unescoworldheritagesites.com

Pesan Natal Pendeta Gilbert kepada Umat Kristiani: Atensi atas Perjuangan Hariara Berbuat untuk Rakyat - News

Perayaan Hari Natal memiliki makna damai dan kerendahan hati. Pesan itu disampaikan Pendeta Gilbert Lumoindong, M.Th kepada Fungsionaris Pusat Partai Golkar Hariara Tambunan dan keluarga besarnya dalam memaknai Natal yang saat ini  dirayakan umat Kristiani di seluruh dunia. (AG Sofyan )

 
: Perayaan Hari Natal memiliki makna damai dan kerendahan hati. Pesan itu disampaikan Pendeta Gilbert Lumoindong, M.Th dalam memaknai Natal yang saat ini  dirayakan umat Kristiani di seluruh dunia. 
 
Pendeta Gilbert menyatakan, kerendahan hati adalah pesan bagi semua orang yang merayakan natal. 
 
"Bahwa kita harus belajar dari natal itu sendiri. Sehingga natal itu bukan soal perayaannya atau pestanya. Tapi adalah bagaimana pesan yang disampaikan itu penting untuk dimaknai semua orang, terutama warga Nasrani," ujar Pendeta Gilbert kepada wartawan saat memberi khotbah natal di kediaman Politisi Senior Golkar, Hariara Tambunan di Kawasan Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (23/12/2022).
 
 
Pesan natal itu, kata dia, adalah Allah merendahkan diri dari dunia. Dunia yang semakin sombong dan angkuh. Sehingga bisa menyebabkan dampak kurang menguntungkan bagi masyarakat. Membuat Indonesia, masyarakatnya bisa gampang dipecah belah dan terpolarisasi.
 
"Saya bukan kamu. Kalau saya bukan kamu berarti tidak perlu bersama-sama dengan kamu. Akhirnya orientasinya tidak jelas. Maka ada keinginan saya untuk mengganjal kamu. Hal itu yang jadi  tidak baik," pesannya saat menghadiri Natal bersama keluarga Hariara Tambunan.
 
 
Selayaknya, kata dia, kalau ada perbedaan harus saling bergandengan tangan. Sedangkan kalau kerendahan hati itu adalah  kalau berbeda saling menghargai.
 
"Jika berbeda dengan kamu saya harus menolong kamu. Menggandeng kamu supaya kita semakin kuat," ucap Gilbert yang aktif sebagai pengkhotbah baik di stasiun TV maupun radio ini.
 
 
Hal yang terpenting dalam pesan Natal, kata Gilbert, ada tiga hal.
 
Pertama, biarlah agama itu kembali pada  pesan utamanya. Yaitu agama mengajari dari manusia angkuh jadi saling mengasihi. 
 
"Rendah hati dan memikirkan juga orang lain. Menyadarkan orang, karena kita butuh sesama. Pesan yang kedua adalah agama mengarahkan. Yang ketiga agama  itu menyadarkan," rincinya.
 
 
Pendeta Gilbert mengingatkan agar keadaan jangan sampai dibalik. 
 
"Agama dipakai motif untuk saling  menyerang dan menjatuhkan seseorang. Karena setiap agama punya hati nurani. Sesama umat antar beragama sebaiknya bersatu saling menghormati bahwa  untuk hari raya suatu agama itu sejatinya adalah hari besar. Hari raya yang patut disyukuri dan dihargai serta dirayakan untuk saling membahagiakan," jelas Pendeta Gilbert.
 
Menurut Pemimpin Gereja sekitar 18.000 jemaat yang tergabung dalam GBI Glow Fellowship Centre ini, untuk menjadi pemimpin yang baik dan disayangi rakyat adalah orang-orang yang mau turun ke bawah (turba) melayani masyarakat.
 
 
"Bukan sibuk mau naik ke atas tapi menekan atau memperalat orang lain. Maka dari itu dibutuhkan, pemimpin dengan modal ketulusan dan bekerja dengan hati," katanya.
 
"Harus betul-betul untuk berbuat demi melayani masyarakat. Makin kita bergama, makin kita sukses. Makin kita melayani. Bukan sebaliknya. Makin kaya makin memperkaya diri. Makin berkuasa makin ingin jadi penguasa tapi dengan cara serakah," imbuh Gilbert.
 
Pendeta Gilbert bertutur saat mengenal Hariara Tambunan dan keluarga besarnya, dia menilai figut ini adalah aset berharga dan bermakna bagi lingkungannya. Lingkungan keluarga besarnya, agama, asal sukunya, pergaulannya di organisasi masyarakat, bisnis, dan politik.
 
 
"Yang menarik perhatian saya terhadap sosok Pak Hariara Tambunan adalah beliau masih berkesempatan menggelar ibadah bersama keluarga. Beliau menyeimbangkan kegiatan dan kegaamaan secara selaras," ungkapnya.
 
Pendeta Gilbert tak mau munafik jika meletakkan agama terlalu berlebihan namun menomorduakan hubungan kemasyarakatan.
 
"Mengutamakan keagamaan tanpa kemasyarakatan akan membawa kita ke kemunafikan. Keagamaan tanpa kemasyarakatan lama-lama juga akan kebablasan," katanya.
 
 
Dari apa yang diketahui oleh Pendeta Gilbert, tokoh pemuda nasional yang juga Ketua Umum DPP Hipakad ini sudah sesuai di jalan yang semestinya. 
 
"Sudah proporsional meletakkan posisinya sebagai tokoh masyarakat yang dikenal sebagai Fungsionaris Pusat Partai Golkar yang membina masyarakat di Dapil DKI 2 di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri. Berbuat nyata untuk kemanfaatan warga sesuai kemampuan yang dia miliki. Namun juga tak lupa untuk taat kepada agama dan Tuhan-Nya yang telah memberikan segalanya untuknya," ungkap Gilbert.
 
 
Fungsionaris Pusat Partai Golkar yang akan mewakili Dapil DKI 2 (Jakarta Selatan, Pusat dan Luar Negeri) dalam Pemilu 2024, Hariara Tambunan (kedua kanan) bersama keluarga besar merayakan Natal 2022 dengan suka cita dan bahagia paska pandemi Covid-19 juga berbagi kebahagiaan sesama
Fungsionaris Pusat Partai Golkar yang akan mewakili Dapil DKI 2 (Jakarta Selatan, Pusat dan Luar Negeri) dalam Pemilu 2024, Hariara Tambunan (kedua kanan) bersama keluarga besar merayakan Natal 2022 dengan suka cita dan bahagia paska pandemi Covid-19 juga berbagi kebahagiaan sesama (AG Sofyan )
Namun bukan berarti kekuasaan tidak memabukkan. Untuk itu harapan Pendeta kepada Hariara adalah tetap menjadikan agama sebagai rem dan  penyeimbang. 
 
"Menjadi spion untuk kita melihat ke kanan dan kiri agar tidak menabrak jalan yang salah," tutur Pendeta Gilbert.
 
Menyikapi situasi saat ini jelang tahun politik, Ketua Departemen Pekabaran Injil Badan Pengurus Pusat Sinode Gereja Bethel Indonesia melihat rasa optimisme Indonesia akan sukses menggelar pesta demokrasi Pemilu 2024.
 
 
Namun, kata dia, elit dan rakyat Indonesia harus mau belajar dan mencontoh dari gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar yang baru saja usai. 
 
Meskipun masing-masing orang mengunggulkan jagoannya seperti Inggris, Belanda, Brazil, Maroko, Argentina, Prancis, dan lainnya.
 
Namun ketika ada tim jagoannya kalah, maka dukungan beralih ke lainnya. Tapi pada puncak finalnya hanya terpilih satu juara yang semua tim mau mengakui secara sportif dan menghormati kampiun Piala Dunia kali ini adalah Argentina.
 
 
"Kuncinya adalah bersikap sportif. Bagi tim yang kalah dapat mencoba empat tahun lagi. Berarti sportifitas itu penting dalam suatu kompetisi. Tidak berbeda juga dengan kompetisi di politik saat dilakukan Pemilu,"terangnya.
 
Sebab, sejatinya memilih wakil rakyat dan Presiden adalah mencari pemimpin yang terbaik dari yang baik.
 
"Bukan hanya sekedar kita suka salah satu kandidat wakil rakyat atau Presiden lalu kita membabi buta dengan cara apa pun yang tidak benar untuk menciptakan kemenangan seseorang. Untuk itu, serahkan Indonesia kepada ahlinya. Serahkanlah kepada orang-orang yang betul-betul mencintai bangsa ini. Serahkan kepada orang-orang yang mampu berbuat demi bangsa dan negara dengan hati karena lahir dan besar karena mencintai negeri ini," ucap Pendeta Gilbert.
 
 
Rohaniawan Kristen yang sering dimintai jadi pengkhotbah di berbagai wilayah termasuk luar negeri ini juga berpesan kepada Hariara Tambunan yang juga dikenal sebagai putra pejuang TNI AD, mendiang Letda TNI AD Fritz Tambunan dan Amangborunya Jenderal Anumerta DI Pandjaitan yang adalah Pahlawan Revolusi serta mantan Menhankam Pangab Jenderal M Panggabean ini agar tetap bersahaja, tidak sombong, tidak lupa kepada lingkungan dan keimanan dan bermanfaat untuk orang banyak. 
 
"Seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya yang adalah temurunnya. Berbuat untuk bangsa dan negara. Untuk NKRI tetap kuat terjaga di Bumi Pertiwi. Meninggal tidak meninggalkan harta banyak. Tapi meninggalkan nama dan jasa baik. Seperti pepatah gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang," pungkasnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat