unescoworldheritagesites.com

Diresmikan, Prasasti Sejarah Vihara Dharma Jaya Toasebio, Petak Sembilan, Glodok - News

 Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bersama jajaran pengurus yayasan Vihara Dharma Jaya Toasebio.

 
 
: Prasasti Sejarah Vihara Dharma Jaya Toasebio, yang terletak di Petak Sembilan, kawasan Glodok, Jakarta Barat, pada Sabtu (18/6/2022) diresmikan Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo.
 
Peresmian ditandai dengan penurunan kain merah bersama Ketua Yayasan Vihara Dharma Jaya Toasebio Arifin Tanzil, Perwakilan Pendiri Hendra B. Sjarifudin, Pembina Yayasan Yuanto Kenchana Jaya Aicin, Plt Dirjen Bimas Buddha Kemenag Nyoman Suriadarma, Ketua Gema Budhi yang juga Anggota DPR-RI Bambang Patijaya, mantan Dirjen Bimas Buddha Periode I Drs Budi Setiawan, serta Pembimas Buddha DKI Suwanto S Ag dan tokoh lainnya.
 
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 12 Mei 2022 di Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin Jakarta, telah menanda tangani prasasti itu. Sehingga, prasasti telah terpasang lebih dulu.
 
Sekaligus memberikan informasi, sejarah Kelenteng Toasebio sudah berdiri, sejak dibangun kembali tahun 1751, dan saat ini sudah berusia 271 tahun.
 
 
Dalam peresmian ini, sejumlah rangkaian acara digelar di hall Vihara. Di antaranya sambutan dari Ketua Yayasan Dharma Jaya Toasebio Arifin Tanzil, Ketua Pembina Yuanto Kenchana Jaya, Perwakilan Pendiri Husen Buntara Sjarifudin secara virtual. Kevin Wu, Ketua Dharmapala FABB (Forum Aktivis Buddha bersatu), Anggota DPR RI yang juga Ketua Umum Gemabudhi Bambang Patijaya, dan Staff Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo.
 
Usai sambutan, dilanjutkan dengan pembacaan Parita dipimpin Bhikkhu Dhammasubho Mahathera, penyerahan beasiswa, santunan kepada anak yatim, dan potong tumpeng, dan peresmian klinik, yang diakhiri pelepasan burung usai pembukaan selubung.
 
Staf khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo, mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan apresiasi atas upaya Yayasan Vihara Dharma Jaya Toasebio membangun prasasti. Sebagai wujud bakti kepada para pendahulu dan juga sebagai edukasi kepada generasi penerus saat ini.
 
 
Untuk dapat mengingat jasa dan budi baik yang dilakukan oleh para sesepuh di masa sebelumnya. Sekaligus, memberikan penghormatan kepada para pendiri yayasan atas dedikasinya.
 
Ada sembilan pendiri yayasan yaitu Ferdinand Kencana Jaya, Husin Buntara Sjarifudin, Husen Buntara Sjarifudin, Ny Agustinawati SA, Rachman Santosa, Lauw Kiong Hoa, Wong Sem Fie, Harjanto W, SmHk, serta Mujadin Pangestu.
 
"Penghormatan yang tinggi kepada sembilan pendiri pada tahun 1983, secara bersama-sama mendirikan Yayasan Wihara Dharma Jaya Toasebio hingga berkembang hingga saat ini. Bermanfaat bagi umat, warga sekitar dan masyarakat luas, dan terima kasih untuk yang telah memberikan kontribusinya," tuturnya. 
 
 
Wibowo mengemukakan, prasasti ini juga akan menjadi sarana mengingatkan pentingnya peduli dan mengerti sejarah. Sebagai catatan yang akan diwariskan kepada generasi mendatang.
 
Ada pepatah bijak yang berbunyi Generasi sebelumnya membangun jalan yang akan dilalui oleh generasi yang akan datang.
 
Sebelumnya Ketua Yayasan Dharma Jaya Toasebio Arifin Tanzil menyampaikan, sambutan tentang sejarah berdirinya yayasan hingga pengelolaan saat ini, bagi umat Buddha.
 
Sementara, Pembina Yayasan Youanto Kenchana Jaya menyampaikan mengenai sejarah jejak kakeknya menghibahkan tanahnya. Untuk sebagian area kepada yayasan di Wihara Dharma Jaya Toasebio. Saat ini, tanah yang dihibahkan telah menjadi milik yayasan Wihara Dharma Jaya Tosebio.
 
 
Husen Buntara Sjarifudin selaku perwakilan pendiri dan ketua pertama menjelaskan, awal pendirian yayasan untuk pengelolaan Kelenteng. Dia juga menceritakan awal mula kelenteng yang bernama Hong San Bio kurang diminati umat tapi didatangi turis mancanegara, karena merupakan kelenteng tertua di Jakarta. 
 
Kelenteng ini dibangun lagi mulai tahun 1751 dan pada tahun 1754 difungsikan sebagai tempat ibadah orang Tiongoa di Batavia. Dibangun kembali kelenteng ini, akibat dibumi hanguskan pemerintah Hindia Belanda.
 
Karena berkaitan dengan oknum yang terlibat dalam tragedi Kali Angke dan Geger Pecinan. Memperjelas histori, dibuatlah Prasasti Sejarah Kelenteng, agar diketahui masyarakat dan wisatawan mancanegara.
 
 
Kevin Wu, Ketua Dharmapala Forum Aktivis Buddha bersatu (FABB), mengajak para pemuda bangkit untuk turut serta berperan dan aktif membangun semangat persaudaraan dan persatuan, serta menjaga keberagaman. Hal serupa disampaikan Bambang Pattaya, dikatakannya, demi menjaga keutuhan negara, kerukunan serta keharmonisan bermacam suku dan budaya.
 
Hendra B Sjarifudin secara terpisah usai peresmian menyampaikan, apresiasi peresmian prasasti sebagai wujud penghormatan pada para pendahulu, dan tokoh yang rela berkorban waktu, tenaga serta hartanyanya. Untuk kemashalatan umat dan masyarakat lainnya, terlebih dengan berbagai kegiatan sosial membantu masyarakat yang kurang mampu dan memiliki keterbatasan dalam kehidupan sehari hari. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat