unescoworldheritagesites.com

Isu Suanggi Dilancarkan Oknum Dukun Penipu Untuk Dapat Makan - News

SORONG: Para penipu yang umumnya malas mencari nafkah dengan cara yang halal. Lalu, menakut-nakuti masyarakat dengan isu suanggi atau sering disebut fui-fui.

"Pernah hampir terjadi bentrok antar warga di kota Sorong akibat ulah penipu yang menghembuskan isu suanggi," kata Lukas, warga asli Sorong, Minggu (22/8/2021).

Ketika itu, tahun 2005-2006, lanjut Lukas, ada seorang penipu di Sorong yang datang dari daerah konflik bersama ratusan orang lainnya.

"Dasar orang malas, dia mulai mencari mangsa yang lemah imannya untuk dipengaruhi. Kebetulan tak jauh dari lokasi pengungsian ada wanita remaja yang sudah lama menderita kanker rahim," kata Lukas.

Datanglah ke rumah penderita kangker itu si penipu tersebut.

Ia (penipu) yang terlihat pandai bersilat lidah itu, bertanya kira-kira bapa ibu punya musuh dengan tetangga atau lainnya.

Karena dalam kondisi panik, bapak wanita sakit itu, berkata mungkin tetangga saya di sebelah ini.

Penipu itu spontan, menuduh tetangga di sebelah rumah wanita sakit itu. Katanya, alasan wanita disuanggi karena sengketa batas lahan rumah.

Pernyataan penipu itu disambut positif karena lahan rumah dengan tetangga masih satu sertifikat. Belum dibelah sertifikatnya menjadi dua.

Pasalnya, untuk membagi lahan menjadi dua "Sertifikat Tanah" itu urusan Badan Pertanahan Nasional (BPN), bukan personel.

Karena hubungan dua keluarga itu makin buruk, kemudian dicari faktor X-nya.

" Dan, ketahuan sumber perselisihan dua keluaga tersebut, ulah dukun penipu tadi. Penipu itu dicari dua keluarga korban tersebut dan diancam tidak mengulangi aksi penipuannya karena orang Papua tidak percaya suanggi itu," kata Lukas.

Penipu Tewas

Tidak berhenti, sampai pada peristiwa di atas. Dia (penipu) itu kemudian mencari celah untuk meraup uang dari dua kubuh calon walikota Sorong, ketika itu tahun 2005/2006.

Tipuannya, akhirnya direspon positif salah satu calon wali kota Sorong, ketika itu.

Sang penipu ini, mengobral janji akan memenangkan salah satu calon wali kota tersebut.

" Penipu itu mengaku meminta bantuan orang pintar di gunung tertinggi di salah satu pulau provinsi tetangga. Dan, ada bambu, namanya bulu tui, untuk mengarahkan pilihan masyarakat kota Sorong ke salah satu calon, wali kota,"kata Lukas.

Berjalan dengan waktu, tibalah hari H-1 atau satu hari sebelum pemiliham wali kota Sorong, tahun 2005/2006.

Berbagai persiapan dilakukan oleh KPU dan masyarakat kota Sorong.

Memasuki tengah malam, jelang hari H, Pemilihan Wali Kota Sorong, sang dukun mengajak seorang temannya. Untuk, menyusuri kota Sorong guna menancapkan bambu (bulu tui) di sejumlah lokasi, dekat TPS-TPS setempat.

Anak-anak muda yang melihat kegiatan aneh sang dukun dan temannya itu, bermaksud menanyakan tujuan melakukan penanaman bambu di sejumlah lokasi TPS.

Sang dukun dan temannya, justru lari dengan kencang ke arah Polres Sorong Kota untuk minta perlindungan. Namun, masyarakat berhasil menangkap dukun dan temannya, sebelum tiba di Pos Polisi.

" Sang dukun tewas diamuk massa di tempat saat itu juga. Sedangkan temannya lolos karena berteriak, saya wartawan dan massa pun melepaskannya," kata Lukas.

Para pelaku kemudian ditangkap untuk diproses ke pengadilan dengan tuduhan menghilangkan nyawa orang lain (membunuh).

Karena itu, Lukas mengimbau polisi segera menangkap provokator yang belakangan menghembus ada suanggi yang membunuh warga setempat.

Kalau tidak,  isu hoaks, suanggi itu bisa memicu konflik di masyarakat.

"Saya yakin provokatornya ada di seputaran isu suanggi itu berkembang. Dan, saya yakin provokatornya adalah dukun penipu yang mencari makan dengan cara-cara menyebarkan isu suanggi itu," kata Lukas.

Dikatakan Lukas, orang Papua pintar-pintar. Banyak sarjana dan masyarakat percaya percaya Tuhan. Bukan dukun.

"Kami tidak percaya isu suanggi atau mitos. Yang, dikembangkan orang bodok dua tiga hari bekangan ini di Kota Sorong," kata Lukas. ***



























Terkini Lainnya

Tautan Sahabat