang perlu ditingkatkan lagi.
Frans pun menganggap bahwa jika seseorang bisa meraih pendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang meningkatkan taraf hidupnya, tentu ia bisa menolong keluarga serta orang-orang di sekitarnya. "Banyak mekanisme yang bisa digunakan untuk memperbesar angka partisipasi anak yang bersekolah SMA/SMK dan pendidikan tinggi," tuturnya.
Frans juga menyampaikan, tantangan lain berasal dari infrastruktur sekolah perlu perhatian khusus dan akses jalan menuju sekolah yang rusak. Menurut Frans, hal ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah NTT. Belum lagi, kata Frans, sekolah membutuhkan peralatan teknologi memadai agar guru bisa mengajar dengan baik pada Era Digital.
"Anak-anak juga perlu mendapatkan pelajaran terkait penguasaan teknologi sehingga mampu menciptakan lulusan yang tidak kalah bersaing di kancah nasional," imbuhnya.
Sosok yang banyak mengabdikan diri untuk NTT melalui sejumlah aksi sosial ini pun menyebutkan, kondisi perekonomian masyarakat NTT juga berkaitan dengan kesempatan setiap anak memperoleh pendidikan. Kondisi orang tua yang belum sejahtera tentu menghambat proses pendidikan generasi muda berikutnya.
Frans mengungkapkan bahwa sesuai data dari BPS, angka kemiskinan NTT masih berada di urutan ketiga dari bawah. Jika pemerintah daerah bersungguh-sungguh dalam peningkatan ekonomi masyarakat, tentu ada jalan keluar.