unescoworldheritagesites.com

Tantangan dan Peluang Generasi Z dan Alpha, Menjadi Warga Digital yang Cakap, Berertika, dan Berdaya, - News

Diskusi virtual bertema “Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika, dan Berdaya” diselenggarakan Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia.

:  Dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural yang dapat menciptakan standar baru tentang etika. Dengan media digital setiap warganet dapat berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya.Maka, segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media digital memerlukan etika digital (netiket).

Aina Masrurin, Manajer Ceritasantri.id mengatakan kita harus selalu menyadari bahwa kita sedang berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya.Menurut Aina, ruang lingkup etika berinternet yaitu kesadaran, integritas, bertanggung jawab, dan kebajikan.

Baca Juga: Pahami Keamanan Digital Bagi Anak, Yuk Lawan Penyebaran Hoax dengan Media Sosial

Dijelaskannya, yang dimaksud kesadaran adalah kita sadar dengan apa yang kita perbuat dan memiliki tujuan. Sedangkan integritas adalah kejujuran, menghindari plagiasi, manipulasi, dan sebagainya.

“Sedangkan tanggung jawab adalah kemauan menanggung konsekuensi dari apa yang kita perbuat dalam ruang digital. Dan, kebajikan adalah memberikan hal-hal yang bermanfaat bagi orang banyak,” kata Komunitas Digital Kaliopak ini dalam diskusi virtual bertema “Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika, dan Berdaya” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga: Berekspresi di Media Sosial, Bebas Namun Terbatas

Dia memberikan 6 tips untuk menjadi warganet yang etis, yaitu menghormati privasi, menghindari penyebaran konten yang merugikan, menghargai hak cipta, berperilaku sopan dalam komunikasi online, berpikir kritis dan bijak dalam penggunaan media sosial, membangun reputasi digital yang positif, dan menghindari ketergantungan berlebihan pada teknologi.

Sementara itu, Muhammad Dzaki Riana, Trainer Digital dan Social Media Marketer mengatakan era digital telah mengubah cara hidup, bekerja, dan belajar. Lanjutnya, Generasi Z dan Alpha sebagai generasi yang lahir di era digital memiliki peluang dan tantangan yang unik.

“Pada presentasi ini, kita akan membahas beberapa peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z di era digital,” ujarnya.
Kata Dzaki, teknologi telah memberikan peluang untuk belajar di mana saja dan kapan saja, sehingga generasi Z dan Alpha dapat mengakses informasi melalui internet dan media sosial.
“Peluang ini memungkinkan Generasi Z dan Alpha untuk memperoleh pengetahuan secara lebih cepat dan efisien,” tuturnya.

“Teknologi telah memudahkan kita untuk memulai bisnis. Dengan begitu, generasi Z dapat memanfaatkan media sosial dan e-commerce untuk menciptakan dan memulai bisnis yang lebih inovatif dan kreatif,” sambung Dzaki.

Namun, Dzaki menyebutkan, tantangannya yang dihadapi Generasi Z dan Alpha adalah kecenderungan bergantung pada teknologi. Ketergantungan ini dapat menghambat kreativitas dan kemampuan sosial.

“Karena itu, Generasi Z dan Alpha harus memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan kehidupan nyata,” imbuhnya.

Pembicara lainnya, Muhammad Mustafid, pengasuh Pesantren Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi telah menciptakan “ruang baru”, yaitu ruang digital.
“Ruang baru ini mengalihkan berbagai aktivitas manusia, seperti politik, sosial, ekonomi, kultural, spiritual, pendidikan di dunia nyata ke dalam berbagai bentuk subtitusi artifisial. Terjadi migrasi manusia dari jagad nyata ke jagad maya,” terangnya.

Berdasarkan pemaparannya itu, maka penting memiliki Digital Skill (keterampilan digital), Digital Ethics (Etika Digital), Digital Culture (Budaya Digital), dan Digital Safety (keamanan digital).
Katanya lagi, yang dimaksud kompetensi budaya bermedia digital adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat