unescoworldheritagesites.com

Stunting, 13,5 Juta Keluarga di Indonesia Berisiko, BKKBN Gerakkan Bapak Asuh Secara Massif - News

Rapat evaluasi program Bapak Asuh Anak Stunting

 
 
: Terkait masalah stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menggerakkan program Bapak Asuh Anak Stunting. Gerakan secara massif itu dilakukan karena saat ini terdapat 13,5 juta keluarga berisiko stunting di Indonesia.
 
“Gerakan Bapak Asuh Anak Stunting ini harus massif dilakukan di seluruh Indonesia. Gerakan ini telah direspon secara positif oleh Kementerian, Lembaga Pemerintah, perusahaan swasta, dan bahkan perorangan untuk menjadi Bapak Asuh atau Kakak Asuh," kata Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, di Jakarta, Senin (24/7/2023). 
 
Teguh menyampaikan hal itu, usai memberi arahan pada rapat evaluasi program Bapak Asuh Anak Stunting di lingkungan kantor BKKBN pusat. Yang dipimpin Direktur Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga Wahidah P.
 
 
Rapat dihadiri Penyuluh Utama KB Dwi Listyawardani, Direktur  Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus dr Fajar Fridawati, Direktur Penggerakkan Lini Lapangan I Made Yudhistira Dwipayama, Inspektur Wilayah II Sunarto, Kepala Biro Keuangan Sutriningsih, Pranata Humas Ahli Madya KIE Ratna Juwita.
 
Teguh menyatakan, berdasarkan hasil Pemutakhiran Data Keluarga Indonesia tahun 2022,terdapat 13.511.649 keluarga berisiko stunting. Jumlah ini merupakan bagian dari 71.334.664 total jumlah seluruh keluarga di Indonesia.
 
“Pada keluarga berisiko stunting itu, juga termasuk di dalamnya adalah keluarga yang miskin ekstrem, jumlahnya 6,8 juta keluarga. Sedangkan, jumlah keluarga miskin dan rentan adalah 29,7 juta keluarga,” terang Teguh.
 
 
Karena itu, Teguh menegaskan, gerakan Bapak Asuh Anak Stunting tidak hanya menyasar kepada anak-anak stunting. Namun, juga untuk mengentaskan keluarga miskin ekstrem. 
 
“Membantu anak-anak stunting sekaligus mengentaskan kemiskinan ekstrem,” ujarnya. 
 
Teguh mengatakan, ada empat prioritas program bantuan pemerintah terhadap keluarga berisiko stunting. Prioritas pertama untuk keluarga berisiko stunting dengan peringkat kesejahteraan I, yang berjumlah 2.417.028 keluarga.
 
 
Prioritas kedua, bagi keluarga berisiko stunting dengan peringkat kesejahteraan dua, yang jumlahnya sebanyak 2.016.598 keluarga. Prioritas ketiga, sasarannya untuk 1.738.336 keluarga, dan prioritas keempat dengan jumlah sasaran 1.501.579 keluarga.
 
Bapak Asuh Anak Stunting merupakan program gotong royong untuk membantu anak-anak stunting. Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) telah mengukuhkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurrachman sebagai Duta Bapak Asuh Anak Stunting, pada Peringatan Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2022 di Daerah Istimewa Yogyakarta.
 
Saat ini, ribuan anak stunting di Indonesia telah mendapat bantuan dari para Bapak Asuh Anak Stunting. Bantuan itu berupa telur dan bahan pangan protein hewani lain seperti ikan lele.
 
 
“Bantuan bisa berupa uang, Rp15 ribu per hari yang akan dikelola oleh Tim Pendamping Keluarga. BKKBN sendiri telah menyiapkan 200 ribu Tim Pendamping Keluarga atau sebanyak 600 ribu orang yang terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader BKKBN di seluruh Indonesia,” jelas Teguh.
 
Sementara itu, BKKBN secara institusi juga telah melakukan gerakan Bapak Asuh Anak Stunting. Saat ini, ada 431 pegawai di lingkungan BKKBN pusat yang telah menjadi Bapak Asuh kepada 423 sasaran anak stunting.
 
Dari rapat evaluasi yang dipimpin Direktur Advokasi dan Kelembagaan BKKBN Wahidah P, bantuan dari Bapak Asuh Anak Stunting di lingkungan kantor BKKBN pusat ini disalurkan di empat provinsi. Yakni Kabupaten Lebak, Banten; Jakarta Timur, Kabupaten Sumedang di Jawa Barat, serta Kabupaten Grobogan di Jawa Tengah.***
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat