unescoworldheritagesites.com

Papua Barat Berisiko Tinggi Dilanda KLB Campak, Difteri Dan Polio - News

Pembahasan Soal Imunisasi Di Papua Barat  Mei 2022 (suarakarya.id - Yacob Nauly)



:  Provinsi Papua Barat  berdasarkan  Pantauan Kementerian Kesehatan RI,  daerah ini berisiko dilanda KLB campak, difteri dan Polio.

Makanya, warga  Papua Barat harus mencegah risiko tertular campak, difteri dan polio tersebut melalui Imunisasi.

Hal itu bisa dilihat dari  cakupan  imunisasi dasar lengkap di provinsi ini mengalami penurunan dari 84,1 persen pada 2019 turun menjadi 66,4 persen tahun 2020.

 Dan  bahkan tercatat  hanya 60,4 persen di tahun 2021.

Baca Juga: BRI Kanca Abepura Berbagi Migor Dan Sembako Kepada Panti Asuhan Muhammadiyah Arso X Papua

Kondisi ini terjadi akibat dari negeri kita dilanda amukan covid 19 sejak 2020 hingga 2021.

Maka dikhawatirkan Papua Barat berisiko terlanda Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, difteri dan polio.

Dan penyakit lainnya di provinsi ini di waktu mendatang.

Hal tersebut terungkap melalui Press Release Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat bekerjasama dengan Unicef  setempat.

Baca Juga: PT Pertamina RU VII Kasim  Berbagi  Kebahagiaan Ramadhan Bersama Anak Yatim - Dhuafa Di Mall Ramayana Sorong

Kegiatan itu berlangsung di Mamberamo Hotel Rabu (20/4/2022) sore.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Papua Barat, Papua Barat, dr. Nurmawati, membenarkan bisa terjadi KLB penyakit tersebut kalau tidak dicegah sedini mungkin melalui Imunisasi.

Menurut dr. Nurmawati, untuk  kasus PD3I di Papua Barat khusus  kasus positif  campak atau rubella masih ditemukan di hampir setiap tahun.

“Nah menurut penilaian 2019,  Papua Barat mengalami  KLB difteri dan terdapat kematian akibat penyakit ini di tahun 2018 dan 2019. Menurut  penilaian Risiko Polio Nasional, Papua Barat  merupakan provinsi dengan risiko tinggi,” kata dr. Nurmawati.

Persoalannya saat ini, menurut survei  Kementerian Kesehatan RI dan Unicef pada tahun 2020 orang tua dan pengasuh takut membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.

 Karena  takut tak ada protokol kesehatan yang tepat untuk melindungi anak-anaknya.

Atau takut tertular covid 19 yang melanda dunia saat ini.

Nah saat ini, ujar dr. Nurmawati, pemerintah berupaya memulihkan  cakupan yang hilang akibat  gangguan kegiatan Imunisasi akibat covid 19.

Baca Juga: Stok Beras Di Bulog Sorong Aman Hingga 4,3 Bulan ke Depan

 Dengan menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di tahun 2022 ini.

“Makanya dalam implementasi BIAN tersebut  terdapat 2 kegiatan utama. Yaitu  Imunisasi tambahan dengan  pemberian 1 dosis  Imunisasi campak Rubella  yang diberikan kepada anak umur  9 hingga 12 tahun. Dan  kedua adalah  kejar dengan pemberian 1 lebih jenis Imunisasi  kepada anak berusia 1  hingga 5 tahun,”katanya.

Nah menurut dr. Nurmawati, dua kegiatan tersebut untuk  melengkapi status Imunisasi yang belum lengkap  ketika masih bayi atau berumur di bawah satu tahun.

Kegiatan ini butuh dukungan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya guna mempercepat perlindungan kepada anak-anak Papua Barat saat ini dan ke depan.

Papua Barat pernah terbaik tingkat nasional. Yaitu pada 2018 lalu Papua Barat merupakan provinsi di luar Jawa-Bali  yang berhasil mencapai cakupan 95 persen.

 “Untuk itu sangat diharapkan Papua Barat mengulang kembali keberhasilannya di tahun 2018 lalu. Untuk  meningkatkan status kesehatan anak-anak kita di Papua Barat terlindungi dari bahaya  penyakit menular yang mematikan,” kata dr. Nurmawati.

Perlu diketahui masyarakat Papua Barat bahwa  vaksin yang digunakan dalam BIAN tahun 2022 ini adalah imunisasi .

Ini, yang  diberikan kepada anak-anak  saat pemberian imunisasi  ketika bayi dulu.

Baca Juga: Kelompok Separatis Papua Mulai Unjuk Gigi Di Maybrat Dan Sorong Selatan

Diingatkan kembali, lanjut dr. Nurmawati, bahwa pemberian Imunisasi ini  telah berlangsung lama.

Atau sekitar 200 tahun dan telah menyelamatkan  lebih dari 5 nyawa setiap menit.

“Dan mencegah hingga  3 juta kematian per tahun. Hal ini  menjadikan Imunisasi sebagai salah satu kemajuan luar biasa. Serta sangat signifikan dalam pembangunan kesehatan di dunia,” ujarnya.

Karena  itu sekali lagi diminta dukungan para pemangku kepentingan  atau stakeholder. Dan masyarakat untuk  menyukseskan BIAN  bulan  Mei  tahun 2022.

Imunisasi ini digelar di Puskesmas, Posyandu, PAUD, TK dan  SD/MI.

 “Dukungan anda adalah harapan masa depan keselamatan anak-anak Papua terhindari dari penya kit mematikan di bumi ini,” kata dr. Nurmawati mengakhiri orasinya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat