unescoworldheritagesites.com

Moeldoko Sebut Pengembangan Mobil Listrik Di Indonesia Masih Terkendala - News

Kepala Staf Kepresidenen Moeldoko bersama Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho meninjau perkembangan riset bateria lithium di UNS

SOLO: Pengembangan mobil listrik di Indonesia terus dilakukan. Tetapi masih ada sejumlah kendala yang harus dihadapi untuk mengembangkan mobil listrik tersebut. Yakni komponen mobil listrik yang ternyata masih harus didatangkan dari luar negeri.

Salah satunya adalah baterai. Untuk menuju kemandirian memproduksi mobil listrik, sejak beberapa tahun lalu Pusat Unggulan Iptek Teknologi Penyimpangan Energi Listrik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengembangkan bateria lithium.

Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko saat meninjau perkembangan riset baterai lithium di PUI Teknologi Penyimpanan Energi Listrik di Pusbanglis UNS Solo, Selasa (7/12/2021) yakin dalam jangka waktu dua hingga tiga tahun mendatang Indonesia sudah bisa mandiri memproduksi baterai lithium.

"Satu komitmen pemerintah dalam pengembangan mobil listrik luar biasa. Semua stakeholder dan kementerian bergerak, Perguruan Tinggi juga ikut pengembang baterai ini. Saya lihat movement menuju ke sana kuat," jelas Moeldoko.

Tiga komponen dasar yang harus diimpor untuk pengembangan mobil listrik adalah motor, kotroling serta baterai. Saat ini ketiga komponen tersebut masih dalam pengembangan termasuk bateria lithium yang dikembangkan UNS.

"Kapan kita bisa mandiri dalam mobil listrik in, untuk sementara belum bisa dipastikan, masih ribet. UNS memelopori pengembangan baterai, tiga komponen sudah terjawab," jelasnya Moeldoko yang juga Founder Mobil Anak Bangsa (MAB) itu.

Pihaknya berharap dari hasil riset yang dilakukan perguruan tinggi bisa terakumulasi sehingga bisa menuju pada industri. Untuk mengembangkan menjadi sebuah industri dibutuhkan partner strategis. JIka tidak memiliki partner strategis maka riset akan berhenti.

Lebih lanjut Moeldoko mengatakan untuk bisa memenuhi target pemenuhan kebutuhan baterai dalam negeri harus bisa mengejar terknologi yang terus berkembang. Selain itu kemauan konsumen juga berkembang.

"Seperti apa yang diiinginkan konsumen dari mobil listrik, satu charging nya harus cepat ini yang utama, kedua jarak jangkau jauh, ketiga harus ringan. Sebab semakin ringan baterai maka penumpangnya akan cukup banyak," katanya.

Sementara itu, Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho mengatakan UNS merupakan salah satu perguruan tinggi yang mengembangkan produksi baterai lithium.

“Riset mengenai pengembangan teknologi listrik terutama baterai lithium sudah dilakukan sejak 2012 silam. Baterai ini sudah diujicobakan pada sepeda listrik, motor listrik, dan mobil listrik. Melihat potensi ini, kami optimistis bahwa baterai lithium akan semakin berkembang di Indonesia,” ungkanya.

Ketua PUI PUI PT Teknologi Penyimpanan Energi Listrik Prof Agus Purwanto menambahkan  salah satu kendala yang dihadapi untuk pengembangan baterai lithium adalah laboratorium pengujian baterai yang samapai saat ini belum dimiliki Indonesia. Untuk melakukan uji baterai harus dilakukan di luar negeri salah satunya di Vietnam.

"Memang sekarang belum ada secara nasional. Tetapi untuk sertifikasi baterai yang diperlukan secara nasional untuk industri baterai level nasional mestinya harus disesuaikan pengujiannya secara nasional," pungkasnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat