: Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan tema Teknologi Digital untuk Pendidikan pada Jumat (3/5/2024).
Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Novi Kurnia, Dosen dan Kepala Laboratorium Prodi Ilmu Administrasi Publik FISIP Universitas Parahyangan Trisno Sakti Herwanto, dan Fasilitator Komunitas & Penggiat Advokasi Sosial Ari Ujianto.
Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus
bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia. Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.
Dalam pemaparannya, Trisno menyebutkan bahwa selain buku saat ini internet adalah jendela dunia yang membuka informasi tanpa batas jarak dan waktu dan dapat menjadi jalan untuk menuju kesuksesan.
"Dahulu kita mencari jalan sukses saat bersusah payah mempelajari dunia. Saat ini kesuksesan seharusnya ada di tangan kita saat dunia ada digenggaman," kata Trisno.
Baca Juga: Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital dengan Berlandas Pola Berpikir Kritis
Ia menyampaikan sudah selayaknya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan digital (digital skills) saat ini, di mana individu mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, dan transaksi ekonomi digital.
Apalagi saat pandemi, internet mengubah lanskap pendidikan di Indonesia karena kebijakan pembatasan jarak. Novi menyebutkan bahwa peluang pembelajaran digital semakin tinggi dengan karena dianggap efisiensi waktu, tepat guna dan dapat menunjang produktivitas, kemudahan akses yang bisa dibuka setiap saat 24 jam, mampu meminimalisir human error, mendorong keputusan cepat dan kreativitas tanpa pembatasan informasi.
Oleh karena itu, Novi memaparkan bahwa kolaborasi pemangku kepentingan baik itu sekolah (guru, siswa,dan wali), platform digital, tokoh agama, komunitas pendidikan, maupun figur publik berperan penting dalam pembelajaran digital.
Baca Juga: Budayakan Membaca agar Terhindar dari Misinformasi dan Malinformasi di Ruang Digital
"Integrasi teknologi dalam pendidikan adalah proses dinamis dimana para pendidik dengan sengaja
menggabungkan alat dan sumber daya digital ke dalam praktik pengajaran mereka untuk meningkatkan pembelajaran," jelas Ari.
Namun demikian, pembelajaran digital yang bersifat dinamis bukan tanpa tantangan. Ari menyampaikan setidaknya ada empat tantangan pada pembelajaran digital, mulai dari standar kecakapan digital pengajar, pemerataan infrastruktur internet, membuat siswa mudah terdistraksi, serta isu hak kekayaan intelektual.
Masih ada isu keamanan digital, peran manusia yang tergantikan, dis/misinformasi, serta bias dan diskriminasi, yang ditambahkan oleh Novi dapat menjadi tantangan pembelajaran digital.
Hal tersebut Novi sampaikan dapat diminimalisir dengan kolaborasi berkelanjutan edukasi keamanan
digital untuk pendidikan nasional dari berbagai stakeholder, yang mana dapat menentukan kurikulum, materi, dan platform, kemudian melibatkan SDM berkualitas yang berkomitmen dan bersifat inklusivitas.
Selain itu dibutuhkan rencana jangka panjang termasuk perbaikan akses internet yang merata dan keamanan digital yang mumpuni.