unescoworldheritagesites.com

Pemkab Pasuruan Ingatkan Potensi Penurunan Debit Air SPAM Umbulan - News

Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf saat berbicara dalam lokakarya.


PASURUAN: Pemkab Pasuruan merasa bersyukur karena wilayahnya diberkahi potensi sumber mata air berlimpah. Meski demikian mereka meminta semua pihak untuk mewaspadai potensi terjadinya penurunan jumlah debit air SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Umbulan, jika tidak ingin kehabisan air di masa depan.

Menurut Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadu terus dikembangkan untuk menjaga kelestarian dan efektivitas pemanfaatan air tanah dalam yang selama ini merupakan berkah bagi Kabupaten Pasuruan serta daerah-daerah sekitarnya. “Di balik berkah ini juga ada tantangan. Penurunan debit air SPAM Umbulan perlu diwaspadai,'"ujarnya, Kamis (10/2/2022).

Berbicara dalam lokakarya ‘Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Pasuruan' oleh Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan, Bupati Irsyad, menjelaskan bahwa salah satu mata air yang ada di Kabupaten Pasuruan telah dijadikan menjadi proyek strategis nasional SPAM Umbulan. Puluhan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Pasuruan juga memanfaatkan debit air ini.

Baca Juga: Presiden Resmikan SPAM Umbulan Layanan Air Bersih Di 5 Kabupaten Jawa Timur

Besarnya potensi air di Pasuruan juga tergambar dari banyaknya perusahaan AMDK. Banyak perusahaan yang tumbuh di wilayah ini juga membutuhkan air dari wilayah ini. Termasuk tangki air minum yang dipasok ke wilayah Surabaya dan Gresik juga bersumber dari Pasuruan.

Karena itulah, Bupati memberikan apresisasi kepada berbagai pihak yang berupaya menjaga kelestarian air di wilayahnya. Apresiasi itu diantaranya diberikan kepada Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan (FDP) dan Danone-AQUA yang selama ini telah menjadi mitra pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam menjaga lingkungan.

Apresiasi juga dia berikan kepada ICRAF yang telah melakukan pendampingan kelembagaan dan kegiatan-kegiatan lainnya, termasuk lokakarya yang digelar hari ini. World Agroforestry (ICRAF) sendiri merupakan lembaga penelitian internasional yang berkedudukan di Bogor, yang telah bekerja bersama DanoneEcosystem, Danone-AQUA, Universitas UGM dan Montpellier Perancis di DAS Rejoso melalui Gerakan Rejoso Kita.

Baca Juga: Segera Rampung, SPAM Umbulan Tambah Pasokan Air Bersih Bagi 1,3 Juta Warga Jatim

Senior Expert Landscape Governance and Investment ICRAF, Dr Beria Leimona mengakui, sejak 2016 di Kabupaten Pasuruan pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua pihak dalam pelestarian DAS Rejoso. Hal-hal yang sudah dilakukan termasuk menginisiasi skemaimbal jasa lingkungan di wilayah hulu dan tengah DAS Rejoso sebagai salah satu cara pelestarian DAS Rejoso.

Dalam pilot proyek tersebut, Danone-AQUA berperan sebagai lembaga yang menyediakan imbal jasa kepada para petani yang melakukan upaya-upaya konservasi tanah dan air dengan menanam pohon, menanam strip rumput, dan membuat rorak. Bahkan selama tiga tahun terakhir, kegiatan ICRAF melalui Gerakan Rejoso Kita berfokus ke wilayah hilir dengan program pengenalan budi daya padi ramah lingkungan.

Untuk lebih mengefesienkan penggunaan air, pihaknya menekankan pentingnya padi ramah lingkungan yang merupakan teknologi budidaya padi sawah dengan penerapan pola tanam jajar legowo, pengairan berselang, pemupukan berimbang, dan penggunaan biopestisida. Hasil pertanian padi ramah lingkungan mampu mengurangi potensi efek gas rumah kaca sampai 36% dengan hasilpanen mencapai 10.3 ton gabah kering per hektar atau lebih tinggi dibanding cara biasa yang hanya menghasilkan 7 ton saja.

Menurut Koordinator Gerakan Rejoso Kita, Dr Ni’matul Khasanah, pihaknya juga mengenalkan program percontohan sumur bor. para petani di hilir DAS Rejoso yang embuat sumur bor untuk irigasi pertanian, ternyata tidak semuanya mampu mengeluarkan air secara optimal seperti saat baru dibor.

Setelah dua atau tiga tahun, kat adia, air yang dihasilkan sumur bor itu semakin mengecil dan bahkan berhenti mengeluarkan air. "Kebocoran di dalam tanah serta penyumbatan disinyalir menjadi penyebab utama,” ujarnya.

Dia juga mempersoalkan pengeboran itu yang terjadi karena konstruksi sumur bor yang kurang baik dan pipa tidak sampai ke dasar dan dinding sumur tidak diperkuat cor semen. Bahkan, karena mulut sumur bor tidak diberi keran, sehingga air keluar tanpa henti selama 24 jam sehari.

Kondisi ini, kata dia, menimbulkan masalah terhadap cadangan air tanah DAS Rejoso. “Di sektor hilir, kita ajak petani dengan budidaya padi ramah lingkungan. Produktivitas padi ramah lingkungan bisa lebih hemat air,” tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat