unescoworldheritagesites.com

Peringatan Malam Selikuran Keraton Surakarta Sambut Datangnya Malam Lailatul Qadar - News

Puluhan lampu ting dibawa abdi dalem Keraton Surakarta di Kirab Malam Selikuran (Endang Kusumastuti)

: Keraton Surakarta Hadiningrat, menggelar Hajad Dalem  Kirab Malam Selikuran, atau kirab peringatan malam 21 bulan Ramadan, Selasa (11/4/2023) malam. Kirab dimulai dari Bangsal Sewayana, Sasana, Sitinggil, Keraton Surakarta menuju Taman Sriwedari Solo.

Dengan memgenakan busana adat Jawa warga hitam dan putih, ratusan abdi dalem keraton mengikuti kirab dengan membawa lampu ting yang menjadi simbol penerang bagi umat Muslim, kaligrafi bertuliskan lafal Allah dan Muhammad,  lampion bulan dan bintang, serta logo Keraton Surakarta Hadiningrat.

Dalam rombongan kirab itu, abdi dalem juga membawa tumpeng. Ada dua tumpeng besar yang diletakkan di dalam kotak kaca berukuran besar.  Kirab juga diikuti Raja Keraton Surakarta, Paku Buwono (PB) XIII serta keluarga dan kerabat keraton.

Baca Juga: Lirik Lagu Above All Lengkap Dengan Terjemahannya

Di sepanjang perjalanan, salawat terus dilantunkan. Prajurit keraton juga memainkan alat musik untuk mengiringi kirab tersebut. Tiba di Sriwedari, tumpeng yang berisi nasi gurih, kedelai hitam, wajik, jadah, dan satu buah cabai hijau yang diletakkan ke dalam wadah atau takir.  

Nasi tumpeng itu dibagikan ke warga masyarakat, setelah sebelumnya ulama keraton membacakan doa. Acara malam 21 Ramadan itu memiliki banyak simbol yang bermakna. Menurut 

Pengageng Parentah Keraton Kasunana Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, seperti takir yang digunakan untuk tempat tumpeng.

Baca Juga: Lirik Lagu Sholawat Badar, Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah Lengkap Dengan Terjemahannya

"Takir bermakna sebagai manusia harus tetap taqwa dan berdzikir selama hidup di dunia. Untuk tumpeng berjumlah 1.000 itu 

melambangkan malam Lailatul Qadar, yakni malam seribu bulan yang sangat dinanti-nantikan umat Muslim," jelasnya.

Terkait kirab yang dimulai dari sitinggil, Dipokusumo mengatakan hal ini terkait dengan sejarah bahwa tanah sebagian dari Sitinggil dulu diambil dari Talang Wangi yang dulu namanya Kebon Rojo atau sekarang menjadi Taman Sriwedari.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Kebersamaan dan Kesejahteraan

"Dahulu Hajad Dalem Malam Selikuran digelar di Taman Sriwedari. Kala itu adalah masa pemerintahan Paku Buwono X. Karena saat itu di setiap malam selikuran di alun-alun ada pasar malam, sehingga dilaksanakan di Kebon Rojo," jelasnya lagi.

Zaman dahulu, di Kebon Rojo juga terdapat koleksi satwa keraton diantaranya gajah, singa, harimau dan lain sebagainya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat