unescoworldheritagesites.com

Kolaborasi Ciamik Kemenperin-YBI Populerkan Bangga Berbatik. Ada Apa Saja pada 2-6 Oktober di Mall Kota Kasablanka dan GBK? - News

Dirjen IKMA Reni Yanita menegaskan Kemenperin terus berkomitmen menjaga daya tahan dan pertumbuhan industri batik tanah air dengan mendukung Hari Batik Nasional (HBN) berkolaborasi bersama Yayasan Batik Indonesia (YBI) menggelar aneka kegiatan menarik  bertajuk “Bangga Berbatik” (AG Sofyan)

: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) bersama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) terus berkomitmen menjaga daya tahan dan pertumbuhan industri batik tanah air. 
 
Secara rutin YBI dengan didukung penuh Ditjen IKMA setiap tahun menggelar perayaan Hari Batik Nasional (HBN) melalui berbagai rangkaian kegiatan menarik yang bertujuan semakin mempopulerkan dan membumikan masyarakat untuk bangga memakai batik tulis maupun batik cap. Dan bukan batik printing atau cetak. 
 
Direktur Jenderal (Dirjen) IKMA Kemenperin Reni Yanita mengungkapkan tahun ini, di tahun transisi Pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin ke Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada perayaan Hari Batik Nasional kali ini memilih tema: “Bangga Berbatik”. 
 
 
Dimaksudkan digelar lebih menarik dan atraktif guna mendorong para perajin, pengusaha produk batik, dan masyarakat umum semakin sering membeli, menggunakan, dan mempopulerkan batik di manapun dan kapanpun dalam setiap aktivitas keseharian. 
 
Dirjen Reni menyebutkan bahwa sektor industri batik dan produk batik terbukti memiliki resiliensi di tengah tantangan ekonomi global yang terjadi beberapa tahun terakhir.
 
Tak hanya itu, sektor industri ini dikategorikan sebagai industri padat karya yang mampu menyerap hingga 200 ribu tenaga kerja. 
 
 
Maka digelarnya perayaan Hari Batik Nasional tahun 2024 ini sangat relevan dengan mengangkat inklusivitas batik berkelanjutan sebagai penopang pendapatan ekonomi bangsa. 
 
Sektor industri batik dan produk batik yang semakin berkembang dan mencapai kemajuan mampu menggerakkan perekonomian lokal dan nasional yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat. 
 
Dalam perayaan Hari Batik Nasional tahun ini, Ditjen IKMA dan YBI akan menyelenggarakan Pameran Hari Batik Nasional 2024 pada 2-6 Oktober di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. 
 
"Ditjen IKMA memberikan fasilitasi booth pameran secara gratis kepada pelaku IKM terkurasi yang dijaring sejak awal September lalu sebagai akses promosi kepada pelaku IKM batik dan produk batik," ujar Dirjen Reni Yanita kepada wartawan di acara Konferensi Pers Hari Batik Nasional 2024, kerjasama YBI dan Kemenperin di Plataran Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (26/9/2024). 
 
 
Dirjen Reni didampingi Karo Humas Kemenperin Ronggolawe Sahuri yang pada kesempatan itu dilakukan sesi diskusi yang juga dihadiri Ketua Umum YBI Gita Kartasasmita, Ketua Pelaksana HBN 2024 Febriana Feramitha, dan Komarudin Kudiya selaku Ketua Dewan Pakar YBI. 
 
Dirjen Reni membeberkan pada event tersebut, pencinta batik dan masyarakat luas bisa menyaksikan peragaan busana, mengikuti talk show sociopreneur tentang Inklusivitas Batik Berkelanjutan, menghadiri rilis buku “Batik Berkelanjutan: Rantai Pasok Industri 4.0”, serta berbelanja di bazar yang menampilkan produk batik asli daerah karya 45 pelaku industri kecil dan menengah. 
 
Tak ketinggalan, Kementerian Perindustrian juga akan menghadirkan Industrial Festival Edisi Batik dalam rangkaian kegiatan tersebut, melalui berbagai talk show inspiratif untuk semakin mengenalkan batik kepada generasi muda, yang diharapkan mewarisi tradisi kecintaan terhadap salah satu kekayaan budaya Indonesia ini.
 
 
“Dari sekian banyak pendaftar, terpilih 24 IKM peserta pameran Hari Batik yang difasilitasi oleh Ditjen IKMA untuk tampil dan memamerkan produk terbaiknya. Ada pula dua pelaku wirausaha baru IKM batik binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) hasil pendampingan yang juga memeriahkan pameran ini. Para peserta terpilih ini mewakili sembilan provinsi di Indonesia,” papar Reni.
 
Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban
 
Tak hanya itu saja, dalam rangkaian acara HBN 2024, Ditjen IKMA juga turut melaksanakan fasilitasi pendampingan dalam rangka proses permohonan pelindungan Indikasi Geografis (IG) Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban. Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban ini kemudian telah ditetapkan sebagai ikon HBN 2024.
 
Ketua Umum YBI Gita Kartasasmita menegaskan selama lebih dari dua dekade, YBI telah berperan aktif dalam memajukan usaha kerajinan batik dengan fokus pada peningkatan nilai ekonomi, mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi perajin atau pengusaha batik kecil dan tradisional
Ketua Umum YBI Gita Kartasasmita menegaskan selama lebih dari dua dekade, YBI telah berperan aktif dalam memajukan usaha kerajinan batik dengan fokus pada peningkatan nilai ekonomi, mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi perajin atau pengusaha batik kecil dan tradisional (AG Sofyan)
Batik Gedhog Tuban dianggap sebagai warisan budaya komunal yang menampilkan akulturasi budaya masyarakat pesisir Tuban dengan budaya Tiongkok yang memiliki ciri khas motif burung Phoenix. 
 
 
Proses pembuatan batik pun masih menggunakan alat tenun gedog sederhana dengan bahan baku benang katun dari pintalan kapas.
 
Reni menyampaikan, Ditjen IKMA terus aktif mendorong pengembangan industri batik melalui pelatihan dan pendampingan teknis lantaran sektor ini memiliki potensi pasar ekspor yang bisa dimaksimalkan. 
 
Apalagi, batik sebagai pakaian maupun aksesoris, produk kerajinan, dan dekorasi rumah, semakin menjadi tren di berbagai aktivitas sosial karena semakin fleksibel digunakan. 
 
‘’Potensi pasar ekspor batik dan produk batik cukup menjanjikan, terlihat dari capaian nilai ekspor batik dan produknya sepanjang tahun 2023 yang mencapai USD17,5 juta. Sedangkan semester pertama tahun ini saja sudah mencapai USD9,45 juta berdasarkan hitungan BPS,” ungkap Reni.
 
 
Pengembangan Industri Batik
 
Selama ini, Ditjen IKMA juga telah melakukan pengembangan industri batik melalui berbagai kegiatan seperti penyusunan buku “Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan” dan “Batik Berkelanjutan: Rantai Pasok Industri 4.0”, penumbuhan WUB di lapas dan pondok pesantren, penerapan enterprise resource planning (ERP) pada industri batik, restrukturisasi mesin dan/atau peralatan, promosi dan pameran, serta pembangunan dan revitalisasi sentra batik di daerah. 
 
Direktori Sentra Industri yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020 menunjukkan terdapat 201 sentra industri batik yang tersebar di 11 provinsi. 
 
"Sentra industri batik terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah dengan 72 sentra, Kemudian disusul oleh Jawa Timur sebanyak 62 sentra. Adapun total industri batik dari seluruh provinsi mencapai 5.946 industri," beber Dirjen Reni 
 
 
Selanjutnya Ditjen IKMA akan menggelar pameran sekaligus business matching, serta fasilitasi sertifikasi Batikmark dan workshop proses produksi seragam batik Jemaah Haji, yang rencananya digelar pada November 2024. Kegiatan ini ditargetkan untuk IKM batik yang selama ini memproduksi seragam batik bagi jemaah haji.
 
Warisan Budaya Takbenda Unesco
 
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum YBI Gita Pratama Kartasasmita menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Ditjen IKMA Kemenperin yang terus berkomitmen turut serta mengembangkan dan memajuk dunia batik Indonesia menjadi tuan rumah yang terhormat dan memiliki pride yang tinggi bagi bangsa Indonesia di mata dunia. 
 
Terlebih lagi, kata Gita, Unesco telah menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda. Batik layak diakui dunia karena dibuat dengan teknik, memiliki simbolisme, dan budaya yang sangat melekat dengan kebudayaan Indonesia. 
 
 
Gita mengungkapkan keanggotaan YBI di NGO-ICH dari Unesco, menjadi bukti penghargaan dunia terhadap upaya YBI dalam melestarikan, mengembangkan dan mempromosikan kekayaan
budaya batik Indonesia.
 
"Jadi dengan pengakuan dunia ini, YBI yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 1994 yang diprakarsai oleh Ibu Jultin Ginandjar Kartasasmita, Bapak Ir. Firdaus Ali, dan Bapak Dr. Dipo Alam. MEM, untuk terus memicu dan memacu kami mendedikasikan diri guna melindungi, melestarikan,
mengembangkan, dan mempromosikan batik nasional sebagai warisan budaya Indonesia," tutur Gita. 
 
Selama lebih dari dua dekade, kata dia, YBI telah berperan aktif dalam memajukan usaha kerajinan
batik dengan fokus pada peningkatan nilai ekonomi, yang pada akhirnya akan mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi perajin atau pengusaha batik kecil dan tradisional. 
 
Gita menyebut  HBN 2024 ini sangat spesial karena bertepatan dengan usia YBI yang genap 30 tahun. 
 
 
“Selama 30 tahun YBI berkarya. Harapannya kita bisa selalu mempersembahkan yang terbaik dan menginspirasi terutama bagi para pelaku dan pencinta batik Indonesia,” tandas putri tokoh senior nasional, Prof Ginandjar Kartasasmita ini. 
 
Sementara Ketua Pelaksana HBN 2024 Febriana Feramitha menjelaskan lebih spesifik tentang pameran edukatif dalam rangka HBN ini akan menampilkan instalasi modern sesuai dengan perkembangan zaman berupa multimedia tunnel. 
 
Ketua Pelaksana HBN 2024 Febriana Feramitha menjelaskan dalam rangka HBN juga menampilkan pameran edukatif berupa instalasi modern sesuai dengan perkembangan zaman berupa multimedia tunnel dan batik Gedog Tuban dijadikan ikon Hari Batik Nasional 2024
Ketua Pelaksana HBN 2024 Febriana Feramitha menjelaskan dalam rangka HBN juga menampilkan pameran edukatif berupa instalasi modern sesuai dengan perkembangan zaman berupa multimedia tunnel dan batik Gedog Tuban dijadikan ikon Hari Batik Nasional 2024 (AG Sofyan)
"Pengunjung dapat menikmati pengalaman baru dengan masuk ke sebuah immerse experience, menampilkan animasi batik yang sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG), antara lain Batik Nitik, Batik Besurek, Batik Complongan, Batik Sarung Pekalongan, dan Batik Lasem," jelas Febri.
 
 
Sedangkan alasan YBI memilih batik Gedog Tuban sebagai ikon Hari Batik Nasional 2024, ungkap Febri, karena pemilihan batik asli Tuban, Jawa Timur ini didorong oleh alasan batik Gedog Tuban sebagai salah satu warisan budaya yang langka di Indonesia. 
 
"Batik Gedog Tuban merupakan sebuah batik lokal dengan dengan adanya pengaruh budaya Tiongkok, yang ditampilkan lewat motif burung Phoenix. Akulturasi budaya tersebut dipicu oleh posisi Tuban yang sempat menjadi pintu masuk pendatang asal Negeri Tirai Bambu di masa lalu. Proses pembuatan batik pun cukup unik, yaitu masih menggunakan benang katun yang dipintal dari tanaman kapas yang tumbuh subur di Tuban. Selain itu, batik ini juga dibuat menggunakan alat tenun gedog yang masih sederhana dan dikerjakan oleh penduduk asli Tuban. Menariknya, di kota Tuban usaha pembuatan batik sudah menjadi tradisi di antara para perempuan dan diwariskan secara turun-temurun," urai Febri yang berprofesi sebagai notaris ini. 
 
Sebagai puncak acara akan diselenggarakan pula Batik Fun Run and Walk pada Minggu, 6 Oktober 2024 sebagai upaya mengembangkan, mempopulerkan, dan melestarikan produk batik kepada masyarakat luas. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat