: Di tengah perolehan suara Partai Golkar di Pemilu 2024 yang menunjukkan progresitas tinggi dan berpeluang menguasai kursi DPR RI, ternyata bertolak belakang dengan perolehan elektoral para kader Golkar Kabupaten Lombok Timur (Lotim) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang harus mengalami degradasi suara.
Padahal, menurut penghitungan suara di Provinsi NTB, Golkar menduduki suara terbanyak, yakni 477.115, yang membuahkan 10 kursi dari delapan Dapil di NTB.
Perolehan suara yang menghasilkan 5 kursi saat Pileg 2019, ternyata tak bisa dipertahankan di Lombok Timur. Bahkan, di Pileg 2024 ini, terjadi penurunan menjadi 4 kursi. Sehingga sudah bisa dipastikan, Partai Golkar tak akan lagi bisa menguasai posisi pimpinan DPRD Lombok Timur.
Dari isu yang beredar, kegagalan Golkar Lombok Timur memenuhi target suara dan kursi Parlemen adalah karena Golkar tidak memajukan para calon legislatif yang kuat, dalam artian memiliki potensi menang.
Ironisnya, caleg petahana pun tidak jamak terlihat maju dari daerah lamanya. Tetapi caleg yang sudah memiliki kursi cukup lama di DPRD Lombok Timur, hampir semuanya didorong bertarung di DPRD Provinsi NTB.
Celakanya lagi, para caleg yang maju, bukan-lah orang-orang yang mengakar ke masyarakat, sehingga mudah diambil suaranya oleh caleg partai lain.
Penyebab lainnya, dari ramainya isu, adalah karena tidak kuatnya ikatan para kader dan pengurus di Golkar Lombok Timur. Bahkan beredar cerita, ada salah satu pengurus yang sengaja tidak menaikkan caleg yang kuat, agar putranya mendapat kesempatan untuk maju sebagai caleg.
Terpantau juga, para caleg Partai Golkar ini seperti tidak terkoneksi ke pengurus di tingkat akar rumput. Para Caleg seperti berjalan masing-masing dan tak terlihat ada kerjasama antara para Caleg maupun dengan pihak pengurus struktural partai.
Sebenarnya ini adalah hal yang sangat disayangkan, karena bukan hanya tak berhasil mencapai target kursi tahun 2024, yaitu 7 kursi dari 5 dapil, malah menurun performa perolehan suaranya. Sehingga baru kali ini dalam Pemilu 2024, Golkar Lombok Timur kehilangan kursi Pimpinan DPRD.
Terkait kondisi "lampu merah" Partai Golkar Lombok Timur paska Pemilu 2024, diperlukan perhatian serius dari jenjang jajaran pengurus di atasnya yakni Pengurus DPD Partai Golkar Provinsi hingga DPP Partai Golkar di Jakarta.
Tanpa "cawe-cawe" dari Slipi (markas DPP Partai Golkar), apa jadinya masa depan Golkar Lombok Timur. Bisa menjadi partai gurem di salah satu kabupaten di Provinsi Pulau Seribu Masjid tersebut. ***