unescoworldheritagesites.com

Pemda, Puskesmas, Posyandu dan Seluruh Masyarakat Harus Fokus Tangani Problem Stunting - News

Media Gathering  terkait  penanganan  dan penanggulangan  stunting  digelar  oleh  Yayasan Edukasi Farmers di Gedung Tanoto Foundation,  Jakarta, Rabu (26/7/2923). Farmes

 


SUARAKARYA. ID: Pemerintah Daerah (Pemda) Tingkat II bersama Puskesmas dan Posyandu, serta partisipasi  maksimal yang fokus dari seluruh lapisan masyarakat adalah hal yang prioritas dalam penanggulangan kasus stunting.

Sebab, masih terdapat ratusan ribu bahkan  jutaan balita di Indonesia  yang tumbuh  kembang  mengalami masalah alias tidak  maksimal (stunting). Memang  problem  ini  telah menjadi program prioritas nasional untuk ditangani.

Namun, Pemerintah  tidak bisa  secara sendiri mencapai target penurunan angka stunting  hingga 14 persen pada 2024.

Baca Juga: Kasad Jenderal Dudung Resmikan Fasilitas Air Bersih, Terpenuhinya Air Bersih Percepat Penurunan Stunting

Diperlukan sinergi dan kolaborasi  dari seluruh lapisan masyarakat agar  sasaran program nasional, penurunan  stunting ini bisa dicapai.

Hal itu dikatakan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia & Pemerataan Pembangunan Setwapres Suprayoga Hadi dalam Media Gathering bertemakan, Pentingnya Multi Stakeholder Partnerships untuk mendukung  agenda prioritas Pemerintah Indonesia
mencapai zero stunting di Gedung Tanoto Foundation, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023).

"Mengapa Pemkab/ Pemkot, Puskesmas dan Posyandu serta partisipasi seluruh masyarakat ? Sebab, Pemda, puskesmas , posyandu yang paling dekat dengan ibu yang memilik anak stunting itu," kata Suprayoga.

Baca Juga: Stunting, 13,5 Juta Keluarga di Indonesia Berisiko, BKKBN Gerakkan Bapak Asuh Secara Massif

Ia menegaskan, intervensi pemerintah pusat hanya mendorong, membantu memfasilitasi. Dan tetap diperlukan partnerships yang  lebih fokus lagi.

"Meski tinggal satu tahun lagi,  kita optimis target  penurunan stunting  hingga 14 persen itu dapat  dicapai. Sejumlah strategi antara lain diterbitkan  Perpres No 71 tahun 2021 yang mengatur  kerja bersama kita. Sejak 2018 hingga 2022 juga mengalami penurunan angka stunting cukup signifikan," kata Suprayoga lagi.

Sementara itu, COO Yayasan Edu Farmers International Amri Ilmma mengatakan, percepatan  penanganan/ penanggulangan  stunting harus menjadi isu nasional yang perlu perhatian semua pihak.

Baca Juga: Atasi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem, BKKBN dan PT Bersinergitas dalam Wujud Konsorsium PTPK



"Penanganan stunting ini harus menjadi isu nasional, seperti  penanggulangan pandemi Covid-19 yang lalu. Semua wajib jaga jarak, pakai masker bila keluar rumah, cuci tangah sesering mungkin.  Jadi harus seserius itu dalam penanganan stunting ini, sehingga ada percepatan  penurunannya," kata Amri..

Sosialisasi dari pemerintah, pemberitaan di media massa harus terus menerus dilakukan, agar  ada pemahaman bersama.

Tampil sebagai nama sumber  lainnya adalah Plt Direktur Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Lovely Deisy, Program Manager Early Childhoo Education Tanoto Foundation  Franscisc Wulandari, dan Direktur Eksekutif  Perhimpunan Filantropi Indonesia Gusman Yahya.

Baca Juga: Program Desa Sehat, Mahasiswa Unram KKN Gelar Penyuluhan Bahaya Pernikahan Usia Dini dan Pencegahan Stunting

Amri Ilmma menambahkan, Farmers telah melaksanakan sejumlah program penanganan stunting  di sejumlah daerah di antaranya di wilayah NTT dengan program Sentosa untuk Anak Nusantara, antara lain dengan program pendampingan dan edukasi kepada masyarakat petani, peternak dan lain-lain.

;" Kami ingin  semua pihak punya  awarness. Sehingga  ada partnerships yang lebih luas lagi dengan semua pihak agar ada hasil optimal  dari kerja bersama ini," ucap Amri.

Francisca Wulandari juga menyebutkan,  bahwa Tanoto Foundation  sejak beberapa tahun lalu, telah melakukan sosialisasi, pelatihan, edukasi,  pendampingan  terhadap ribuan penerima manfaat di empat provinsi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat