unescoworldheritagesites.com

Guru Jadi Ujung Tombak Pencegahan Hoaks di Dunia Pendidikan - News

Webinar cegah provokasi dan hoax di dunia pendidikan (Ist)

: Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan informatika RI menyelenggarakan webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen pendidikan di Kalimantan dengan tema "Bijak Bermedia Sosial: Cegah Provokasi dan Hoaks di Dunia Pendidikan", Sabtu (15/6/2024).

Adapun narasumber diskusi adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Nuryadi Spd MA, Desainer & Fotografer, Djaka Dwiandi: dan Dosen Politeknik Negeri Samarinda, Almasari Aksenta.

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.

Baca Juga: Jaga Keharmonisan Iklim Kerja, Kilang Kasim Gelar Sosialisasi UU Ketenagakerjaan

Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level "sedang", Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.

Memulai paparannya, Nuryadi menyampaikan, begitu banyak tantangan di era digital seperti sekarang ini. Namun, ada juga manfaat positifnya, seperti memudahkan komunikasi dan akses informasi, transaksi bisa dilakukan secara online, maupun segala pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat dan efisien. Adapun dampak negatifnya adalah banyaknya peredaran kabar bohong atau hoaks, penipuan dan kejahatan siber, ujaran kebencian dan perundungan siber, serta konten negatif lainnya.

"Oleh karena itu, dibutuhkan kecakapan literasi digital agar tidak terjebak pada dampak negatif digitalisasi itu. Cara lainnya adalah dengan disipiin memverifikasi semua informasi yang ada di dunia digital, serta memvalidasi fakta lewat ragam sumber lainnya," kata Nuryadi.

Baca Juga: Catatan Sepakbola Piala Eropa 2024: Jerman dan Swiss hitam Menang Mutlak

Djaka Dwiandi menambahkan, untuk mengenali apakah sebuah informasi masuk kategori hoaks sebenarnya terbilang mudah. Menurut dia, informasi hoaks umumnya memiliki judul yang sensasional, mengandung kesalahan tata bahasa, meminta diviralkan, dan tidak memiliki sumber yang jelas. Hoaks sangat berdampak buruk bagi dunia pendidikan, yakni bagi guru pengajar dan siswa,

"Di sini dibutuhkan peran tenaga pendidik untuk mengajarkan literasi digital kepada siswanya. Mereka juga harus menjadi teladan dalam bermedia sosial. Pendidik tidak boleh lelah mengajarkan siswa tentang ciri dan bahaya hoaks," tuturnya.

KOMINFO Cara lain untuk mencegah siswa terpapar hoaks, menurut Almasari Aksenta, adalah dengan cara membaca kritis. Membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan. Beberapa di antaranya adalah dengan memeriksa ulang judul berita, memeriksa penulis berita, memeriksa link atau alamat situs, serta cek keaslian foto. Siswa juga diajarkan untuk membedakan mana fakta dan mana opini.

"Apabila ada konten hoaks, laporkan ke pemerintah lewat e-mail ke aduankonten@mail.kominfo.go.Id. Bisa juga ke Google maupun lewat fitur keamanan media sosial. Ini juga bisa dilakukan untuk mencegah paparan hoaks meluas," tuturnya,

Workshop Literasi Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai gerakan literasi digital dapat diakses melalui website literasdigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat