unescoworldheritagesites.com

Sido Muncul Yakinkan Dokter, Jamu Andalan Masa Depan Obat Dunia: Irwan Hidayat Gelar Simposium FK Unsoed - News

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat ditemani Brand Ambassador Tolak Angin, Andi F Noya sekuat tenaga meyakinkan kalangan dokter melalui Perguruan Tinggi dengan menggelar simposium nasional bertajuk 'Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat' di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto (AG Sofyan)

 
SUARAKARYA. ID:  Upaya Sido Muncul untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat herbal, seperti jamu di Tanah Air tak pernah berhenti. Terlebih lagi Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture) sudah dimasukkan ke dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity Unesco
 
Dengan begitu Budaya Sehat Jamu resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Indonesia ke-13 yang diinskripsi ke dalam daftar WBTb Unesco. 
 
Untuk itu PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar simposium nasional bertajuk 'Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat' di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Kamis (14/12/2023).
 
 
Harapannya, jamu khas Indonesia juga bisa semakin dikenal sebagai pengobatan herbal andalan dan terpercaya secara internasional.
 
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat langsung menghadiri momentum ini bersama Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P., IPU, Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed Dr. dr. MM Rudi Prihatno, M.Kes, M.Si.Med, hingga Brand Ambassador Sido Muncul Andy F. Noya.
 
Simposium nasional ini tercatat merupakan yang ke-50 kalinya dilakukan Sido Muncul sejak 2007. Acara ini mengundang 7 narasumber dan diikuti 250 peserta dari kalangan kedokteran, apoteker, dan tenaga kesehatan yang hadir secara hybrid.
 
 
Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) kerja sama antara FK Unsoed dengan Sido Muncul mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 
 
Penandatanganan dilakukan Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Elly Tugiyanti, M.P.
 
Dokter Berperan Aktif  Kembangkan Jamu 
 
Irwan Hidayat mengaku, simposium ini digelar tak bisa lepas dari momentum jamu khas Indonesia ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Unesco. 
 
Bos Sido Muncul ini berharap dengan menggelar simposium nasional seperti tersebut, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang jamu atau herbal bisa terus dilakukan sesuai konsep pentahelix yakni dibutuhkan keterlibatan aktif oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat atau komunitas, dan media dengan saintifikasi jamu berbasis penelitian, dan pelayanan kesehatan.
 
 
"Kami memandang yang terpenting itu bagaimana obat-obat herbal bisa dimanfaatkan untuk membantu masyarakat Indonesia selalu sehat. Momentum Indonesia menerima penghargaan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari Unesco menjadi jembatan emas agar kekayaan sumber daya keanekaragaman hayati seperti herbal ini semakin diterima di dunia Kedokteran," ungkap sulung dari 5 bersaudara generasi ketiga Sido Muncul (Irwan Hidayat, J Sofjan Hidayat, Johan Hidayat, Sandra Hidayat, dan David Hidayat) ini. 
 
Apresiasi Badan Khusus PBB ini karena dunia menghargai bagaimana cara orang Indonesia menjadi sehat. Sehat karena minum jamu dan menjadi obat yang menyehatkan. 
 
Dari perspektif Irwan, pengakuan Unesco atas Budaya Sehat Jamu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) sejatinya yang dihargai itu adalah warisan tak benda dan budaya sehat dengan minum jamu. 
 
 
"Jadi Unesco mengakui bahwa jamu sebagai budaya sehat. Diterjemahkan bisa bagus dan cocok untuk pengobatan. Mereka ini sekarang telah mengakui. Artinya secara jamak dan menyeluruh, dunia mengakui. Kita kan tahu juga selama ini kalangan tertentu  tidak mengakui," bebernya. 
 
"Maka itu kan perlu ditindaklanjuti. Realisasinya apa? Salah satu yang kita lakukan (sekarang) genap yang ke-50 ini, saya bertemu dengan fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia. Ya salah satunya adalah bagaimana dokter itu berperan dan berminat membantu agar obat-obat alami ini sejatinya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pengobatan dan menyehatkan," imbuhnya.
 
Dalam kesempatan ini, Irwan juga menyebut perlunya goodwill nyata dan serius dari pendekatan scientific. Jadi pengembangan usaha sejatinya juga tak boleh lepas dari pendekatan scientific.
 
"Saya rasa kalau akademisi dunia kedokteran masuk, semuanya beres semuanya bisa dilaksanakan. Kalau nggak ya kayak saya ini. Saya bisa road show soal jamu karena saya kan cuma pengusaha saja. Tapi harus ada dukungan scientific itu harus ada dari dunia kedokteran," jelasnya. 
 
 
Ia menambahkan, peran BPOM tak kalah penting dalam mengawal produksi jamu. Termasuk dalam mengawal uji toksisitas dalam rangka keamanan produk.
 
"Kalau dari ini ya resepnya sudah ketemu, yang pertama, kuliah kedokteran itu para dokter belajar tentang khasiat-khasiat bahan alam. Misalnya kunyit berfungsi untuk menurunkan asam lambung. Lalu temulawak untuk memperbaiki fungsi liver," ujarnya.
 
"Nah kalau tugasnya industri jamu seperti saya, tentu membuat produk yang berstandar dan melakukan uji toksisitas. Uji toksisitas itu untuk mendapatkan keamanan produk atau dosis yang bisa diminum," ucap sang kreator Sido Muncul makin membumi dipersepsi publik ini. 
 
Indonesia Mandiri di Industri Obat-obatan
 
Ketua LPPM Unsoed Elly Tugiyanti bertindak mewakili Rektor Unsoed mengatakan, masih banyak potensi tanaman herbal di Indonesia yang belum digali. Sehingga kerja sama Unsoed dan Sido Muncul diharapkan dapat lebih banyak memunculkan obat-obatan herbal yang dapat mengobati penyakit sesuai karakteristik di Indonesia.
 
 
"Ada 27 ribu tanaman herbal dan yang sudah tergali kurang lebihnya ada seribu. Berarti ada sekitar 26 ribu tanaman herbal belum tergali manfaatnya. Karena senyawa yang ada di dalam tanaman herbal itulah yang mungkin bisa kita manfaatkan, sehingga kita tidak lagi tergantung dari bahan impor untuk obat kimia," papar Elly.
 
"Tetapi kita menggali obat yang ada di dalam saja untuk masalah kesehatan yang ada di Indonesia. Misalnya sekarang kan banyak diabet, tensi kolesterol dan lain sebagainya. Ternyata dengan menggunakan obat herbal itu masih bisa dilakukan. Salah satunya adalah saya (mengobati penyakit dengan obat herbal)," tambahnya.
 
Sementara Dekan FK Unsoed Dr. dr. MM Rudi Prihatno M.Kes., menegaskan Kampus Unsoed selalu melakukan peningkatan kapasitas berbasiskan pedesaan. Terutama dalam rural development dan tanaman obat keluarga. 
 
"Rural development. Nah ini salah satunya tanaman obat keluarga ini mayoritas adalah herbal. Masa sih kita bisa kalah sama China (dari segi pengobatan tradisional). Kita sangat kaya sekali gitu ya. Tapi kenapa kekuatan dan anugerah itu tidak kita manfaatkan secara optimal ya," tuturnya. 
 
 
Direktur Irwan Hidayat bersama Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti dan Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed Dr. dr. MM Rudi Prihatno melakukan penandatanganan MOU) kerja sama antara FK Unsoed Purwokerto dengan Sido Muncul mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat
Direktur Irwan Hidayat bersama Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti dan Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed Dr. dr. MM Rudi Prihatno melakukan penandatanganan MOU) kerja sama antara FK Unsoed Purwokerto dengan Sido Muncul mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (AG Sofyan)
"Kita punya orang-orang pintar kok hanya kita yang butuh pengakuan. Pengakuan itu dari mana kalau tidak dari diri sendiri bangsa kita? Masa kita mau nyari pengobatan dari barang impor terus, kan tidak? Kta punya sumber daya kenapa tidak kita maksimalkan?" tambah Rudi. 
 
Dokter Rudi Prihatno pun memastikan komitmen pihaknya dalam meningkatkan edukasi obat herbal atau jamu kepada masyarakat lewat peran para mahasiswa. Ini sesuai dengan visi misi dari Unsoed yang mengharapkan ada peningkatan dari kapasitas kekuatan pedesaan.
 
Jamu Diterima Masyarakat Dunia
 
Sedangkan Brand Ambassador Tolak Angin, Sido Muncul, Andi F Noya mengatakan obat herbal ini mengingatkan saat kita Covid bahwa keyakinan obat tradisional meningkat karena permintaan tinggi yang diyakini menyehatkan dan menguatkan imun. 
 
Jurnalis senior ini juga meminta para akademisi juga harus membuka diri tentang obat herbal. 
 
 
"Rumah sakit membuka diri terhadap obat herbal. Masyarakat dapat memilih obat dan bukan saling berkompetisi. Suatu hari kita bisa mengekspor obat seperti Tolak Angin ini menjadi referensi dunia," ucapnya. 
 
Andy menilai simposium di Unsoed ini mampu memperkuat tren di masa awal Covid-19, bahwa kesadaran masyarakat tentang obat herbal tumbuh dan berkembang pesat. 
 
Ia bangga jamu dan obat herbal semakin dipercaya sebagai warisan bangsa.
 
"Keyakinan masyarakat tentang warisan nenek moyang kita, ya kearifan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan, itu mulai terasa makin hari makin meningkat. Yang menarik adalah akademisi perguruan tinggi dan universitas membuka diri untuk kemudian melihat obat herbal ini sebagai salah satu alternatif daripada kita kebanyakan impor. Kita punya kearifan yang luar biasa," ujar Andy.
 
 
"Yang menarik lagi adalah rumah sakit. RS membuka diri terhadap masuknya obat-obatan herbal, dan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih. Jadi, bukan berkompetisi tapi memilih, atau memperkuat upaya dia untuk mengobati dirinya," tandas influencer ini. 
 
Andi Noya yang awet dengan program Kick Andy di salah satu TV swasta yang identik dengan dirinya ini pun merasa bangga sejumlah produk jamu Indonesia sudah melenggang di luar negeri dan mendapat apresiasi positif masyarakat dunia.
 
"Ini yang membuat kita mestinya bukan hanya sebagai pengkonsumsi dalam negeri saja tapi suatu hari kita mampu mengekspor ke luar. Tolak Angin misalnya sudah dipasarkan ke berbagai negara dan sambutannya baik. Diterima oleh dunia bahwa Tolak Angin yang merupakan produk jamu dapat menyehatkan masyarakat internasional," tandasnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat