unescoworldheritagesites.com

Kepala BKKBN: Anak Stunting Difabel Tidak Mudah Diatasi - News

Kepala BKKBN  dr Hasto Wardoyo SP OG(K).(foto,ist)

SERANG: Anak stunting ada yang difabel dan anak stunting yang difabel memang tidak mudah diatasi, seperti kelainan saraf yang disebut cerebral palsy.

Demikian diterangkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (HC) dr Hasto Wardoyo Sp OG (K) saat mendampingi Menko PMK Muhadjir Effendy melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Serang, Banten, Senin (22/3/2021).

"Hal itu harus dikonsultasikan ke dokter saraf atau dokter anak dan diberikan nutrisi yang cukup," ujarnya. Memang, lanjutnya, tidak bisa berharap, perkembangannya tidak seperti anak-anak normal pada umumnya.

Harus dilakukan pendampingan dan nutrisi yang cukup dan pendidikan yang baik. Diterangkannya, untuk anak stunting di atas 2 tahun, stunting tidak bisa diobati. Sedangkan, anak di bawah 2 tahun masih bisa diubah menjadi tidak stunting dan bisa dimulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

"Cegah anak stunting itu ga perlu mahal-mahal banyak sekali sumber dari sumberdaya yang ada di desa. Tidak perlu yang mahal-mahal, makanan yang mengandung protein minimal telur mudah didapat dan dapat membantu mengatasi stunting," terang Hasto.

Turut hadir dalam kunjungan tersebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani dan sejumlah pejabat Pemkab Serang.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, masalah ketersediaan air bersih sangat erat kaitannya dengan isu pembangunan manusia, khususnya masalah stunting pada anak.

"Keberadaan air bersih ini sangat terkait erat dengan masalah-masalah pembangunan manusia. Khususnya di bidang kesehatan dan berkaitan dengan upaya kita perang melawan stunting," tuturnya.

Seperti diketahui, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 27,67 persen. Sementara, Presiden Joko Widodo mencanangkan target penurunan stunting menjadi 14 perse di tahun 2024.

Disebutkan Menko PMK, ketersediaan air bersih dan sanitasi layak berkontribusi besar dalam penanganan stunting. Dia mengungkapkan, intervensi penyediaan air minum, sanitasi yang layak serta perubahan perilaku berkontribusi 70 persen dalam pencegahan stunting.

"Jadi bukan hanya soal gizi bayi, bukan hanya pemberian asupan gizi yang memenuhi standar untuk ibu hamil, ibu menyusui. Tetapi penyediaan air minum dan sanitasi layak mempunyai share yang besar," ungkapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat