JAKARTA: Hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Partai Golkar di Gedung DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, 5-6 Maret 2021 lalu menegaskan kebulatan tekad Partai Golkar untuk menjadi pemimpin koalisi besar pada Pemilu 2024 sekaligus menjadikan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (AH) sebagai Capres pada Pemilu Presiden 2024 mendatang.
Untuk mengetahui bagaimana strategi dan kesiapan Partai Golkar dalam menghadapi pesta demokrasi tersebut, Jurnalis Senior : Ag. Sofyan berkesempatan mewawancarai Politisi Senior Golkar yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar DR. (HC) Drs. H. A. M. Nurdin Halid (NH) di kantornya Graha NH, Pancoran, Jakarta terkait hasil Rapimnas dan langkah-langkah taktis untuk bisa mengkapitalisasi dukungan AH dari partai lain bahwa figur tersebut menjadi kebutuhan bangsa untuk Indonesia ke depan paska berakhirnya dua periode kepemimpinan Joko Widodo selaku Presiden RI. Berikut petikannya:
Partai Golkar bertekad menjadi pemimpin koalisi besar pada Pemilu 2024, bagaimana Anda melihat konstelasi politiknya?
Rapimnas kemarin mengeluarkan keputusan yang luar biasa strategis karena percepatan konsolidasi organisasi itu sudah terurai dengan sangat baik, kemudian langkah-langkah konsolidasi organisasi itu sudah dilakukan untuk menjadi organisasi modern, untuk menjadi pemimpin koalisi besar dan tinggal diimplentasikan oleh DPD-DPD I dan DPD-DPD II Golkar. Insya Allah target konsolidasi organisasi kita tahun 2021 selesai.
Dengan konsolidasi organisasi itulah maka kita bisa memenangkan Pileg (Pemilu Legislatif), Pilpres (Pemilu Presiden) dan kemungkinan juga Pilkada (Pemilu Kepala Daerah) tahun 2024.
Nah, ketika Ketua Umum berbicara bahwa Golkar akan menjadi pemimpin koalisi besar, itu jelas alasannya karena Golkar ini kan pemenang nomor dua, dengan perolehan suara sebesar 12 persen itu adalah angka yang cukup signifikan.
Oleh karena itu, Golkar memang tepat untuk menempatkan diri sebagai pemimpin koalisi besar ini adalah hal faktual dan realistis. Artinya punya dasar yang kuat karena kita pemenang nomor dua. Kalau nanti mau mencalonkan Presiden kan hanya cukup dengan tambahan satu partai, yakni Golkar dan koalisinya.
Tapi kita tentu berharap tidak hanya satu partai melainkan dengan beberapa partai. Dengan demikian koalisi besar ini di samping menjamin sistem presidential juga ada keseimbangan dengan legislatif. Ada check and balances dalam sistem politik yang sehat dan demokratis sehingga roda pemerintahan ke depan dapat berjalan lebih baik yang berkualitas untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Itu sebetulnya keinginan Golkar untuk menjadi pemimpin koalisi besar dan bukan untuk sok-sokan, bukan hanya untuk kekuasaan, tetapi kekuasaan untuk rakyat.
Ketika berbicara mengenai kekuasaan untuk rakyat maka harus ada keseimbangan antara pihak eksekutif dan legislatif. Ketika Golkar bisa menjadi pemimpin koalisi besar, kemudian mudah-mudahan dan Insya Allah, Ketua Umum kita berhasil menjadi Presiden, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik.
Berarti Pak Airlangga itu sudah berpikir jauh ke dapan. Berpikirnya bukan hanya ada ambisi untuk menjadi Presiden, hanya untuk kekuasaan, tetapi bagaimana pemerintahan ini dapat berjalan dengan baik dengan adanya keseimbangan antara eksekutif dan legislatif. Beliau punya visi besar bagi Indonesia. Itu loncatan besar yang dilakukan Golkar.
Dalam Rapimnas kemarin hampir semua DPD menyuarakan pencapresan AH pada Pilpres 2024 mendatang, apa tidak terlalu pagi dan tergesa-gesa? Bukankah nanti malah digebuki oleh partai-partai lain?
Justru menurut saya terlambat, harusnya di Munas kemarin sudah diputuskan pencapresan Pak Airlangga. Kenapa? Karena tahun 2024 itu tidak ada incumbent lagi. Pak Presiden kita sekarang ini kan sudah selesai sebagai Kepala Negara dua periode. Artinya, ini kan medannya sangat luas. Berarti kita ingin mencari ikan di laut lepas. Kalau kita hendak mencari ikan di laut lepas, maka mesti kan dipersiapkan kapalnya yang besar dan modern, alat pancing yang canggih, logistik yang kuat, itu tidak bisa nanti di ujung semata. Jadi menurut saya malah terlambat ini.
Tapi sekali pun demikian ini sudah merupakan keputusan yang menurut saya sangat strategis, sehingga nanti kita tidak perlu sembunyi-sembunyi. Golkar itu sudah melakukan survei calon sejak awal, kita sampaikan ke rakyat bahwa Golkar itu punya program. Punya program untuk menjadikan partai politik sebagai pilar demokrasi.