: Provinsi Papua Barat berdasarkan Pantauan Kementerian Kesehatan RI, daerah ini berisiko dilanda KLB campak, difteri dan Polio.
Makanya, warga Papua Barat harus mencegah risiko tertular campak, difteri dan polio tersebut melalui Imunisasi.
Hal itu bisa dilihat dari cakupan imunisasi dasar lengkap di provinsi ini mengalami penurunan dari 84,1 persen pada 2019 turun menjadi 66,4 persen tahun 2020.
Dan bahkan tercatat hanya 60,4 persen di tahun 2021.
Baca Juga: BRI Kanca Abepura Berbagi Migor Dan Sembako Kepada Panti Asuhan Muhammadiyah Arso X Papua
Kondisi ini terjadi akibat dari negeri kita dilanda amukan covid 19 sejak 2020 hingga 2021.
Maka dikhawatirkan Papua Barat berisiko terlanda Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, difteri dan polio.
Dan penyakit lainnya di provinsi ini di waktu mendatang.
Hal tersebut terungkap melalui Press Release Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat bekerjasama dengan Unicef setempat.
Baca Juga: PT Pertamina RU VII Kasim Berbagi Kebahagiaan Ramadhan Bersama Anak Yatim - Dhuafa Di Mall Ramayana Sorong
Kegiatan itu berlangsung di Mamberamo Hotel Rabu (20/4/2022) sore.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Papua Barat, Papua Barat, dr. Nurmawati, membenarkan bisa terjadi KLB penyakit tersebut kalau tidak dicegah sedini mungkin melalui Imunisasi.
Menurut dr. Nurmawati, untuk kasus PD3I di Papua Barat khusus kasus positif campak atau rubella masih ditemukan di hampir setiap tahun.
“Nah menurut penilaian 2019, Papua Barat mengalami KLB difteri dan terdapat kematian akibat penyakit ini di tahun 2018 dan 2019. Menurut penilaian Risiko Polio Nasional, Papua Barat merupakan provinsi dengan risiko tinggi,” kata dr. Nurmawati.
Persoalannya saat ini, menurut survei Kementerian Kesehatan RI dan Unicef pada tahun 2020 orang tua dan pengasuh takut membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.
Karena takut tak ada protokol kesehatan yang tepat untuk melindungi anak-anaknya.
Atau takut tertular covid 19 yang melanda dunia saat ini.
Nah saat ini, ujar dr. Nurmawati, pemerintah berupaya memulihkan cakupan yang hilang akibat gangguan kegiatan Imunisasi akibat covid 19.
Baca Juga: Stok Beras Di Bulog Sorong Aman Hingga 4,3 Bulan ke Depan
Dengan menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di tahun 2022 ini.
“Makanya dalam implementasi BIAN tersebut terdapat 2 kegiatan utama. Yaitu Imunisasi tambahan dengan pemberian 1 dosis Imunisasi campak Rubella yang diberikan kepada anak umur 9 hingga 12 tahun. Dan kedua adalah kejar dengan pemberian 1 lebih jenis Imunisasi kepada anak berusia 1 hingga 5 tahun,”katanya.
Nah menurut dr. Nurmawati, dua kegiatan tersebut untuk melengkapi status Imunisasi yang belum lengkap ketika masih bayi atau berumur di bawah satu tahun.
Kegiatan ini butuh dukungan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya guna mempercepat perlindungan kepada anak-anak Papua Barat saat ini dan ke depan.
Papua Barat pernah terbaik tingkat nasional. Yaitu pada 2018 lalu Papua Barat merupakan provinsi di luar Jawa-Bali yang berhasil mencapai cakupan 95 persen.
“Untuk itu sangat diharapkan Papua Barat mengulang kembali keberhasilannya di tahun 2018 lalu. Untuk meningkatkan status kesehatan anak-anak kita di Papua Barat terlindungi dari bahaya penyakit menular yang mematikan,” kata dr. Nurmawati.
Perlu diketahui masyarakat Papua Barat bahwa vaksin yang digunakan dalam BIAN tahun 2022 ini adalah imunisasi .
Ini, yang diberikan kepada anak-anak saat pemberian imunisasi ketika bayi dulu.
Baca Juga: Kelompok Separatis Papua Mulai Unjuk Gigi Di Maybrat Dan Sorong Selatan
Diingatkan kembali, lanjut dr. Nurmawati, bahwa pemberian Imunisasi ini telah berlangsung lama.
Atau sekitar 200 tahun dan telah menyelamatkan lebih dari 5 nyawa setiap menit.
“Dan mencegah hingga 3 juta kematian per tahun. Hal ini menjadikan Imunisasi sebagai salah satu kemajuan luar biasa. Serta sangat signifikan dalam pembangunan kesehatan di dunia,” ujarnya.
Karena itu sekali lagi diminta dukungan para pemangku kepentingan atau stakeholder. Dan masyarakat untuk menyukseskan BIAN bulan Mei tahun 2022.
Imunisasi ini digelar di Puskesmas, Posyandu, PAUD, TK dan SD/MI.
“Dukungan anda adalah harapan masa depan keselamatan anak-anak Papua terhindari dari penya kit mematikan di bumi ini,” kata dr. Nurmawati mengakhiri orasinya. ***