unescoworldheritagesites.com

Kontroversi LGBT di Citayam Fashion Week, Aktivis Perempuan Lindsey Sarankan Hal Ini - News

Kontroversi LGBT di Citayam Fashion Week, Aktivis Perempuan Lindsey Afsari Puteri menyarankan untuk semua pihak perlu mengedukasi apa itu LGBT yang melanggar norma agama, budaya, dan hukum (AG Sofyan )

 
 
: Ajang Citayam Fashion Week (CFW) di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang menjadi viral dan terus menyita perhatian publik ini, kini menuai polemik. 
 
Kontroversi yang ditimbulkan dari ajang kreativitas oleh kaum sub urban milenial asal Citayam hingga Bojong Gede yang kesohor dengan sebutan SCBD (Sudirman, Citayam, Bogor, Depok) lantaran disinyalir ditunggangi kaum LGBT atau Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender.
 
 
Perilaku para peserta CFW menurut para ulama dan pemerhati anak dan perempuan telah menyimpang dari tujuan utama sebagai ekspresi murni anak-anak muda menuangkan ide dan kreativitasnya.
 
Terkait hal tersebut Lindsey Afsari Puteri selaku aktivis perempuan  angkat bicara menanggapi  kontroversi LGBT di Citayam  Fashion Week.
 
 
"Wajib bagi kita para orang tua, orang-orang yang memahami kebijakan publik, orang-orang yang harusnya mengatur, mengawal, dan m mendampingi mereka harus terus memberikan edukasi dan diseminasi. Juga harus ada advokasi untuk mendampingi mereka bahwa LGBT itu sebuah penyimpangan. Jelas melanggar norma agama, norma budaya, dan norma hukum," ujar Lindsey dalam Program Apa Kabar IndonesIa TV One, Selasa (26/7/2022).
 
Adapun terkait gelaran Citayam Fashion Week itu sendiri, Sekjen PP KPPG (organisasi sayap perempuan Partai Golkar) ini melihatnya sebagai fenomena sosial yang juga perlu diapresiasi kepada mereka, milenial sub urban yang karena percaya dirinya tinggi mampu menyita perhatian publik dan netizen karena tampil atraktif dan menghibur dengan balutan rupa-rupa fashion ala mereka yang tampak genuine.
 

"Aksi para remaja yang kerap kali berkumpul meramaikan kawasan Sudirman menjadi fenomena baru hingga mampu memunculkan decak kagum dengan helatan Citayam Fashion Week (CFW) yang merupakan tren street fashion yang dilakukan oleh anak-anak remaja asal Citayam, Bogor, dan Depok," ucapnya.

Lindsey mengungkapkan anak-anak yang kesohor dengan sebutan anak SCBD adalah anak-anak yang bisa menciptakan peluangnya sendiri, market sendiri bahkan menjadi magnet bagi sosiocreatif lintas usia, status, dan ekonomi serta latar belakang sosial masing-masing orang.
 
 
"Banyak mungkin anak-anak yang lain bisa diberikan peluang dan kesempatan serupa. Mereka bisa menciptakan peluang sendiri. Mereka bisa beraktivitas dengan karya dan kreasinya semata karena tidak ada ruang yang cukup untuk berekspresi. Maka Dukuh Atas sebagai tempat aktualisasinya," kata Lindsey.
 
Taat Aturan dan Tertib
 
Menurutnya, jika akhirnya harus ada aturan yang diberlakukan oleh otoritas kepada siapa saja yang ingin berekspresi di CFW, maka semua pihak harus juga sama-sama mentaatinya.
 
 
"Yang penting jangan sampai membuat mereka menjadi kecil hati dan hilang asanya. Kalau ada pro dan kontra atau polemik karena ada norma yang dilanggar misalnya ada LGBT maka perlu ditertibkan. Termasuk jangan sampai CSW itu justru mengganggu ketertiban, meresahkan maupun mengusik kenyamanan orang-orang yang bekerja di kawasan tersebut. Mengingat distrik itu didominasi perkantoran,"jelas Lindsey.
 
Efek negatif helatan Citayam Fashion Week (CFW) di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat tampak diduga telah disusupi kaum LGBT, bisa terlihat remaja berjenis kelamin sama
Efek negatif helatan Citayam Fashion Week (CFW) di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat tampak diduga telah disusupi kaum LGBT, bisa terlihat remaja berjenis kelamin sama (AG Sofyan )
 
 
Tapi lagi-lagi, lanjut dia, yang namanya kreativitas, yang namanya unjuk aktualisasi atau eksistensi semua berkehidupan itu juga harus taat aturan.
 
"Aturan itu mulai dari aturan agama, aturan norma berkehidupan, budaya dan hukum karena kita adalah bangsa Indonesia, kita warga negara yang beradab dan berkebudayaan, tentu kita harus mematuhi semuanya. Aturan hukum yang berlaku di kita apa. Ideologi kita kan Pancasila.  Kemudian kita juga punya Undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Bagaimana pula kita menghadapi terkait dengan LGBT. Nah itu wajib bagi kita para orang tua. Orang-orang yang memahami kebijakan publik. Orang-orang yang harusnya mengatur, mengawal dan mendampingi juga memberikan sosialisasi dan edukasi tentang itu kepada anak-anak. Termasuk advokasi dengan ikut melakukan pendampingan," beber Lindsey.
 
 
Fungsionaris Pusat Partai Golkar ini juga mengingatkan kepada para pemangku sosial agar bisa memberikan edukasi dan pemahaman tentang apa itu LGBT kepada milenial yang rata-rata peserta CFW.
 
"LGBT itu adalah menyimpang. Sebuah penyimpangan berarti melanggar aturan dan norma. Norma bahwa kita beragama. Dan 
di agama mana pun juga diajarkan, ada adab berpakaian tidak melanggar kodrat yang ditakdirkan Tuhan. Agama mengajarkan janganlah kalian berpakaian atau
berperilaku menyimpang dari kodrat ciptaan-Nya.  Artinya laki-laki seperti perempuan dan perempuan seperti laki laki. Itu yang disoroti publik di CFW," ungkap Lindsey.
 
 
Kemudian tutur Lindsey, ada norma budaya bangsa Indonesia bagaimana adab ketimuran yang harus dijaga dan dijunjung tinggi.
 
"Apa iya pantes, kita berekspresi berbusana dengan dandanan yang menyimpang dari budaya ketimuran. Memang silahkan bebas berekspresi. Tapi bebas itu ada aturan. Tidak boleh tadi, melanggar norma, kesusilaan, kesantunan, budaya dan lain lain. Sehingga itu akan menimbulkan potensi untuk adanya kerusuhan dan mengganggu keutuhan berbangsa dan bernegara," tuturnya.
 
CFW Forum Terbuka 
 
Lindsey menambahkan, Citayam Fashion Week adalah forum terbuka untuk siapa saja. 
 
 
 
Aktivis perempuan yang juga Sekjen PP KPPG, Lindsey Afsari Puteri
Aktivis perempuan yang juga Sekjen PP KPPG, Lindsey Afsari Puteri (AG Sofyan )
 
"Siapa saja bisa ke sana. Karena itulah stakeholder, dalam hal ini Pemprov DKI atau Ditlantas Polda Metro Jaya harus memiliki aturan untuk memastikan CFW tetap ada dengan kondisi yang tertib, aman, dan nyaman untuk diikuti dan disaksikan aksinya," tegasnya.
 
 
 
Lindsey lantas mengusulkan antar lembaga seperti Kemenparekraf, Kemenpora, Pemprov DKI, Polri  tokoh agama, pendidik, tokoh kampus bareng-bareng menggelar forum diskusi untuk mencari solusi terbaik CFW bisa terus ada namun dipikirkan tempat, waktu, aturan jika ingin perfomance tanpa melanggar norma susila, agama, dan hukum.
 
"Kita sebagai orang tua atau kakak dari Milenial SCBD itu tetap harus menyatu ke mereka. Karena jiwa anak-anak muda itu harus juga kita perlu menyesuaikan keinginannya. Satu contoh yang bagus untuk ditiru dan jadi inspirasi anak-anak muda, ketikaCinta Laura datang bersama teman-temannya di CFW. Tak hanya ikut aksi berfashion show menjajal di zebra cross Dukuh Atas. Namun juga ikut  mengedukasi dan mensosialisasikan tentang budaya buang sampah pada tempatnya jika sudah selesai makan dan minum. Sehingga venue CFW tetap bersih dan rapi," tutur Lindsey.***
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat