unescoworldheritagesites.com

Perempuan Punya Potensi Luar Biasa Menjadi Inspirator Keluar dari Belenggu Kemiskinan - News

Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bidang Penanggulangan Kemiskinan, Titi Eko Rahayu (kiri) dan Ketua Sekolah Perempuan DKI Jakarta Ning Setyani (kanan).

 
 
 
: Perempuan memiliki potensi yang luar biasa, untuk menjadi inspirator guna keluar dari belenggu kemiskinanan. 
 
Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengajak perempuan untuk menjadi inspirator keluar dari belenggu kemiskinan
 
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bidang Penanggulangan Kemiskinan, Titi Eko Rahayu menyatakan semua itu, pada kegiatan Media Talk Kemen PPPA bertajuk Perempuan Inspirator Keluar dari Kemiskinan, di kantor Kemen PPPA Jakarta, Jumat (11/8/2023). 
 
 
Dikemukakannya, erempuan memiliki potensi luar biasa untuk dapat berkontribusi besar pada perekonomian Indonesia. Dengan mengupayakan pemajuan perempuan di bidang ekonomi melalui program ekonomi kreatif berkesinambungan, adil gender, serta berbasis kearifan lokal.
 
“Seringkali kemiskinan dikatakan berwajah perempuan. Karena, pada masyarakat miskin, perempuan menunjukkan indikator kesejahteraan yang lebih rendah," kata Titi. 
 
Dari berbagai analisis dan data pun, lanjutnya, khususnya pada keluarga miskin, indikator kualitas sumberdaya manusia pada perempuan memang lebih rendah dibandingkan laki-laki. 
 
 
Titi mengungkapkan, dampak kemiskinan tak hanya banyak dirasakan oleh kelompok perempuan semata, kemiskinan perempuan juga bersifat lintas generasi dan memiliki efek domino. 
 
Faktor penyebab kemiskinan juga begitu kompleks, ada yang bersifat individu, keadaan masyarakat dan lingkungan, serta kondisi dan kebijakan negara. 
 
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022, tercatat sebanyak 9,68 persen dari perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Angka itu lebih tinggi dibandingkan persentase laki-laki yang ada pada angka 9,40 persen. 
 
 
Titi mengatakan, melihat kemiskinan bukan hanya dari faktor ekonomi namun juga dari faktor lain. Yaitu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, namun ekonomi sebagai pintu masuk untuk keluar dari belenggu kemiksinan. 
 
“Pada Agustus 2022, BPS mencatat persentase TPAK perempuan berada di 53,41 persen, dimana laki-laki mencapai 83,87 persen. Hal itu menunjukkan  perempuan belum sepenuhnya memiliki kesempatan berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja," tuturnya. 
 
Karena, imbuh Titi, adanya kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor. Seperti adat istiadat atau budaya, agama, pendidikan, status perkawinan, kondisi kesejahteraan rumah tangga, serta pembangunan ekonomi. 
 
 
"Perempuan pun lebih banyak yang bekerja di sektor informal dibandingkan sektor formal, dan perempuan juga mendapatkan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki,” ungkapnya. 
 
Meskipun perempuan kerap disandingkan dengan kemiskinan, Titi menuturkan perempuan memiliki potensi untuk berkontribusi lebih besar bagi perekonomian Indonesia. 
 
"Dengan memberikan akses dan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya kepada perempuan di semua sektor tanpa memberda-bedakan gender," ujarnya 
 
 
Program pemajuan perempuan melalui ekonomi kreatif pun harus dilakukan, dengan membangun kemitraan berkelanjutan serta pendekatan yang holistik, integratif, dan partisipatif. Agar terciptanya peluang dan kesempatan bagi perempuan untuk menunjukkan kekuatan dan potensinya.
 
“Kekuatan perempuan Indonesia dapat dibuktikan dengan besarnya jumlah perempuan pelaku ekonomi melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mampu menyumbang pada Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan," ungkap Titi. 
 
Para pelaku UMKM memiliki kemampuan dan potensi besar untuk terus berkembang ke bisnis yang tingkat lebih tinggi dan mampu memberdayakan perempuan lainnya. 
 
 
Di bagian lain, Ketua Sekolah Perempuan DKI Jakarta Ning Setyani berbagi praktik baik yang telah dilakukan oleh Sekolah Perempuan dalam mengajak perempuan keluar dari belenggu kemiskinan, semakin berdaya, dan mengembangkan potensi maksimalnya dalam berbagai aspek.
 
“Melalui Sekolah Perempuan, kami diberikan berbagai macam edukasi dan pelatihan. Untuk mengembangkan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki perempuan, dari mulai aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, dan kreativitas," tutur dia. 
 
Dari situlah, tambahnya, perempuan mulai berdaya dan banyak perempuan yang kini mampu turut serta membantu ekonomi keluarga. Sekolah Perempuan adalah program inisiasi dari Institut KAPAL Perempuan yang didukung oleh Kemen PPPA. 
 
 
Sekolah Perempuan sebagai wadah pembelajaran dan mengelola pengetahuan perempuan, yang utamanya dikembangkan di komunitas-komunitas miskin pedesaan, perkotaan, pesisir, dan kepulauan terpecil. Model pemberdayaan perempuan di kalangan akar rumput melalui proses pembelajaran atau pendidikan sepanjang hayat. 
 
Sekolah Perempuan mengembangkan kepemimpinan perempuan. Agar memiliki kesadaran kritis, kepedulian, solidaritas, kecakapan hidup, dan komitmen menjadi pelaku perubahan sosial. Sehingga, terbebas dari kemiskinan dengan memperjuangkan kesetaraan gender dan perdamaian di setiap ranah.***
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat