unescoworldheritagesites.com

Julianto Eka Putra Tidak Ditahan, Begini Komentar Para Korban Yang Diperkosanya - News

Sekolah gratis yang didirikan  Julianto Eka Putra

: Julianto Eka Putra kembali viral dan menjadi topik pencarian di Google pasca testimoni dua korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu Malang.

Berbagai kalangan mempertanyakan mengapa Julianto Eka Putro yang disebut sebagai predator seks menakutkan itu, masih dibiarkan melenggang bebas di luar penjara.

Kasus pelecehan seks yang diduga dilakukan Julianto Eka Putro itu mencuat setelah dua gadis korban kesadisannya tampil di Podcast Deddy Corbuzier. Mereka menyebut sudah banyak temannya yang menjadi budak nafsu oleh sosok yang dikenal sebagai motivator handal tersebut.

Baca Juga: Telkom Indonesia Berusaha Mimpi Anak Bangsa Lewat Digitalisasi

Salah satu diantaranya mengisahkan bahwa dirinya masuk SMA SPI gratis itu karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan. Karena ayahnya sebagai tulang punggung keluarga sudah meninggal dunia.

Julianto Eka Putra sendiri sudah menjadi terdakwa kasus dugaan kekerasan seksual tersebut dan menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Malang pada 16 Februari 2022 lalu.

"Awalnya saya kagum karena beliau (Julianto Eka Putra) sangat powerfull. Tapi saya merasa mulai aneh sejak saya kelas 2 SMA," ujar gadis yang diperkosa oleh sang motivator tersebut hingga 15 kali selam menimba ilmu di sekolah tersebut.

Baca Juga: Pendeta Saifudin Ibrahim Sudah Sering Dapat Balasan Karena Hina Agama Islam Dan Nabi Muhammad SAW

Gadis ini mengaku diperkosa di salah satu ruangan milik Julianto Eka Putra di kompleks sekolah. "Saya merasa sudah menjadi orang tak berharga dan nggak ngerti harus bagaimana," ujarnya sambil terisak.

Sementara temannya yang juga dihadirkan dalam podcast tersebut mengaku tidak sampai diperkosa. Tapi dirinya kerap dipaksa melakukan oral seks di ruangan pendiri SMA SPI tersebut, hingga muntah-muntah. Dia juga mengaku sering dipaksa membantu memainkan alat kelamin Julianto Eka Putra hingga mencapai klimak.

Ulah bejat Julianto Eka Putra itu dilakukan saat mereka masih berusia 16 tahun atau masih dibawah umur. Tapi pihak sekolah pandai membuat citra sekolah yang menyeramkan bagi para anak didik perempuan itu, sebagai sekolah yang hebat karena banyak membantu masyarakat miskin.

Baca Juga: Peserta Maraton Mantra Summits Challenge Yang Hilang Di Gunung Arjuno Akhirnya Ditemukan

Padahal menurut korban, selain dipaksa melayani syahwat Julianto Eka Putra, mereka juga bekerja di sekolah itu tanpa bayaran. Baru setelah lulus, mereka dibayar antara Rp300 ribu sampai Rp600 ribu perbulan.

Kedua korban yang tinggal di asrama seolah itu mengaku sudah menceritakan perlakukan keji Julianto Eka Putra ke ketua yayasan sejak 2018 lalu. Tapi perjuangan untuk mendapat perlindungan daripihak yayasan itu tak membuahkan hasil.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat