unescoworldheritagesites.com

Ceria Breeze Angklung: Bermula dari Line Dance Bertransformasi Jadi Komunitas Pengisi Acara Musik Lintas Usia - News

Ceria Breeze Angklung (CBA) mengukuhkan dirinya sebagai komunitas pencinta dan peng-hobi bermusik angklung dipadupadankan dengan gerakan line dance bermula dari Studio La Mirage di Belleza, Permata Hijau, Jakarta, bertransformasi jadi komunitas pengisi acara musik di event-event penting nasional  (AG Sofyan )

: Usia bukanlah kendala untuk tetap beraktivitas positif. Menyalurkan hobi berkesenian dan bergerak dinamis dengan melakukan line dance alias dansa berderet merupakan kepuasan batin yang tidak ternilai.
 
Hal ini terlihat pada Komunitas Ceria Breeze Angklung (CBA) Jakarta, yang melakoni aktivitas bermusik dengan alat musik tradisional angklung dengan dikombinasikan line dance  yang menggabungkan ketahanan fisik dan pikiran yang merupakan rangkaian langkah membentuk koreografi dan digerakkan dengan irama atau hitungan ketukan nada alat musik angklung.
 
Yang menarik dan unik anggota Ceria Breeze Angklung adalah dari lintas usia, lintas generasi, dan lintas latar belakang. 
 
 
Anggota termudanya ada di umur 40-an tahun dan anggota paling senior pun sudah mendekati usia 80-an. Namun, semangatnya masih tetap muda, energik, bugar, dan yang paling esensi adalah bahagia.  Ceria Breeze Angklung mengusung gaya hidup peserta yang positive di bidang seni.
 
Rasa optimis dalam hidup terpancar jamak dari tubuh mereka, yang juga masih lincah bersosialisasi. 
 
Pembina Ceria Breeze Angklung, Ratna Sari Dewi mengaku anggota CBA tak ada yang pesimis. Semuanya harus memiliki mindset selalu optimistis.
 
 
Maka pilihan nama Ceria Breeze Angklung, disebutkan, juga terinspirasi oleh sikap mereka yang selalu ceria saat beraktivitas.
 
Perbedaan latar belakang, status sosial pun dari para anggota komunitas, bukannya menjadi pemicu tidak guyub, malahan menjadikan mereka menjadi lebih dekat, menyatu, kompak, saling bantu, bekerja sama, gotong royong satu sama lainnya.
 
Ratna Sari Dewi menceritakan awal terciptanya Ceria Breeze Angklung dimulai dari Komunitas Line Dance, Studio La Mirage yang bermarkas di Bellezza Permata Hijau pada tahun 2006.
 
 
"Saat ada permintaan dari Wali Kota Darwin, Australia untuk menggelar pertunjukan angklung pada tahun 2017, kami menawarkan kepada para anggota Komunitas Line Dance untuk belajar angklung. Waktu itu, event-nya tentang Indonesia, karena itu, Pemerintah Kota Darwin meminta suguhan angklung," ujar Ratna kepada   di sela-sela  Pisces Gathering Live Music & Dance  di Bellezza, Permata Hijau, Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
 
Hadir pada moment itu Hendry H Batubara (HHB) yang juga Direktur Mitra Adiperkasa (MAP), peritel gaya hidup terkemuka di Indonesia dengan salah satu merek yang dipegang adalah Starbucks. Juga senior CBA
Heriyanto Sutedjo, Amrita M Esther, designer wastra Jessicca yang menjadi sponsor kostum pada saat diperlukan dan Kinto Wardani yang pernah menjadi sponsor kostum daerah yang berciri khas Minahasa.
 
Lebih lanjut Ratna bertutur usai pergelaran angklung di Darwin, ternyata anggota komunitas tetap bersemangat untuk berlatih angklung secara rutin.
 
 
"Total anggota kita sekarang itu 40 orang. Memang, untuk sekali pertunjukan itu biasanya, minimal 21 orang untuk artis angklungnya, ditambah dua vokalis, satu pemain biola listrik, satu keyboard, dan satu saxophone. Lebih banyak jumlah artis angklungnya tentunya lebih bagus," jelas Ratna.
 
Ia menyebutkan sejak terbentuk pada tahun 2017, sudah lebih dari 100 event dikuti Ceria Breeze Angklung.  
 
"Kita di Ceria Breeze Angklung diminta untuk mengisi pertunjukan angklung dikombinasikan dengan line dance dalam suatu acara. Mulai dari acara resmi, yang berkaitan dengan institusi maupun event musiman. Seperti Imlek, Lebaran, Natal maupun hari-hari besar tahunan, dan  beberapa kegiatan charity. Sehingga, kami menguasai bukan hanya lagu tradisional tapi juga lagu pop nasional maupun barat  maupun lagu yang berkaitan dengan events musiman tersebut. Intinya kita harus menyesuaikan kebutuhanpengundang atau host acaranya," tutur Ratna.
 
 
Jadwal Perfomance Padat Merayap 
 
Humas dan Marketing Ceria Breeze Angklung, Edy Krisyanto menyampaikan untuk tahun 2023 ini sudah ada beberapa rangkaian jadwal padat yang menanti.
 
"Sudah ada beberapa jadwal cukup padat. Untuk bulan April nanti, ada acara yang berkaitan dengan suasana Lebaran, Mei rencananya kami akan berangkat ke Semarang, meramaikan HUT Kota Semarang yang ke 476 tahun, Agustus juga sudah ada rencana untuk menyemarakkan Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 78 Tahun  Tapi, yang paling ditunggu adalah rencana kami untuk terlibat pada Tong Tong Fair di Negeri Belanda. Ini sedang dipersiapkan terkait administrasi dan kelengkapan dokumennya," ungkapnya.
 
Sejumlah anggota Ceria Breeze Angklung (CBA) Jakarta dari lintas usia dan status sosial semakin kompak dalam setiap perfomance memainkan musik angklung dipadupadankan line dance di berbagai event nasional dan internasional
Sejumlah anggota Ceria Breeze Angklung (CBA) Jakarta dari lintas usia dan status sosial semakin kompak dalam setiap perfomance memainkan musik angklung dipadupadankan line dance di berbagai event nasional dan internasional (AG Sofyan )
Edy menegaskan, Ceria Breeze Angklung ini sebenarnya misinya bukanlah komunitas untuk mencari profit.
 
 
"Tapi lebih kepada persamaan senyawa atau chemistry antaranggota CBA yang memiliki hobi sama, menyukai main angklung dan line dance. Juga menunjukkan kepada publik bahwa usia bukan-lah penghalang untuk tetap memiliki aktivitas positif. Bonusnya, fisik sehat, tetap bugar, dan pikiran tetap positif, selalu hepi, dan bahagia," beber Edy yang juga Pengurus Paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar) Jakarta Selatan ini.
 
Sementara Koordinator Angklung dan Line Dance, Wenarika Josephine menyebutkan yang menarik dan unik dari Ceria Breeze Angklung adalah adanya perpaduan lagu tradisional, nasional, dan lagu luar negeri, yang dipadupadankan dengan gerakan line dance.
 
"Karena ada perpaduan dengan alat musik modern, maka ada momen dimana para artis angklung ada jeda beberapa detik tidak memainkan angklung-nya  Tapi momen itu lah yang kita isi dengan gerakan dance sederhana," kata Rika, panggilan akrab yang juga instruktur line dance ini.
 
 
Ia menyatakan para anggota komunitas yang memang sudah terbiasa dengan gerakan ritmis line dance, tidak kesulitan untuk melakukan gerakan sederhana, walaupun sambil mengikuti deretan nada lagu yang sedang dimainkan.
 
"Ada koordinasi apik antara motoris dan melatih daya ingat otak, saat berlatih angklung yang dipadupadankan dengan line dance. Jadi bukan hanya sehat secara fisik ya, tapi melatih otak dan rohani kita," jelasnya.
 
Sedangkan Coach Angklung CBA, Mugi Pangestu menandaskan para anggota Ceria Breeze Angklung  juga tidak perlu terbebani dengan keharusan menghapal deretan nada. Karena arahan lagu diberikan secara kode tangan, bukan menggunakan panduan notasi dalam buku musik atau partitur.
 
 
"Kalau menggunakan partitur, mungkin akan kesulitan ya. Karena saya pernah ikut angklung orchestra, itu mereka menggunakan buku musik. Jadi ada partitur yang perlu dibaca. Sementara kalau di CBA ini tidak. Saya sebagai pelatih, sudah memberikan arahan dan panduan dengan sistem kode tangan. Jadi para artis angklung tinggal melihat pelatih, kapan di saat mereka memainkan angklung-nya," pungkas Coach Mugi yang mengaku dirinya juga harus bisa menari selain sebagai conductor. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat