unescoworldheritagesites.com

Positif, Kreatif, dan Aman di Internet, Waspada Cyber Predatory Incar Anak dan Remaja - News

Diskusi virtual bertema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia. (istimewa )

: Budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Maka, diperlukan pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Lamongan, Hidayat Rahmad, S,Pd, MM mengatakan, pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sangat diperlukan ketika berkegiatan produktif.
“Menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital,” kata Hidayat Rahmad pada acara diskusi virtual bertema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia.

Baca Juga: Indonesia #MakinCakapDigital, “Pemanfaatan Internet untuk Menyebarkan Konten Positif

Menurut Hidayat, jati diri kita dalam ruang budaya digital tidak berbeda dengan budaya nondigital. Hanya saja, digitalisasi budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. Digitalisasi budaya juga dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas.

Dia pun menyinggung soal hak dan tanggung jawab digital setiap warga. Katanya, hak asasi manusia menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.

“Ada hak, ada tanggung jawab. Menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, atau kesehatan dan moral publik, merupakan tanggung jawab kita,” ujarnya.

Baca Juga: Talkshow Kemkominfo dan GNLD: Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya, Seperti Apa?

Pembicara lainnya, Programmer & Konsultan IT yang juga Staf ICT Lesbumi PBNU, Eka Y Saputra mengatakan, cyberbullying atau perundungan di dunia maya merupakan perilaku agresif dan dilakukan secara terus menerus melalui media sosial atau messaging oleh kelompok atau individu ke individu agar korbannya lemah tak berdaya.

“Bentuk cyberbullying yaitu penghinaan, fitnah, umpatan, ancaman, pelecehan seksual dan sebagainya,” jelas Eka.

Eka pun mengimbau kepada orang tua untuk menjaga anak-anaknya dari incaran cyber predatory. Katanya, pelaku ini mengincar anak-anak dan remaja.

Kata Eka, bentuk cyberbullying di antaranya sexting, yaitu percakapan yang mengarah pada hubungan seks dan memaksa dengan cara mengancam agar korbannya membuat konten porno.

Dia menegaskan, anak-anak harus dihindari dari konten-konten yang tak pantas dilihatnya seperti pornografi, perjudian atau spekulasi finansial, permusuhan yang berbau SARA, kekerasan dan perang, ajaran sesat, pseudosains dan antisains.
Maka dari itu, lanjut Eka, perlunya pendampingan orang tua kepada anaknya ketika sedang “mengkonsumsi” internet. Selain itu, bekali anak dengan ilmu agama yang benar dan ilmu bela diri, juga memberikan kanal perlindungan.

Sementara itu, Dosen Universitas Sriwijaya Anang Dwi Santoso mengatakan, siswa yang memiliki keterampilan digital akan lebih siap untuk menghadapi dunia kerja dan Pendidikan tinggi di masa depan.

Banyak pekerjaan dan bidang studi sekarang memerlukan keterampilan digital. Dan, jika menguasai keterampilan ini sejak dini maka akan memberi siswa keunggulan dalam persaingan.
Namun, Anang menegaskan, dengan keterampilan digital yang dimiliki akan membantu siswa ketika mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan efisien dan efektif.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat