unescoworldheritagesites.com

Perang Topat di Lombok, Merajut Tradisi, Menjaga Toleransi - News

Ritual budaya Perang Topat di Lombok Barat. (Suara Karya/Hernawardi				)

: Ritual budaya Perang Topat kembali digelar Pemerintah, Pengurus Kerama Adat Lingsar dan masyarakat Lingsar, di pelataran Pura Gaduh, Lingsar, Lombok Barat, NTB pada Selasa (27/11/2023).

Tepat pukul 17.30 waktu setempat, atraksi budaya Perang Topat dimulai ditandai raraknya kembang waru (gugurnya kembang waru). Seketika itu masyarakat selepas zhuhur sudah memadati lokasi acara, melakukan atraksi saling lempar dengan menggunakan beberapa biji ketupat yang sudah disiapkan panitia.

Suasana gaduh dan riuh sembari berperang dengan ketupat sebagai senjata mereka, terus dilakukan dalam rentang waktu 15 sampai dengan 30 menit.

 

Baca Juga: Perang Topat di Lombok, Simbol Penguatan Toleransi Ummat Beragama

Pj Gubernur NTB HL Gita Ariadi, mengajak momentum perang ketupat itu dijadikan sebagai memen silaturahmi. Karena Pujawali Kemaliq Lingsar ini terdapat sebuah pelajaran tentang toleransi.

 

Baca Juga: Dua Tugas Berat Nawawi Pomolango, Kembalikan Kepercayaan Publik dan Ringkus Harun Masiku

"Pujawali perang ketupat bukan hanya sebagai ritual tahunan melainkan momentum mengecas spirit toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan dalam mengisi proses pembangunan daerah maupun negara," ungkap Miq Gite sapaan akrab Pj Gubernur.

 

Baca Juga: 3 Tahun Gita Santih Nusantara: Bergandeng Tangan Menjaga Toleransi Mewujudkan Kehidupan Harmonis

Selain itu, Miq Gite mengingatkan kepada masyarakat menjelang perhelatan pesta demokrasi untuk bersama-sama menyukseskan pemilihan umum, pemilihan Presiden, Gubernur Bupati/Walikota 2024.

"Jangan hanya gara-gara beda aspirasi, beda pilihan dijadikan sumber-sumber konflik yang menimbulkan perpecahan sehingga merugikan kita semua," tuturnya.

Tak lupa, Miq Gite menyampaikan terimakasih kepada Bupati Lombok Barat, untuk bersama-sama menjaga warisan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat