unescoworldheritagesites.com

Budaya Gelar Hadrat Pada Waktu Sahur Di Negeri Hila Maluku Tengah - News

Budaya Hadrat Di Negeri Hila Maluku Tengah (Istimewa)

 

: Budaya hadrat di Provinsi Maluku yang digelar anak muda membangunkan masyarakat  berashur masih dipertahankan hingga kini. Seperti warga Negeri Hila di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, menggelar tradisi hadrat untuk membangunkan warga Muslim yang hendak sahur selama Ramadhan 1443 Hijriah.

Pada setiap pukul 01.45 WIT, dini hari puluhan pemuda Negeri Hila yang mengenakan pakaian putih.  Berkeliling kampung sambil melantunkan zikir dengan iringan tabuhan rebana (hadrat) untuk membangunkan warga yang hendak sahur sebelum menunaikan ibadah puasa.

Hadrat berlangsung sampai sekitar pukul 03.30 WIT dan sebagaimana biasa diakhiri dengan pembacaan syair bernuansa Ramadhan.

Baca Juga: Tak Ditemukan Ceceran Minyak Di Perairan Maluku Utara

Menurut tokoh adat Negeri Hila, Zulkarnain Ely, selama bulan suci Ramadhan hadrat dilakukan dua kali seminggu.

Ia menuturkan bahwa biasanya pawai hadrat paling ramai pada malam ke-27 Ramadhan atau tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Tradisi ini memang tidak berbeda jauh dengan membangunkan sahur di daerah lain, namun pendahulu kita membuatnya dengan tujuan agar budaya zikir tetap lestari di kalangan anak muda maupun masyarakat pada umumnya," katanya seperti dilansir dari AntaraNews.

Ia menuturkan bahwa hadrat merupakan tradisi turun-menurun di Negeri Hila. Beberapa tahun lalu tradisi tersebut sempat tidak bisa dilaksanakan karena para penabuh rebana sudah lanjut usia.

Baca Juga: Diprediksi Puluhan Juta Warga Mudik  Pada Lebaran Tahun 2022

"Tapi kita sudah punya komunitas yang sebagian besar diisi oleh pemuda. Kita ajarkan mereka cara main rebana dan Alhamdulillah di hari ketiga Ramadhan semua bisa sama-sama berpartisipasi untuk melestarikan tradisi ini," katanya.

"Semoga generasi muda negeri ini tetap menjaga warisan leluhur. Apa yang dibuat leluhur tentu bermakna baik. Hilang tradisi, hilang budaya, berarti hilang jati diri," demikian Zulkarnain Ely. ***


Terkini Lainnya

Tautan Sahabat