unescoworldheritagesites.com

Dipercaya Gelar Konferensi Bioinformatika Terbesar Se-Asia Pasifik,Universitas YARSI: Ini Kebanggaan Civitas Akademika - News

Delegasi Asia Pasifik mengikuti Konferensi bioinformatika tertua di Asia Pasifik untuk pertama kalinya di Indonesia dan diadakan bersama dengan Genomic Medicine Conference (GMC),  serta The 8th South East Asian Pharmacogenomics Research Network (SEAPHARM) meeting dan the Global Organization for Bioinformatics Learning, Education and Training (GOBLET) Annual General Meeting 2019 di Universitas YARSI

JAKARTA: Perkembangan ilmu bioinformatika di Indonesia bisa dibilang agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Pasifik. Namun saat ini, berbagai universitas di Indonesia telah memasukkan mata kuliah bioinformatika ke dalam kurikulumnya. Selain itu, penelitian yang menggunakan bioinformatika semakin populer di Indonesia. Bidang ilmu bioinformatika saat ini mengalami peningkatan popularitas yang luar biasa di Indonesia maupun di seluruh dunia, disebabkan oleh ledakan data biologis.

Merespon fakta tersebut, Universitas YARSI melalui Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik Informatika dan Pusat Penelitian Genetik, ikut berkontribusi dalam mempercepat kemajuan bioinformatika di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini.

Rektor Universitas YARSI, Prof dr H Fasli Jalal, PhD mengatakan universitas yang dia pimpin telah dipercaya bekerja sama dengan Asia Pacific Bioinformatics Network (APBioNet), sebagai tuan rumah konferensi bioinformatika tertua di Asia Pasifik untuk pertama kalinya di Indonesia.

"Kami telah menyelenggarakan berbagai seminar dan workshop di bidang yang berkaitan dengan bioinformatika, seperti Introductory Bioinformatics Workshop 2017, International Symposium on Bioinformatics (InSyB) 2017 yang diadakan untuk pertama kalinya di Indonesia, Bioinformatics Colloquium 2018 dan Bioinformatics Workshop Fiesta 2018,"ujar Prof Fasli Djalal.

Kegiatan-kegiatan tersebut ternyata mendapatkan animo yang besar dari komunitas ilmiah maupun industri di Indonesia dan negara tetangga.

"Kami sangat berterima kasih dan merasa terhormat menjadi tuan rumah konferensi bioinformatika tertua di Asia Pasifik untuk pertama kalinya di Indonesia dan diadakan bersama dengan Genomic Medicine Conference (GMC), serta The 8th South East Asian Pharmacogenomics Research Network (SEAPHARM) meeting dan the Global Organization for Bioinformatics Learning, Education and Training (GOBLET) Annual General Meeting 2019,"ujar dr Rika Yuliwulandari selaku Ketua Umum InCoB 2019 di Kampus Universitas Yarsi, Kawasan Cempaka Putih, Jum'at (20/9/2019) 

Dr Rika Yuliwulandari yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI mengatakan bahwa Genomic Medicine Conference (GMC) sendiri merupakan flagship conference dari Pusat Penelitian Genetik Universitas YARSI. Sedangkan APBioNet merupakan organisasi internasional nirlaba yang dibentuk pada tahun 1998 dan memiliki fokus memajukan bioinformatika di Kawasan Asia Pasifik. Dia menyebut misi APBioNet sebagai mitra Universitas YARSI karena sejak awal adalah menjadi pelopor pertumbuhan dan perkembangan pendidikan, pelatihan, pengetahuan, infrastruktur, sumber daya dan penelitian di bidang bioinformatika di antara negara-negara anggota.

"APBioNet memiliki lebih dari 20 organisasi anggota dan 2.000 anggota perorangan yang tersebar di lebih 12 negara anggota di wilayah Asia Pasifik. Saat ini, APBioNet merupakan organisasi regional bioinformatika terbesar di Asia Pasifik, dan salah satu yang tertua,"jelas Ketua Forum Komunikasi Kedokteran Swasta di Jakarta ini (Saksikan videonya di : https://youtu.be/KOLqkjkaguY) 

Organisasi ini terus memperluas keberadaannya di wilayah internasional dengan terus merangkul komunitas ilmiah dan industri secara aktif melalui konferensi unggulannya, yaitu International Conference on Bioinformatics (InCoB). Kemudian InCoB merupakan flagship conference dari APBioNet, yang diinisiasi di Bangkok, Thailand pada tahun 2002.

Selama 18 tahun, InCoB telah diselenggarakan setiap tahunnya, di berbagai negara di Asia Pasifik dan telah berkembang menjadi salah satu konferensi bioinformatika terbesar yang menargetkan para praktisi yang berasal dari latar belakang biologi maupun komputer.

"Namun, Indonesia belum pernah sekalipun mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah pertemuan internasional ini," ungkap Rika.

Masih menurut Rika, sejak tahun 2016, Pusat Penelitian Genetik Universitas YARSI telah mencoba mengajukan bidding kepada APBioNet untuk membawa InCoB ke Indonesia. Akhirnya kegigihan perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan ditunjuknya Indonesia melalui Universitas YARSI sebagai tuan rumah InCoB 2019.

"Saya kira semua setuju jika usaha ini patut disyukuri dan disambut dengan baik oleh pemerintah dan komunitas ilmiah di Indonesia, karena dunia internasional mulai mengenali dan mengapresiasi perkembangan bioinformatika di Indonesia," tutur dosen terbaik sains dan teknologi dari LL Dikti 2018 lalu dan finalis dosen berprestasi nasional bidang sains dan teknologi dari Ristek Dikti.

InCoB tahun 2019 mengambil tema “Bioinformatics for Precision Medicine”, dan telah sukses berlangsung dari tanggal 9-12 September 2019, lalu. Di forum InCoB telah melibatkan 8 pembicara utama, sesi diskusi panel, kiosks dan demo perangkat lunak, beberapa sesi oral parallel dan sesi poster. Para pembicara inti antara lain, Prof Sir Munir Pirmohameo999d, MB ChB (Hons), PhD, FRCP, FRCP(E), FBPhS, FMedSci. University of Liverpool Prof Katsushi Tokunaga, The University of Tokyo Prof Christine Orengo, University College London Dr Denis Bauer. CSIRO Australia Prof. Stuart C. Ray, MD, FACP, FIDSA. John Hopkins Medicine Prof Adrian Hill, Oxford University.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat