unescoworldheritagesites.com

Covid-19: Prudential Beri Perlindungan Kesehatan Komplit, Terjangkau Dan Fleksibel - News

JAKARTA: Merebaknya pandemi Covid-19 menjadi pemacu bagi PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) untuk menegaskan komitmennya selama 25 tahun untuk selalu mendengarkan, memahami, dan mewujudkan berbagai kebutuhan perlindungan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang bagi seluruh keluarga Indonesia.

Untuk itu, Prudential Indonesia meluncurkan PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah. Yakni asuransi kesehatan murni tanpa komponen investasi yang dapat menjangkau masyarakat lebih luas dalam menghadapi tantangan kesehatan serta dampak finansial yang mungkin ditimbulkan.

Jens Reisch selaku President Director Prudential Indonesia menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 mengajarkan masyarakat tentang risiko kesehatan bisa menyerang kapan saja tanpa diprediksi, dan dapat berdampak pada masalah finansial keluarga.

Untuk melindungi lebih banyak masyarakat Indonesia di tengah situasi yang menantang saat ini, Prudential Indonesia kembali berinovasi melalui PRUSolusi.

ProSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah sebagai solusi asuransi kesehatan murni yang terjangkau dan terfokus pada perlindungan kesehatan.

Di masa mendatang, nasabah juga dapat meng-upgrade polis mereka guna mendapatkan tambahan manfaat yang makin menyeluruh, termasuk investasi.

Dengan segala dampak yang terasa jelas selama Covid-19, masyarakat harus bijak merencanakan keuangan, terutama untuk mempersiapkan perlindungan kesehatan.

Urgensi ini dipaparkan juga oleh Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, PhD selaku pakar ekonomi dan asuransi kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

“Tantangan kesehatan yang kini makin kompleks melahirkan sejumlah risiko sakit, sehingga perencanaan keuangan yang tepat menjadi krusial agar terhindar dari pengeluaran katastropik, yaitu ketika rumah tangga membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan. Mereka (diukur dari tingkat konsumsi) untuk perawatan kesehatan,"kata Prof Budi Hidayat saat Webinar dengan media massa dan blogger di Jakarta, Selasa (30/6/2020) 

Faktanya, pada 2013, ada 4,2% penduduk setara 10,5 Juta jiwa membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan mereka untuk biaya kesehatan.

Angka ini naik menjadi 4,5% atau 11,8 Juta jiwa pada 2017.

“Peluang kejadian belanja katastropik rumah tangga makin tinggi ketika ada anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan rawat inap. Pada 2017, misalnya, kejadian belanja katastropik akibat risiko sakit diantara pasien yang butuh layanan rawat inap mencapai 27,9% atau 3,1 Juta jiwa. Jika tidak disiasati dengan baik, maka pengeluaran katastropik yang merapuhkan kondisi finansial keluarga berpotensi terjadi pada siapa saja, tanpa pandang bulu,” ujar Prof. Budi.

Selain itu, riset pada 2015 yang ditujukan bagi para peserta asuransi yang baru saja keluar dari rumah sakit di 6 provinsi (Jakarta, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara) menunjukkan bahwa 18% dari 2.728 pasien masih membayar biaya pengobatan dengan uang pribadi mereka (out of pocket).

Oleh karena itu, asuransi kesehatan dengan harga terjangkau dan memiliki manfaat komplit sangat dibutuhkan agar dapat melindungi kestabilan finansial di tengah biaya rumah sakit yang terus meningkat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat