; Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan kegiatan Webinar Harganas ke-31 Tahun 2024, bertajuk 'Mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang Melalui Generasi Milenial dan Zilenial'.
Kegiatan ini terselenggara dengan harapan dapat memberikan masukan untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosial demografis di Indonesia dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang.
Juga untuk mendapatkan masukan tentang isu-isu kependudukan yang terjadi di Indonesia melalui generasi milenial dan generasi zilenial.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN, Ahmad Taufik SKom MAP, saat menyampaikan laporannya pada kegiatan Webinar, dari Jakarta, Jumat (21/06/2024).
“Gen Y dan Gen Z merupakan penduduk yang saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan berada di usia produktif. Hal ini,merupakan peluang bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sekarang dan ke depan," tuturnya.
Tentunya hal tersebut, lanjut dia, juga harus diiringi dengan kualitas yang baik juga. Generasi yang berkualitas menjadi modal dasar yang harus dipersiapkan sebaik mungkin.
"Strategisnya peran mereka dalam pembangunan, menjadikan mereka sebagai target berbagai kebijakan pemerintah,” ucapnya.
Namun demikian, jumlah mereka terus mengalami peningkatan setiap kurun waktu. Tentu hal ini perlu dikendalikan, agar jumlah penduduk tetap ideal jumlahnya, mengingat berbagai dampak yang muncul apabila tidak terkendali.
Selain ekonomi, dampak lain adalah dari sisi kesehatan. Seperti pengaruh usia menikah yang akan mempengaruhi angka kelahiran remaja umur (ASFR) 15-19 tahun, kesehatan reproduksi, pemilihan alat kontrasepsi pada wanita usia subur 15-49 tahun.
"Preferensi Gen Y dan Gen Z untuk menggunakan kontrasepsi juga menjadi sangat penting untuk menggambarkan risiko dan peluang situasi kependudukan pada masa yang akan datang,” kata Taufik.
Hadir Plt Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN, dr Irma Ardiana MAPS, yang mengutip data BPS dan Kemendagri melalui Berita Khusus Sensus Penduduk 2020 di mana Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia terus mengalami penurunan selama 1961-2020.
Sebaliknya, persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak 1971. Persentase penduduk produktif yang lebih besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif menunjukkan Indonesia masih berada pada era bonus demografi,
Baca Juga: Menko PMK: Pemda agar Tancap Gas Kerja Keras Percepat Pengukuran dan Intervensi Pencegahan Stunting
Di samping, Indonesia juga sedang memasuki _ageing population_ ditandai dengan persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai >10 persen.
Hal ini disampaikan Irma saat menyampaikan _Keynote Speech_, pada Webinar yang diselenggarakan secara hybrid dan ditayangkan melalui live youtube @BKKBN Official.
Pada kesempatan ini, Irma juga menansaskan provinsi dengan total fertility rate (TFR) dan angka kematian masih tinggi memiliki angka ketergantungan di atas rata-rata nasional dan belum tentu akan menikmati bonus demografi.
Menuju penduduk menua, yaitu 9,78 persen penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas, mewarnai gambaran kependudukan nasional saat ini. Hal ini terlihat dengan semakin tinggi _ageing index_ dan semakin rendah _support ratio_.
Dikatakan, Pulau Jawa memberikan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi sebesar 58 persen, dan cenderung meningkat selama 10 tahun terakhir. "Namun sebaliknya di Pulau Sumatera, Nusa Tenggara, Bali, dan Kalimantan,” imbuh Irma.
Irma juga mengatakan, bahwa 70 persen penduduk usia kerja memiliki kualitas rendah, sebesar 24 persen merupakan _Not Employee, Education, and Training_(NEET) dan 59 persen merupakan tenaga kerja lulusan SMP," tutur Irma.***