unescoworldheritagesites.com

Selesaikan Persoalan Desa, Kagama Buka Desa Inklusi Se Kalimantan Raya - News

Ganjar dan Kagama bahas Desa Inklusi. (Foto: Istimewa)

 

: Pemprov Jawa Tengah turut mendorong berjalannya Desa Inklusi untuk diaplikasikan di kawasan Kalimantan Raya.

"Desa Inklusi akan mendorong terlaksananya pembangunan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif," kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Minggu (13/3/2022).

Ganjar menyampaikan itu, saat bertemu para pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) yang menggagas Desa Inklusi se Kalimantan Raya di Mangrove Center Graha Indah, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Desa Inklusi pertama di Kalimantan Timu, digagas di Desa Karya Jaya, Kutai Kartanegara, pada 2020 sebagai pilot project dari PP Kagama dan Kemendes RI.

Baca Juga: Tanah Dan Air Dari Puser Bumi Jawa Dibawa Ganjar Ke IKN

Fauzul Didi, sebagai penggagas menjelaskan, dalam pelaksanaannya, Desa Inklusi di Desa Karya Jaya telah berhasil menangani permasalahan warga terkait pertanahan.

"Kita menyelesaikan satu masalah besar tentang pertanahan. Itu sudah selesai dan masuk ke pemerintah pusat serta akan dikembalikan lagi ke masyarakat. Kemudian masalah pertanian, perkebunan serta dilakukan kajian seperti desa pintar bekerjasama dengan Bank Indonesia," ujar Didi.

Menurut Didi, dengan bekal kesuksesan tersebut pihaknya optimis untuk menerapkan Desa Inklusi se Kalimantan Raya dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada.

"Hari ini kita memperbesar bukan hanya di Kalimantan Timur saja, tapi secara menyeluruh akan kita buat program Desa Inklusi Kalimantan Raya, yang diharapkan semua masalah yang ada, apa yang kurang di desa itu akan diselesaikan bersama," ujarnya.

Baca Juga: Di Tengah Pluralisme Dan Keberagaman, Penduduk Karimunjawa Hidup Rukun

Ganjar Pranowo yang juga Ketua Umum PP Kagama mengapresiasi semangat para penggagas Desa Inklusi se Kalimantan Raya. Ia mendorong agar contoh yang sudah ada bisa dijadikan metodologi dalam pembuatan database untuk diterapkan bareng-bareng.

"Kalau hanya disimpan di perpustakaan atau dalam tumpukan data, orang tidak akan mengerti file itu, tapi kalau bisa dikeluarkan dan diceritakan kita gempur," ujar Ganjar.

Ganjar juga meminta agar metodologi yang jadi database dibuat dengan beragam produk. Tak hanya tulisan, tetapi juga memaksimalkan audio visual.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat