unescoworldheritagesites.com

Dosen UNS Ciptakan Helm CPAP, Alat Bantu Pernafasan Pasien Covid-19 - News

Helm CPAP hasil inovasi tim peneliti LPPM UNS

SOLO: Tim peneliti dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo membuat inovasi alat bantu pernapasan non invasif. Penelitian yang berjudul "Helmet Continuous Positive Airway Pressure Berbasis Internet of Things" tersebut didanai RISTEKBRIN melalui Program Kreativitas Mahasiswa - Karsa Cipta serta dari dana tim peneliti atau mandiri.

Menurut Dosen FT yang juga peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Ubaidillah S.T., M. sc, Ph. D , inovasi alat bantu pernafasan non invasif berupa helm CPAP tersebut berawal saat melihat minimnya alat serupa saat pandemi Covid-19 melanda.

"Bahkan di Rumah Sakit (RS) UNS dulu hanya memiliki satu alat yang harus diimpor dari Itali dengan harga sekitar Rp5 juta," jelas Ubaidillah saat monitoring dan evaluasi hasil penelitian dari LPPM UNS, Kamis (21/10/2021).

Selain itu alat yang sudah ada juga belum dilengkapi dengan fitur sensor elektronik dan belum terhubung Internet of Things (IoT). Inovasi baru helm CPAP terbukti mampu mengurangi aerosolisasi virus secara signifikan, hal ini tentu akan berguna untuk pengurangan transmisi Covid-19.

"Dalam helm CPAP ini kami menambahkan fasilitas sensor oksigen dan sensor saturasi oksigen (Sp02)," katanya.

Helm CPAP berbasis IoT sehingga hasil dari pengukuran sensor langsung dapat dilihat melalui smartphone. Alat ini dapat digunakan berulang dengan penggantian tabung dan perekat leher. Meskipun jika dijual di pasaran harga jualnya bisa mencapai Rp8 juta tetapi helm CPAP ini memiliki keunggulan dari alat yang sebelumnya sudah ada.

"Inovasi dapat memantau kadar oksigen pada antarmuka helm CPAP dan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan IoT," jelasnya lagi.

Keunggulan lain dari helm CPAP ini adalah desainnya memudahkan proses perakitan dan pembongkaran, material yang digunakan kompatibel terhadap tubuh pasien, serta dapat digunakan berkali-kali dengan mensterilkan komponen helm CPAP kecuali pada tabung dan perekat leher pasien yang harus diganti pada saat akan digunakan kembali.

Untuk cara kerja helm CPAP ini untuk prototipe dilengkapi dengan komponen elektronik yang meliputi sensor oksigen Envitec OOM202, sensor oximeter max30102 modul bluetooth HC-5 serta arduino mega pro 2560 yang terintegrasi dengan sistem IoT.

"Cara kerja sistemnya, sensor oksigen akan mendeteksi kadar oksigen yang berada dalam helm CPAP. Sedangkan sensor oximeter mendeteksi saturasi oksigen saat jari pasien didekatkan sinar infra merah pada sensor," paparnya.

Data hasil pembacaan sensor akan diproses oleh arduino yang selanjutnya akan dikirim menuju smartphone menggunakan mode bluetooth dengan modul bluetooth HC-05. Data hasil yang telah dikirim ke smartphone akan dipantau pengguna.

Selain Ubaidilah, tim peneliti juga beranggotakan Rizqi Husain Alfathan, Bioma Cakrawala, Muhammad Dzaky Musyaffa, Rani Dwilarasati, Azzahra Fadhlila Aulia Nisa.

"Alat ini bisa untuk pasien Covid-19 maupun penyakit lain yang membutuhkan bantuan alat pernafasan," ujarnya.

Saat ini alat bantu pernafasan tersebut masih dalam bentuk prototipe. Pihaknya menargetkan bisa segera masuk ke Badan Pengamanan Alat Kesehatan (BPFK) untuk menguji kelayakan produk. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat