: Pernikahan Gwen Ashley dengan Ryan Harris telah menjadi sorotan utama sejak perhelatan besar Sabtu lalu, tepatnya pada 18 Desember 2023, di Hotel Westin, Surabaya.
Namun, yang menjadi bahan perbincangan hangat adalah siapa sebenarnya sosok orang tua dari Ryan Harris, yang dikenal sebagai sosok 'crazy rich' asal Surabaya.
Ketertarikan masyarakat terfokus pada kehidupan pribadi Ryan Harris, yang menggelar pernikahan megah tersebut.
Baca Juga: Pemakzulan Jokowi Jadi Peluang Terbuka dan Dilema, DPR Kini Berhadapan dengan Tantangan Berat
Dari berbagai sumber yang dilansir, terungkap bahwa Ryan Harris merupakan anak dari Pin Harris, seorang Bos yang memiliki andil besar dalam PT AirAsia Indonesia Tbk.
Profil menarik dari Pin Harris, ayah mertua dari Gwen Ashley, mengungkap bahwa beliau adalah sosok yang memiliki bisnis pertambangan minyak dan gas yang sukses.
Kehidupan pribadi dari orang tua Ryan Harris ini menjadi perbincangan hangat di kalangan publik, menambah misteri dan ketertarikan terhadap kehidupan keluarga 'crazy rich' yang menyita perhatian banyak orang.
Profil Pin Harris
Keberhasilan Ryan Harris sebagai suami dari Gwen Ashley ternyata tak lepas dari bayang-bayang prestasi sang ayah, Pin Harris. Pin Harris, pengusaha kaya raya asal Surabaya, dikenal sebagai Komisaris PT Indonesia AirAsia (IAA), mengukir jejak suksesnya di dunia penerbangan.
Jejak bisnisnya dimulai sejak tahun 1999 saat ia mengakuisisi seluruh saham maskapai Air Wagon International (Awair). Awair, yang pada akhirnya bergabung dengan AirAsia di Indonesia karena kebangkrutan dua tahun kemudian, membawa namanya bersinar di ranah penerbangan.
Sebelum terjun ke industri penerbangan, Pin Harris merupakan sosok yang bergerak di dunia pertambangan dan pengeboran minyak serta gas. Keberhasilannya bukanlah kebetulan, karena ia mewarisi bisnis dari kedua orangtuanya, Eng Harris dan Unn Harris.
Baca Juga: Lirik Lagu Heart Attack - Demi Lovato..Puttin’ My Defenses Up Lengkap Dengan Terjemahannya
Meskipun perjalanan bisnisnya penuh liku-liku, Pin Harris tak pernah menyerah. Pada awal 2000-an, ia terpaksa harus memutus hubungan kerja dengan sebagian besar karyawannya. Namun, dengan tekad yang kuat, pada tahun 2004, ia memulai kerjasama sukses dengan Grup AirAsia Bhd dan CEO-nya, Tony Fernandes.