unescoworldheritagesites.com

Jadi Netizen Bijak yang Tidak Buru-buru Berkomentar di Ruang Digital - News

Kementerian Kominfo RI menyelenggarakan webinar #MakinCakapDigital2024 untuk segmen komunitas di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur bertema: Menjadi Netizen yang Bijak Dalam Bermedia Sosial. (Istimewa )

 

:  Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Kominfo RI menyelenggarakan webinar #MakinCakapDigital2024 untuk segmen komunitas di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur bertema: Menjadi Netizen yang Bijak Dalam Bermedia Sosial, Selasa (28/5/2024).

Survei dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia.

Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan  internet.

Indeks literasi digital Indonesia pada 2023 berada di angka 3,65 dari skala 1-5. Angka ini berada di tingkat sedang, sekaligus menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 3,54.

Dunia digital merupakan dunia tanpa batas, sehingga terkadang masyarakat lupa ada manusia lain yang hidup di dalamnya. Individu kerap posting sembarangan karena merasa tidak ada yang mengenal. Padahal, kenal atau tidak, postingannya akan dilihat puluhan juta orang yang sudah terhubung ke internet.

Baca Juga: Jemput Peluang di Ruang Digital dengan Personal Branding Sebagai Pembeda


Brand & Communication Strategist, Litani B Wattimena mengatakan, ciri-ciri generasi digital adalah selalu terburu-buru. Netizen lebih senang bicara dibandingkan mendengar, sehingga memiliki sumbu pendek.

“Belum apa-apa sudah ingin share, komentar. Malas baca data. Menonton video pendek TikTok sudah merasa lihat data, padahal harus melihat referensi lainnya,” kata Litani saat menjadi pembicara webinar Makin Cakap Digital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Sifat terburu-buru ini menimbulkan fenomena fear of missing out (FOMO). Netizen merasa harus hadir dalam perbincangan hangat supaya terlihat eksis. Padahal, sebagai generasi digital, individu harus belajar kritis yang benar.

Baca Juga: Netizen Bijak Bagikan Konten Budaya Lokal Dibandingkan Informasi Negatif


Direktur PT. Mahakarya Grup, Muhajir Sulthonul Aziz menambahkan, membendung informasi hoaks menjadi salah satu upaya menciptakan ruang digital aman.

Masifnya penyebaran hoaks menyebabkan asumsi liar masyarakat bertebaran.Hoaks merupakan informasi tidak benar yang seakan-akan benar menurut asumsi penerimanya.

Netizen yang bijak harus mengetahui kebenaran informasi yang diterima. Penyebaran hoax dan informasi salah bukan karena tingkat pendidikan tinggi atau rendah. 

“Ada hal mendasar yang menyebabkan hoaks semakin cepat menyebar, yakni unsur emosional yang tinggi membuat orang merasa ingin eksis lebih tinggi,” kata Muhajir.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat