unescoworldheritagesites.com

Komisi V Akan Evaluasi Program Tol Laut - News

Anggota DPR RI Komisi V , Sigit Sosiantomo.

JAKARTA: Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mengatakan kontribusi program tol laut masih minim terhadap perekonomian dan memangkas disparitas harga. Karena itu, Komisi V DPR RI harus mengevaluasi program tol laut yang sudah menghabiskan dana triliunan rupiah itu. 

"Program tol laut yang sudah lebih 6 tahun berjalan ini belum bisa memangkas disparitas harga terutama di wilayah Indonesia Timur. Harga-harga di Papua misalnya, indek kemahalannya sangat tinggi, khususnya untuk bahan-bahan konstruksi. Ini menunjukan bahwa tol laut belum bisa menurunkan harga barang. Karena itu, Komisi V harus mengevaluasi sejauh mana efektivitas program ini," Kata Sigit.

 Sigit mengatakan dalam rapat dengan Kementerian PUPR beberapa waktu lalu terungkap bahwa sejumlah program di PUPR seperti Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sulit dilaksanakan di Papua karena tingginya harga bahan konstruksi. Sehingga besaran bantuan yang diberikan kepada warga tidak cukup untuk membiayai perbaikan rumah.

 "Data BPS 2020, provinsi dengan Indek Kemahalan Konstruksi (IKK) tertinggi semuanya ada di Indonesia Timur seperti Papua dengan IKK 208,9, Papua Barat dengan IKK 129,6, dan Maluku dengan IKK 124,5. Sementara kabupaten dengan IKK tertinggi semuanya ada di Papua yaitu kabupaten Puncak dengan IKK 492,62, Puncak Jaya 449,5 dan Intan Jaya 438,3. Bisa dibayangkan betapa mahalnya harga barang-barang konstruksi disana, sehingga sulit untuk mengejar pemenuhan sarana dan prasarana karena costnya terlalu tinggi," Kata Sigit.

 Di sisi lain, kata Sigit, program tol laut juga tidak berdampak signifikan mendongkrak perekonomian. Padahal, anggaran yang sudah digelontorkan pemerintah selama 6 tahun terakhir mencapai puluhan hingga ratusan triliun, mulai dari subsidi tarif tol laut hingga pengadaan kapal dan PMN untuk perusahaan kapal plat merah guna mendukung program ini. 

"Kontribusi Tol Laut terhadap perekonomian masih rendah. Bahkan, Presiden  Jokowi selalu penggagas program ini juga mengakuinya. Nilai tambah transportasi laut untuk PDB hanya 0,3 persen, kalah jauh dibanding transportasi darat dan udara yang masing-masing menyumbang 2,4 persen dan 1,62 persen untuk PDB," Kata Sigit.

Keberadaan tol laut, kata Sigit, juga tidak berdampak Signifikan terhadap penurunan biaya logistik. Buktinya, biaya logistik Indonesia lebih tinggi dibandingkan  dengan negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Malaysia. 

"Baru-baru ini Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui kalau biaya logistik di Indonesia sangat mahal, yakni mencapai 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih dari biaya logistik di negara-negara kawasan Asean, termasuk Malaysia. Ini menunjukan bahwa tol laut belum berdampak signifikan  terhadap penurunan biaya logistik padahal anggaran yang kita gelontorkan  cukup besar. Karena itu program tol laut ini perlu dievaluasi dan dicarikan solusi terbaiknya agar bisa lebih bermanfaat tidak hanya sekadar menghabiskan anggaran subsidi saja,1" Kata Sigit. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat