unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Kebersamaan dan Kesejahteraan - News

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

: “Wa minhum-may-yaquulu rab-banaa aatina fid-dun-yaa hasanataw-wafil aakhi-rati hasanataw-wa qinaa ‘adzaa ban naar” ( QS. Al – Baqoroh 201). Yang artinya: “Dan diantara mereka ada yang berdoa : Ya Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan di dunia dan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

Tidak ada yang kekal di dunia yang fana ini dan setiap generasi menciptakan sejarah yang berbeda dari generasi sebelumnya. Fakta ini terjadi karena setiap generasi mampu membuat peradaban dan teknologi yang semakin berkembang. Oleh karena itu setiap generasi selalu meninggalkan pelajaran bagi generasi berikutnya sampai akhir jaman menuju akhirat kelak.

Jadi, benar adanya jika apa yang tersirat dan tersurat dalam Al- Qur’an merupakan penjelasan tentang berbagai kisah masa lalu demi perbaikan kehidupan di masa kini dan pastinya juga untuk masa depan manusia dan semestanya. Di satu sisi, menjadi tantangan yang tidak mudah untuk menciptakan keseimbangan dan keselaran dari kehidupan ini dan karenanya manusia berkewajiban untuk berusaha merealisasikannya.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Al-Qur’an dan Kehidupan

Kehidupan akherat tidak bisa terlepas dari perilaku dalam kehidupan di dunia. Oleh karena itu, ada pola keseimbangan yang harus diterapkan agar manusia dapat mencapai kondisi kebahagiaan secara sistematis yaitu anugerah kebahagiaan di dunia dan di akherat. Meski upaya untuk dapat mencapai kondisi ini tidak mudah yang jelas manusia diwajibkan untuk bisa mencapai keseimbangan tersebut. Artinya pencapaian kondisi keseimbangan akan sangat menentukan terhadap kesejahteraan bersama

Komitmen terhadap kesejahteraan bersama antar umat muslim pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kewajiban sesama muslim. Paling tidak ini sesuai dengan anjuran sebuah hadist yang artinya: “Hak-Kewajiban seorang muslim atas muslim lain ada 5: membalas salam, mengunjungi yang sakit, melawat yang meninggal, memenuhi undangan dan juga membalas yang bersin dengan mengucap yarhamukallah” (HR. Bukhori-Muslim). Adanya sisi keseimbangan antara hak-kewajiban ini bukan sesuatu yang kemudian membedakan antara satu dengan yang lainnya sebab semua makhluk justru diposisikan sama bagi Allah SWT.

Secara riil manusia menyadari Allah SWT sudah menciptakan serta menyediakan semua kebutuhan manusia (QS. Al-Isra’ 70). Meskipun demikian, ternyata semua yang disediakan tidak bisa langsung dimanfaatkan secara keseluruhan sebab masih ada sebagian yang masih harus diolah lebih lanjut dan ini beban yang harus diatasi oleh manusia sebagai bentuk dari perannya sebagai khalifah (QS As-Sajdah 9). Selain itu, yang juga harus diperhatikan bahwa semua yang disediakan adalah dalam posisi yang teratur sehingga tidak diharuskan berbuat onar atau melampaui batas (QS. Ar-Rum 41).

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Nuzulul Qur’an

Terlepas dari berbagai problem kehidupan yang ada dan sekaligus inilah “bintang kejora” dalam kehidupan di dunia, yang jelas, bahwa ajaran Islam berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan atau kemaslahatan. Kesejahteraan yang dimaksud dalam hal ini yaitu kondisi yang utuh dalam tatanan kehidupan “bersosial”. Oleh karena itu, kesejahteraan hal ini sangat dekat dengan kondisi keadilan. Artinya, ada keterkaitan yang sangat kuat antara keadilan dan kesejahteraan sosial-kemasyarakatan. Meskipun demikian, itu semua tidak tercapai kalau tidak ada usaha (QS. Ar – Ra’d 11) dan inilah tantangan kita untuk mewujudkannya. ***

  • Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat