unescoworldheritagesites.com

Dinasti Politik, Adanya Keputusan Kontroversial Gibran di Pilpres 2024 dan Bayang-Bayang Kekuasaan Jokowi - News

Ridho Al-Hamdi, menyatakan keputusan Gibran untuk tetap maju dalam Pilpres 2024 terlihat bahwa keluarga Jokowi terlena kekuasaan. (Instagram @prabowo)

Politik dinasti yang keras kepala menunjukkan bahwa keluarga Jokowi semakin terlena oleh kekuasaan, menurut analisis politik Ridho Al-Hamdi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Keputusan Gibran Rakabuming Raka untuk tetap maju dalam Pilpres 2024 setelah putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menandakan bahwa keluarga Presiden Joko Widodo sudah terlalu terperangkap dalam kuasa.

"Sebenernya ini menunjukkan preseden. Pertama, Jokowi sekeluarga terlalu terlena, karena mereka jadi walikota, gubernur, presiden 2 periode. Memang kekuasaan itu melenakan, meninabobokan,"  ujarnya saat dihubungi pada Rabu (8/11).

Baca Juga: Buka Pameran Tosan Aji, Ketua DPD RI: Keris adalah Jati Diri Bangsa

Menurut Ridho, benteng terakhir dalam politik yang merusak moralitas dan melanggar etika adalah sanksi sosial.

Hal ini dapat diberikan oleh rakyat kepada pihak yang mendapat manfaat dari keputusan MK tersebut.

"Lagi-lagi cara menghukumnya adalah sanksi sosial. Jangan memilih pasangan capres-cawapres yang memiliki dampak elektoral dari putusan MK tersebut," jelasnya.

Sebelumnya, putusan MKMK menyebut adanya pelanggaran etika yang dilakukan oleh Ketua MK Anwar Usman dalam putusan MK nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait batas usia calon presiden dan wakil presiden.

Baca Juga: Menhan Prabowo Terima 22 Mahasiswa Palestina yang akan Kuliah dengan Beasiswa di Unhan RI

Bahkan, MKMK mencopot Anwar Usman dari posisi Ketua MK dan melarangnya ikut menyidangkan sengketa Pemilu 2024.

Namun, Koalisi Indonesia Maju menegaskan akan tetap mengusung Gibran sebagai calon wakil presiden, meskipun putusan MKMK menyatakan adanya pelanggaran dalam proses pengambilan keputusan MK yang memberikan dukungan penuh pada kandidasi Gibran.

Ridho mengatakan bahwa Jokowi, yang awalnya dianggap sebagai harapan baru dalam Pilpres 2014, justru berubah menjadi seolah-olah menjadi bangsawan baru di akhir jabatannya.

"Ini artinya moral pemimpin kita itu tidak mencerminkan wajah ketimuran kita yang penuh etika," tandasnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Sopiri Susi Pudjiastuti Saat Berkunjung ke Pangandaran

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat