unescoworldheritagesites.com

Dr H Zaini Arony, MPd: Lebaran Topat di Lombok Akulturasi Tradisi Religi Dan Budaya - News

Tokoh masyarakat dan budaya NTB Dr H Zaini Arony, M.Pd. (Suara Karya/Hernawardi)

: Lebaran Ketupat biasa disebut Lebaran Topat di Lombok yang merupakan tradisi rutinitas masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Khusus di Lombok Barat, telah dijadikan sebagai kalender of event seperti halnya Festival Senggigi dan Perang Ketupat di Pura kemaliq Lingsar yang dinilai paling unik penyelenggaraannya karena mencerminkan simbul kerukunan antar umat beragama Islam dan Hindu di Lombok.

Penyelenggaraan Lebaran Topat di Lombok dilaksanakan secara reguler setiap tahunnya, tanpa diketahui sejarah penyelenggaraannya hingga saat ini. Bahkan pemerintahan sebelumnya penyelenggaraan Lebaran Topat tetap dilaksanakan. Lebaran topat tidak disebut lebaran lontong atau istilah lainnya. Filosopinya ketupat dengan empat sisi yang dimilikinya menunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini terdapat empat mata empat unsur kehidupan manusia.

Tokoh masyarakat sekaligus pemerhati budaya yang konsen bagi pengembangan budaya di NTB Dr H Zaini Arony, M.Pd menyebut terlepas dari pilosofi serta pemaknaan sama atau bahkan cara pandang berbeda tentang Lebaran Topat ini, yang penting bagaimana penyelenggaraannya tetap dilaksanakan setiap tahun sebagai sebuah tradisi masyarakat Sasak yang menjunjung tingggi nilai-nilai kearifan lokal.

 

Baca Juga: Menhan Prabowo Subianto Lebaran ke Para Sesepuh TNI

"Lebaran Topat merupakan lebaran nina (perempuan, red) lebaran yang mengikuti lebaran mame (laki, red) yakni lebaran Idul Fitri yang penyelenggaraannya tepat seminggu atau enam hari lamanya kaum muslimin usai melaksanakan puasa Syawal," terangnya dalam penjelasannya kepada media ini,Kamis (27/4/2023) malam di gedengnya Bale Blek, Dasan Tapen, Gerung, Lombok Barat.

 

Baca Juga: Dirlantas PMJ, Kombes Latif Usman : Dampak Instruksi Kapolri Signifikan Cegah Lakalantas Mudik Lebaran 2023

Dalam perspektif Dr Zaini yang pernah Bupati Lombok Barat dua periode ini memaknai, bahwa Lebaran Topat sejatinya mengandung dimensi spiritual, kultural dan dimensi tradisional. Ini artinya betapa agama Islam mampu melakukan sinergitas dengan budaya lokal (local wisdom).

"Dari perspektif pembangunan kultural memiliki makna strategis bagaimana budaya ini mampu memberikan spirit dalam upaya pelestarian budaya di Lombok khususnya. Bagaimana kita mengembangkan prosesi keagamaan yang disinergikan dengan even budaya lokal. Adanya ziarah kubur, rekreasi massal warga yang menyerbu kawasan pantai pada perayaan Lebaran Topat ini merupakan wujud kesyukuran masyarakat Lombok Barat khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya setelah seminggu penuh melaksanakan puasa Syawal.

Di Lombok Barat misalnya sebagai sentral perayaan Lebaran Topat di Lombok telah dijadikan sebagai kalender of event yang dilaksanakan setiap tahunnya merupakan upaya membangun dimensi horizontal dan tak terlepas dari dimensi vertikal.

“Dan saya ajak segenap masyarakat untuk bisa mengambil hikmah atau pelajaran serta tuntunan dari perayaan Lebaran Topat ini agar dapat dimaknai sebagai jalan untuk semakin meningkatkan solidaritas dan makin memperkuat soliditas masyarakat,” kata Zaini. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat