unescoworldheritagesites.com

Mahasiswa Dan Masyarakat Harus Jauhi Radikalisme Dan Ekstremisme - News

Dr. Hamzah Khaeriyah Rektor IAIN Sorong, Membahas Radikalisme Dan Eksremisme Dalam Acara Diskusi Nasional, Pekan Lalu

SORONG: Rektor IAIN Sorong, Dr. Hamzah Khaeriyah menjelaskan, mahasiswa dan masyarakat harus dijauhi dari pengaruh radikalisme dan ekstremisme.

 Dikatakan, menurut The Concise Oxford Dictionary (1987), radikal berasal dari bahasa Latin, “Radix, Radicis” yang berarti 'akar, sumber', atau 'asal mula'.

"Artinya, menurut ahli radikalisme berasal dari akar kata radikal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “radikalisme” didefinisikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Menurut Dr Alex P Schmid, radikalisme jauh lebih tidak bermasalah bagi masyarakat demokratis daripada ekstremisme.

Radikal bisa bersifat reformis dan tanpa kekerasan. Radikalis sejati cenderung lebih pragmatis dan terbuka terhadap penalaran kritis. (“Radicalisation, De-Radicalisation, Counter-Radicalisation: A Conceptual Discussion and Literature Review”, 2014: h. 56)

Sementara menurut Prof Dr Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ada proses tersendiri seseorang mengalami perubahan dari seseorang yang radikalis, ekstremis, hingga menjadi teroris.

Radikalisme mengalami perubahan secara total dan bersifat drastis. Radikalisme menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada.

Ciri-cirinya, adalah mereka intoleran atau tidak memiliki toleransi pada golongan yang memiliki pemahaman berbeda di luar golongan mereka.

"Mereka juga cenderung fanatik, eksklusif dan tidak segan menggunakan cara-cara anarkis," katanya berdasarkan pendapat ahli," kata Hamzah.

Ekstremisme

Dikatakan Hamzah, menurut Merriam-Webster Dictionary, ekstremisme secara harfiah artinya 'kualitas atau keadaan yang menjadi ekstrem' atau 'advokasi ukuran atau pandangan ekstrem'.

Saat ini, istilah tersebut banyak dipakai dalam esensi politik atau agama. Yang, merujuk kepada ideologi yang dianggap (oleh yang menggunakan istilah ini atau beberapa orang yang mematuhi konsensus sosial) berada jauh di luar sikap masyarakat pada umumnya.

Namun, ekstremisme juga dipakai dalam diskursus ekonomi.

Menurut Dr Alex P Schmid (2014), kelompok ekstremis merupakan kelompok yang menganut paham kekerasan ekstrem atau ekstremisme dibandingkan radikalis, ekstrimemis cenderung berpikiran tertutup, tidak bertoleransi, anti-demokrasi dan bisa menghalalkan segala cara. "Termasuk penipuan, untuk mencapai tujuan mereka," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat