: Peristiwa budaya cukup fenomenal di Lombok “Perang Topat” kembali digelar. Prosesi tahunan yang digelar di komplek Pura Lingsar Desa Lingsar Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Kamis (8/12/2022) sore merupakan, rangkaian ritual Pujawali setiap tahun pada bulan purnama sasih keenam menurut penanggalan Bali, atau kepituq (ketujuh) berdasarkan penanggalan Sasak.
Perang Topat digelar sebagai simbol yang mencerminkan penguatan toleransi antar umat beragama di Lombok khususnya Agama Islam dan Agama Hindu. Perang Topat merupakan tradisi tahunan yang digelar sejak ratusan tahun silam. Perang budaya ini diinisiasi oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem-Bali sejak tahun 1759 bersamaan dengan Pura Lingsar dibangun. Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem sendiri pernah menguasai Lombok bagian barat.
“Dalam perang topat ini sesungguhnya merupakan wujud kebersamaan dan keharmonisan antar umat. Perang topat ini diharapkan bisa menjadi pengingat abadi tentang bagaimana manusia melakukan perubahan dari sisi kebersamaan beragama, pendidikan, pariwisata dan lain-lain untuk kesejahteraan masyarakat," kata Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid.
Baca Juga: Parade Rejang Sari Semarakkan Pujawali ke-17 Parahyangan Agung Jagat Kartta Gunung Salak
Diharapkan pula agar rasa kebersamaan umat beragama yang terjalin pada tradisi ini bisa diimplementasikan di seluruh wilayah nusantara sehingga bisa menjadi modal besar dalam mewujudkan pembangunan di segala bidang.***
Baca Juga: Jelang Pernikahan, Kaesang Pangarep Ikuti Wilujengan di Pura Mangkunegaran